Arsip:

SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Mbak Wida Berbagi Cerita: “Tips Mendampingi Suami Studi di AS”

Dalam sebuah pertemuan Zoom baru-baru ini, Wida Septia Putri, salah satu tenaga kependidikan Fakultas Psikologi yang saat ini sedang cuti di luar tanggungan UGM, berbagi cerita saat mendampingi suaminya yang sedang melanjutkan studi S3 di Southern Illinios University. Bersama dengan kedua putranya, Wida saat ini tinggal di sebuah apartemen di kota kecil di Illinois bagian selatan namanya Carbondale.

Diskusi ini sangat relevan bagi banyak individu yang menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan aspirasi pendidikan. Wida menekankan pentingnya persiapan mental dan pemahaman sebelum pindah (sementara) ke Amerika. “Ketika pasangan kita mendapatkan kesempatan untuk studi di luar negeri, itu sering kali berarti harus meninggalkan kenyamanan di tanah air,” jelasnya. Transisi ini bisa menjadi menakutkan, dan sangat penting bagi pasangan untuk siap secara mental menghadapi perubahan yang datang dengan tinggal di negara baru.

Salah satu poin kunci yang diangkat Wida adalah perbedaan tekanan akademis antara universitas lokal dan luar negeri. “Studi di kampus asing datang dengan beban kerja yang lebih berat dan tekanan mental yang lebih besar,” catatnya. Dalam konteks ini, peran istri menjadi sangat penting sebagai support system. Terkadang, ini berarti mengesampingkan ambisi pribadi untuk fokus pada apa yang dibutuhkan suami selama masa ini.

Wida juga menyoroti pentingnya menjaga cerita pribadi. “Penting untuk memiliki rutinitas yang membuat kita tetap produktif, sementara  suami fokus pada studinya,” sarannya. Terlibat dalam olahraga rutin, membaca, menulis, atau mencoba hobi baru dapat memberikan makna dalam hidup selama periode penyesuaian.

Bagi mereka yang terbiasa bekerja sebelum mendampingi suami, ia menyarankan untuk mencari pekerjaan paruh waktu atau bekerja sebagai sukarelawan, dengan catatan peraturan imigrasi mengizinkan. “Banyak organisasi yang mencari sukarelawan, dan ini bisa menjadi cara yang baik untuk bertemu orang baru dan mungkin menjalin persahabatan,” ungkap Wida. Ini tidak hanya membantu membangun jaringan sosial tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan pribadi dan kesetaraan pendapatan. Wida-pun pernah merasakan bekerja paruh waktu sebagai babby sitter, host dan cashier restaurant.

Menjaga pola pikir positif dan produktif sangat penting, tetapi Wida memperingatkan agar tidak terlalu banyak berkomitmen pada aktivitas. “Penting untuk tidak mengisi jadwal kita begitu banyak sehingga akan kehilangan waktu untuk suami,” peringatnya. Menemukan keseimbangan antara pencarian pribadi dan mendukung pasangan sangat penting untuk hubungan yang harmonis. Komunikasi adalah kunci lain dari kemitraan yang sukses selama waktu ini. “Istri dan suami perlu menjaga saluran komunikasi terbuka,” tegas Wida. Membangun pemahaman bersama dan rutinitas yang disepakati dapat membantu pasangan menavigasi kehidupan yang sibuk tanpa kehilangan satu sama lain.

“Sangat penting untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama,” tambahnya. Menjelajahi Carbondale dan menemukan atraksi lokal dapat memperkuat ikatan dan menciptakan kenangan yang abadi. “Jangan hanya tinggal di rumah; ada banyak tempat menarik di kota lain di US yang bisa dikunjungi,” ujar Wida.

Sebagai kesimpulan, cerita Wida menjadi panduan berharga bagi mereka yang sedang menghadapi kompleksitas ketika mendampingi pasangan saat melanjutkan studi di luar negeri. Dengan mendorong kesetaraan dalam tanggung jawab, memastikan akses pendidikan, dan menjaga standar hidup dasar, pasangan dapat berkembang bahkan dalam keadaan yang menantang.

Penulis: S. Fauzi

Foto: Wida

Nurul Qomariah, S.E., Berbagi Cerita Belajar Sepanjang Hayat

Yogyakarta, 5 Agustus 2024, kegiatan berbagi pengetahuan kali ini berjudul “Belajar Sepanjang Hayat (‘lifelong learning’)” disampaikan oleh Sdr. Nurul Qomariah, S.E., Koordinator Bidang Administrasi Keuangan dan Umum sebagai pemateri, dan diadakan secara daring malalui zoom-meeting. Acara yang diadakan setiap Senin dan Rabu pagi ini bertujuan untuk menekankan pentingnya pendidikan berkelanjutan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dengan fokus pada akses pendidikan, pendidikan dasar, dan pendidikan untuk keberlanjutan.

Di Indonesia, hampir setiap warga negara memiliki kesempatan untuk bersekolah. Beberapa individu melanjutkan pendidikan hingga tingkat universitas, meraih beberapa gelar, sementara yang lain mungkin hanya menyelesaikan sekolah dasar. Meskipun jalur pendidikan ini bervariasi, tujuan akhirnya tetap sama: untuk memperoleh ilmu. Namun, sering kali terlihat bahwa pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan formal dapat memudar seiring waktu, meninggalkan individu dengan hanya sebagian kecil dari apa yang mereka pelajari.

Konsep belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’) melampaui batasan ruang kelas tradisional. Ini didefinisikan sebagai upaya sukarela dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan demi pengembangan kompetensi, meningkatkan daya saing, dan memperbaiki kemampuan kerja. Belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’) adalah usaha yang harus dilakukan dengan sadar dan menikmati setiap proses belajarnya karena dilakukan dengan sukarela atas dasar kesadaran kebutuhan diri.

Belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’) bukan sekadar konsep; ia mengandung gagasan bahwa pendidikan tidak berhenti setelah meninggalkan lembaga pendidikan formal. Individu dapat terus memperoleh pengetahuan sepanjang hidup mereka, asalkan mereka mau melakukannya. Proses pembelajaran yang berkelanjutan ini sering disebut sebagai pembelajaran berkesinambungan.

Signifikansi belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’) sangat penting di dunia yang berubah dengan cepat saat ini. Dengan terus belajar, kapasitas individu dapat tetap terbarui dengan tren dan pengetahuan terkini, terutama bagi pegawai. Pengetahuan yang selalu diperbarui ini membantu mereka tetap terhubung dengan generasi muda, mencegah kepikunan dini, dan memungkinkan mereka memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan.

Selama kegiatan, Nurul Qomariah menyoroti berbagai metode dan sumber daya yang tersedia untuk belajar sepanjang hayat. Ia menekankan pentingnya akses yang setara terhadap peluang pendidikan, terlepas dari latar belakang atau pencapaian pendidikan sebelumnya. Ini sejalan dengan SDGs, yang mendorong pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil untuk semua.

Lebih lanjut, diskusi juga membahas peran teknologi informasi dalam memfasilitasi belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’). Platform daring dan sumber daya digital telah membuat pendidikan lebih mudah diakses daripada sebelumnya, memungkinkan individu untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kenyamanan mereka sendiri. Kemajuan teknologi informasi ini merupakan langkah signifikan menuju pencapaian akses yang setara terhadap pendidikan, aspek fundamental dari pembangunan berkelanjutan.

Cerita  pagi kali ini juga membahas tantangan yang dihadapi individu dalam mengejar belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’). Banyak pegawai mungkin merasa terbebani oleh tanggung jawab dan tugas sehari-hari, sehingga sulit untuk menemukan waktu untuk pengembangan diri. Dalam kesempatan ini Nurul Qomariah mendorong peserta untuk memprioritaskan pembelajaran sebagai bagian penting dari kehidupan mereka, menyarankan bahwa bahkan upaya kecil yang konsisten dapat menghasilkan pertumbuhan yang signifikan seiring waktu. Kesempatan untuk belajar dan bekerja dapat dilakukan dengan beriringan dengan metode learning by doing, dimana pegawai dapat meningkatkan kompetensi dan kemandirian dengan langsung mempraktikan teori yang sudah dipahami sehingga mendukung peningkatan kinerja organisasi.

Sebagai kesimpulan, kegiatan berbagi pengetahuan “Belajar Sepanjang Hayat (‘lifelong learning’)” secara mandiri berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya pendidikan berkelanjutan dalam mendorong pengembangan pribadi dan masyarakat. Dengan mengadopsi konsep belajar sepanjang hayat (‘lifelong learning’), individu tidak hanya dapat meningkatkan kehidupan mereka sendiri tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas dari pembangunan berkelanjutan, memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap pendidikan dan kesempatan untuk berkembang.

Penulis: S. Fauzi

Photo:  Ben White on Unsplash

Industri Garmen: Kontribusi Besar dengan Tantangan Kesejahteraan Pekerja

Industri garmen berhasil mencatatkan diri sebagai salah satu kontributor utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2022. Data dari Survei Tahunan Perusahaan Industri Manufaktur (STPIM) 2020 yang dilakukan oleh Direktorat Statistik Industri menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang 7,31 persen dari total industri manufaktur, berada di bawah industri makanan. Di sektor ketenagakerjaan, industri tekstil menyerap 12,65 persen tenaga kerja manufaktur, menjadikannya salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia.

Namun, di balik kontribusi ekonomi yang signifikan, ada kenyataan pahit di sektor ini. Tuntutan produksi yang tinggi seringkali diiringi oleh praktik pendisiplinan yang menekan para pekerja, khususnya pekerja wanita. Pendisiplinan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja justru sering menambah beban stres dan berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik pekerja.

Isu multidimensional ini membuat mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 yang terdiri dari Dyan Dhanandjaya Pambudi, Allodya Vanesh Marcella, M. Fazle Mawla Prajadiredja, dan Nur Latifah, serta Elin A. Wulandari dari Fakultas Ilmu Budaya Studi Sastra Indonesia angkatan 2022 tergerak untuk menegakkan pentingnya kesehatan jiwa raga dalam industri garmen Indonesia melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora. Mereka bersama Ardian Rahman Afandi, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing mengangkat judul Dominasi Wanita dalam Industri Garmen: Tuntutan Kerja dan Pendisiplinan terhadap Produktivitas Pekerja Manufaktur Wanita.

Menggunakan Mixed method sequential, selama empat bulan mereka mengidentifikasi pengalaman pekerja wanita terhadap tindakan pendisiplinan yang dilakukan di pabrik garmen dan dampaknya terhadap produktivitas. Menggunakan LMX-MDM, Role of Stress, dan Individual Work Performance Questionnaire sebagai instrumen, diharapkan penelitian ini dapat dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika antara tindakan pendisiplinan, stres kerja, dan kinerja, serta bagaimana pengalaman pekerja wanita berdampak terhadap produktivitas pekerja

Data dari survei 208 partisipan menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingginya tingkat stres kerja dan rendahnya produktivitas. “Pendisiplinan sering dilakukan dengan cara-cara yang kasar dan merendahkan, yang bertujuan memenuhi target produksi tetapi pada kenyataannya menimbulkan tekanan mental yang berkepanjangan.”, ungkap Dyan selaku ketua peneliti.

Selain itu, isu ketidakadilan di tempat kerja juga semakin memberatkan para pekerja wanita, yang tidak hanya menghadapi perbedaan upah, pelecehan seksual, dan kondisi kerja yang buruk, tetapi juga beban sosial sebagai pengurus rumah tangga. Stres yang terus menumpuk menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti gangguan psikosomatis, kelelahan kronis, hingga kecelakaan kerja.

Temuan ini menggugah perlunya pendekatan manajemen yang lebih manusiawi di industri garmen. Pemerintah, pemilik pabrik, dan pihak terkait harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, di mana kesejahteraan mental dan fisik pekerja menjadi prioritas, bukan sekadar produksi dan efisiensi.

Penulis: Fathia Zalfa Khairani

Inspirasien, Startup Alumni UGM, Raih Pengakuan Global di HK Tech 300

Inspirasien, startup inovatif di bidang kesehatan dan pendampingan pasien yang didirikan oleh Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi., M.A., alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil meraih pengakuan internasional dengan memenangkan kompetisi bergengsi HK Tech 300 pada kategori startup kesehatan. Inspirasien masuk dalam jajaran 10 besar bersanding dengan berbagai startup dari Asia Tenggara.

Astriani mengungkapkan bahwa inspirasinya berawal dari pengalaman pribadi menghadapi kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang efektif. “Kami berusaha menciptakan solusi yang memudahkan pasien mendapatkan pendampingan holistik dan terintegrasi dengan teknologi terbaru,” ujar Astriani pada Selasa (2/7).

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menyampaikan kebanggaannya terhadap prestasi ini. “Kami sangat bangga dan mengucapkan selamat atas prestasi Mbak Astriani. Kami yakin ini akan menjadi inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa kita untuk mencapai hal yang serupa,” ujar Dekan.

Inspirasien berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan menyediakan solusi pendampingan pasien melalui platform teknologi yang memudahkan akses layanan kesehatan. Dengan pendekatan holistik dan berpusat pada pasien, Inspirasien berfokus pada dukungan menyeluruh selama proses pemulihan. Inspirasien menyediakan berbagai layanan diantaranya, pendampingan psikologis, konsultasi kesehatan, manajemen penyakit, edukasi kesehatan, dan program pemulihan terintegrasi.

Kompetisi HK Tech 300, yang diselenggarakan oleh City University of Hong Kong, adalah salah satu ajang startup paling bergengsi di Asia yang menyediakan platform bagi inovator dari berbagai negara untuk memamerkan ide-ide mereka. Dalam kompetisi ini, Inspirasien berhasil bersaing dengan lebih dari 80 startup dari berbagai negara di Asia Tenggara.

Inspirasien memulai perjalanan kompetisinya dengan seleksi awal yang ketat, di mana tim harus menyajikan rencana bisnis dan inovasi mereka kepada panel juri. Selama proses seleksi, Inspirasien menunjukkan keunggulan dalam hal pendekatan holistik dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendampingan pasien. Setelah melewati beberapa tahapan penyaringan dan penilaian, Inspirasien berhasil memasuki tahap final kompetisi.

Astriani menambahkan bahwa perjalanan Inspirasien dimulai dengan misi untuk mengatasi tantangan dalam pendampingan pasien. “Keberhasilan kami di HK Tech 300 adalah hasil dari dedikasi dan kerja keras tim kami untuk mengembangkan solusi yang benar-benar bermanfaat bagi pasien. Kami berharap ini dapat menginspirasi mahasiswa dan pengusaha muda untuk terus berinovasi dan mengejar impian mereka,” ungkap Astriani.

Astriani juga menekankan pentingnya kolaborasi dan adaptasi dalam menghadapi tantangan di industri kesehatan. “Kami terus mencari cara untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasien dan perkembangan teknologi. Ini adalah kunci untuk memberikan layanan yang efektif dan relevan,” tambahnya.

Dekan menambahkan bahwa prestasi ini mencerminkan kualitas pendidikan yang diberikan oleh Fakultas Psikologi UGM. “Mahasiswa psikologi perlu menyadari bahwa mereka memiliki bekal ilmu yang sangat memungkinkan untuk sukses dalam berwirausaha. Dengan memahami perilaku, kebutuhan, dan motivasi manusia, mahasiswa dapat merancang program, produk, atau bisnis yang tepat untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ilmu psikologi membantu dalam mengenali kebutuhan konsumen dan merancang strategi bisnis yang efektif,” tambah Dekan.

Melalui keberhasilan di HK Tech 300, Inspirasien tidak hanya membuktikan kapabilitasnya di tingkat internasional tetapi juga membuka peluang kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak untuk mengembangkan solusi kesehatan yang lebih baik.

Penulis: Erna Tri Nofiyana

Moralitas dan Seksualitas: Tantangan Besar untuk Indonesia

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar webinar online bertajuk “Sex, Morality, and Human Nature” pada hari Jumat, (2/8). Webinar yang merupakan rangkaian acara menuju Islamic Psychology Summit (IPS) 2024 dan diikuti oleh 60 peserta ini dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia yang menjadi pemegang kasus HIV tertinggi dengan semakin maraknya penyakit menular seksual karena hubungan seks bebas dan orientasi perilaku seks menyimpang. Perilaku tersebut dilakukan oleh banyak orang dari lapisan masyarakat, baik yang kaya, miskin, tua, muda, bahkan sampai pelajar sekolah yang mayoritasnya memiliki masalah dalam keluarga.

Seorang Dermatologist dan Venereologist, dr. Dewi Inong Irana Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV, menjadi narasumber pertama webinar IPS 2024 yang bertugas membahas tentang cara membangun keluarga yang sehat dan  sejahtera. Dewi berkata, “Masalah keluarga ini penting sekali. Kursus pranikah itu bukan hanya dari segi agama, tapi juga penting dari sisi psikologis suami istri, menjadi orang tua zaman now, ekonomi keluarga, dan terpenting tentang pendidikan seksual dan KB”.

Berkenaan dengan seks bebas, Dewi berpendapat masih ada hubungannya dengan paparan pornografi. Kecanduan porno merusak bagian otak atau prefrontal cortex yang membedakan antara manusia dengan hewan. Dewi berpesan, “Keluarga adalah unit terkecil suatu bangsa. Keluarga beres, Indonesia beres. Jauhi sex bebas. Ingat mati, ingat keluarga, ingat negara, perbanyak olahraga, dan jauhi pornografi. Berani berkata TIDAK pada kekerasan dan perundungan seksual, siapapun pelakunya!”

Seluk beluk moralitas dibahas oleh narasumber kedua yang merupakan dosen Psikologi Perkembangan di Fakultas Psikologi UGM, Sutarimah Ampuni, S.Psi., M.Si., MPsych., Ph.D., Psikolog. Ampuni berkata, “Moralitas itu yang selama ini kita pahami adalah antara apa yang benar dan yang salah. Apa yang bagus, apa yang tidak. Apa yang boleh dan tidak boleh”.

“Jika menginginkan generasi kedepannya memiliki perspektif moral tertentu, maka pembentukannya harus disosialisasikan sedini mungkin agar menetap sebagai bagian identitas moral. Disinilah pentingnya fungsi keluarga, sebagai pencetak perspektif moral anak. Keluarga punya peran penting untuk membentuk kesehatan mental yang baik. Namun, dari sisi moralitas, perlu ditekankan perspektif apa yang harus diajarkan agar anak memiliki pendirian yang baik,” lanjut Ampuni.

Reportase : Tim Islamic Psychology Summit 2024
Penulis : Relung Fajar Sukmawati 

PIONIR PRK 2024 Membawa Mahasiswa Baru Psikologi UGM Menemukan Rumah Kedua 

Sebanyak 275 mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti PIONIR Psikologi Rumah Kita (PIONIR PRK), Rabu (31/7). Acara yang berlangsung pada 31 Juli dan 1 Agustus 2024 ini merupakan bagian dari rangkaian PIONIR Gadjah Mada, dan merupakan orientasi untuk mengenalkan lingkungan serta kegiatan kemahasiswaan Fakultas Psikologi UGM. 

Tahun ini, PIONIR PRK mengusung tema “Bumantara Aksara”, yang memiliki makna simbolis sebagai “keluasan angkasa yang tiada tara” dan “abadi”. Tema ini menggambarkan perjalanan awal para Gadjah Mada Muda (GAMADA) Psikologi untuk tumbuh dan berkembang secara abadi dalam dinamika Fakultas Psikologi yang cerah dan hangat. 

Acara dibuka secara simbolis oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., bersama Koordinator Umum dan Wakil Koordinator PIONIR PRK, serta perwakilan mahasiswa baru. Upacara pembukaan, yang dikenal sebagai Penyusunan Pustaka Bumantara Aksara, menampilkan simbolisme lembaran pustaka Fakultas Psikologi UGM dan penyematan tiga kata: “empowerment”, “self-fulfillment”, dan “self-growth”. 

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., mengucapkan selamat kepada para GAMADA yang telah berhasil melalui berbagai perjuangan untuk menjadi bagian dari UGM. “Selamat yang pertama, selamat menjadi Gadjah Mada Muda. Selamat yang kedua, selamat datang di Psikologi. Selamat yang ketiga, selamat datang di Psikologi Rumah Kita,” ujar Dekan.  

Menjadi seorang mahasiswa psikologi UGM akan dihadapkan pada banyak tantangan studi, sehingga penting bagi GAMADA untuk menjiwai Hymne Gadjah Mada. “Hafalkan dan resapi, kalian akan menjiwai Hymne Gadjah Mada ini sampai seterusnya. Siapapun yang sudah lulus tetap disebut, tetap menyanyikan hymne yang sama, ‘kami mahasiswa Gadjah Mada’. Selamanya kalian akan menjadi pembelajar dalam identitas diri sebagai bagian dari Gadjah Mada,” pesan Dekan.  

Dekan juga menekankan bahwa Psikologi adalah “rumah” bagi mahasiswa untuk belajar, berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai insan psikologi.  

“Hari ini kalian masuk rumah psikologi, rumah dalam pengertian fisik, lingkungan Fakultas Psikologi ini menjadi rumah kalian untuk beraktivitas, untuk berdinamika, mempelajari, mendalami, menghayati ilmu psikologi. Rumah dalam pengertian mental, mulai hari ini, kalian akan belajar berpikir, bersikap, bertindak sebagai insan psikologi,” pungkasnya.  

Omar Havi Zharauri, Koordinator Umum PIONIR PRK 2024, menyampaikan bahwa tujuan utama acara ini adalah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermakna, serta memperkenalkan mahasiswa baru pada lingkungan fakultas. “Kami mengadakan acara ini buat teman-teman Gadjah Mada Muda psikologi semuanya sebagai gerbang pertama kalian di Fakultas Psikologi,” ungkap Omar. 

Ia juga menekankan pentingnya partisipasi aktif dari mahasiswa baru dalam seluruh rangkaian kegiatan PIONIR PRK. “Kami berharap teman-teman Gadjah Mada Muda Psikologi bisa mengikuti acara kita dari awal sampai akhir dengan semangat yang membara,” tambahnya. 

Fakultas Psikologi diharapkan menjadi rumah kedua bagi para mahasiswa, memberikan ruang yang aman dan nyaman untuk eksplorasi diri. “Sesuai dengan slogan kita, kami juga berharap teman-teman Gadjah Mada Muda bisa menemukan Psikologi Rumah Kita sebagai rumah kedua teman-teman yang nanti akan memberikan ruang yang aman, nyaman untuk teman-teman semua melakukan eksplorasi diri,” jelas Omar. 

Sebanyak 275 mahasiswa baru, terdiri atas 235 Program Studi Sarjana Psikologi Reguler dan 40 mahasiswa International Undergraduate Program (IUP), akan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan PIONIR PRK pada hari pertama dan kedua diantaranya, sesi Kepemanduan, Psikologi Rumah Kita, Sesi Ke-Fakultas-an, PsyTour: Faculty and Unit Tour, Pustaka Kisah, Menilik Loka Asa, Ruang Aman di Rumah Kita, dan Misi Rumah Kita.  

Penulis & Foto: Erna Tri Nofiyana  

Toxic Relationship, Pergi Atau Bertahan?

Center for Public Mental Health (CPMH) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar acara kuliah online bertajuk Toxic Relationship Pergi atau Bertahan. Acara yang diadakan secara daring melalui zoom meeting ini diadakan sebanyak dua sesi dengan hari yang berbeda, bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terutama remaja tentang pentingnya mengenali hubungan toxic dan cara tepat keluar darinya. Sesi pertama, Jumat (12/7) khusus membahas tanda-tanda hubungan beracun dan alasan mengapa bisa terjebak di dalamnya.

Narasumber acara, Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa hubungan interpersonal yang baik menentukan kondisi kesehatan mental yang baik, “Salah satu faktor penentu kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental pada seseorang adalah dengan hubungan sosial yang mendukung. Sebaliknya, hubungan sosial yang tidak sehat dapat menjadi faktor risiko kesehatan mental”.

“Toxic relationship dapat ditandai dengan tidak saling mendukung, ada persaingan, ada masalah (di dalam hubungan), berusaha menghancurkan, tidak saling menghargai, posesif, penyelesaian masalah yang buruk, perilaku mengontrol, dan perilaku kekerasan,” lanjut Nurul. 

Nurul menerangkan secara rinci alasan mengapa seseorang bisa terjebak di hubungan beracun, “Toxic relationship dapat terjadi karena rendahnya kesadaran. Saat ini, generasi muda banyak mengalami hubungan tidak sehat yang ditandai dengan adanya perilaku abusive. Sayangnya, perilaku ini sering dinormalisasi sehingga banyak generasi muda yang merasa bahwa hubungannya baik-baik saja meskipun pernah mengalami kekerasan fisik”.

Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, narasumber pada sesi kedua, Jumat (26/7) menjelaskan secara rinci upaya-upaya yang dapat dilakukan agar berhasil keluar dari toxic relationship, “Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mencari dukungan sosial. Penelitian menyimpulkan penyebab korban kekerasan memutuskan untuk tetap berada dalam hubungan abusive salah satunya disebabkan karena kurangnya dukungan sosial yang dimiliki oleh korban. Dukungan sosial ini mencakup dukungan dari keluarga, teman, maupun fasilitas yang dapat diakses oleh korban”.

Selain dukungan sosial, kesadaran diri juga penting dimiliki oleh seseorang yang sedang berada di lingkaran hubungan beracun, “Meningkatkan kesadaran diri dapat dimulai dengan memikirkan dampak negatif dan positif jika kita memutuskan hubungan beracun. Setelah itu, kita bisa memaknai hubungan dan kehilangan sehingga dapat mengambil pelajaran atas peristiwa yang telah terjadi”.

Wirda memberikan tips khusus yang dapat dilakukan setelah memutuskan untuk berpisah, “Memaafkan menjadi poin utama yang harus dilakukan, setelah itu kita perlu bertindak tegas untuk menjaga jarak, memutus ikatan emosi, dan memberikan label kembali pada pelaku (misalnya orang asing yang tidak dikenal)”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Berbagi Cerita: Cita-cita Masa Kecilku

Masih ingat dengan lagu “Susan Punya Cita-Cita”? Dalam salah satu baitnya disebutkan: “Cita-citaku ingin menjadi dokter, cita-citaku ingin jadi insinyur.” Lagu itu tampaknya sangat pas menggambarkan masa kanak-kanak.

Ada apa dengan cita-cita? Bagaimana memberi begitu banyak penerang dan tenaga lebih bagi diri? Menyentuh semua itu, ternyata cita-cita tidak hanya sebatas impian. Sesungguhnya cita-cita adalah fondasi kuat untuk meraih kesuksesan di masa depan. Ibarat seberkas cahaya pemberi terang, cita-cita membawa perjalanan hidup manusia kepada titik capaiannya. Ungkapan sederhana saat kecil, ingin menjadi ini atau itu kemudian membekas dan terpatri dalam pikiran. Ternyata kesederhanaan ungkapan itu menuntun kepada jalan-jalan tujuan.

Acara cerita pagi yang diadakan di taman sisi selatan Fakultas Psikologi pada Rabu, 24 Juli 2024, menjadi bukti kekuatan cita-cita. Peserta kegiatan dari berbagai latar belakang berkumpul untuk berbagi aspirasi dan mendengarkan cerita inspiratif dari individu yang sukses. Acara ini menekankan pentingnya akses terhadap pendidikan dan pendidikan untuk keberlanjutan, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Salah satu peserta yang berkesempatan berbagi cerita pada pagi ini adalah pak Sunardi. Menurut pak Nardi, ada empat poin penting yang perlu dilakukan agar cita-cita kita dapat tercapai, yaitu 1) kuasai ilmunya dengan terus belajar, 2) niat (tentukan tujuan dan siapkan perencanaan), 3) pasrah dan selalu berprasangka baik (dengan selalu berpikir positif dan optimis bahwa cita-cita tersebut bisa kita raih, kita bisa terus maju dan mencapai tujuan tersebut), dan yang ke-4 adalah tekad yang kuat  dan percaya dengan kemampuan diri. “Dengan keyakinan diri, secara otomatis kita akan lebih gigih dan terdorong untuk mencapai cita-cita tersebut” tambah pak Nardi.

Sebagai kesimpulan, acara cerita pagi pada hari ini adalah pengingat indah tentang kekuatan cita-cita dan pentingnya pendidikan serta proses belajar yang terus berkelanjutan dari masa ke masa akan membuahkan hal baik di masa depan. Ini memperkuat gagasan bahwa dengan dukungan dan kesempatan yang tepat, setiap anak dapat mencapai cita-cita dan aspirasinya. Saat kita terus berupaya mencapai SDGs, mari kita ingat untuk memupuk, merawat dan mendukung cita-cita generasi muda.

Penulis: S. Fauzi

Foto: https://unsplash.com

Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi, Ph.D. Berbagi Pengalaman: Selalu Belajar Hal-hal Baru

Dalam dunia yang terus berkembang dan perubahan sistem informasi yang berubah dengan sangat cepat, pentingnya pembelajaran berkelanjutan tidak bisa diabaikan terutama yang mendukung peningkatan kapasitas diri seseorang. Senin, 22 Juli 2024, Ibu Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Psikologi berbagi cerita tentang mitos dan keinginan untuk selalu belajar hal yang baru.

Wakil Dekan yang biasa dipanggil mbak Dytia ini memulai cerita pagi dari hewan peliharaannya yang tiba-tiba sakit dan kemudian mati meskipun sempat diupayakan dibawa ke klinik hewan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Mbak Dytia yakin hal ini tidak ada kaitannya dengan ‘mitos’ yang  ada yaitu, apabila kita makan dan tidak habis maka ayam/binatang peliharaan kita akan ada yang mati. Dan ternyata  berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter hewan, ayam peliharaan mbak Dytia tersebut mati karena terserang virus,  jadi bukan karena ‘mitos’.

Dari kejadian ayamnya yang sakit ini mbak Dytia banyak belajar hal-hal baru. “Dengan terus memperoleh pengetahuan dan mencari informasi baru, kita dapat mengembangkan keterampilan, mengasah kecerdasan, serta membuka peluang untuk mencapai potensi terbaik dalam hidup,” ujarnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan untuk memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

Mempelajari keterampilan baru dapat memecah kebosanan rutinitas sehari-hari. “Dengan secara konsisten mendidik diri sendiri dan mencoba hal-hal baru, kita akan belajar bahwa kita mampu melakukan perubahan dan pertumbuhan, yang membuat kita tetap terbuka terhadap peluang baru dalam hidup,” jelas mbak Dytia. Pola pikir ini sangat penting dalam dunia yang berubah dengan cepat di mana adaptabilitas adalah kuncinya.

“Ketika kita berhasil mempelajari sesuatu, kita merasa lebih baik, lebih percaya diri, dan kemampuan kita untuk menangani segala macam tugas baru meningkat,” kata mbak Dytia. Peningkatan kapasitas keterampilan seseorang dapat pula meningkatkan harga diri, dimana hal ini dapat memiliki efek positif pada area lain dalam kehidupan, termasuk karier dan hubungan pribadi. Beliau juga menyarankan untuk menyisihkan waktu khusus untuk belajar hal-hal baru, menjelajahi berbagai subjek dalam kehidupan sehari-hari dan disekitar kita.

Pesan yang tercermin dari cerita pagi ini cukup jelas bahwa selalu terbuka untuk mempelajari hal-hal baru. Ini tidak hanya meningkatkan pertumbuhan kemampuan individu tetapi juga sejalan dengan tujuan yang lebih luas untuk memastikan akses pendidikan bagi semua, seperti yang diimpikan oleh SDGs.

Penulis: S. Fauzi

Berbagi Cerita Inspiratif Dosen Muda dari Negeri Kincir Angin

Memulai studi di luar negeri adalah pengalaman yang tak ternilai. Hidup di lingkungan baru, belajar mandiri, bertemu dengan orang-orang baru, dan menghadapi budaya serta bahasa baru dapat menciptakan kenangan seumur hidup. Namun hal tersebut juga bukan tanpa tantangan. Dosen muda Fakultas Psikologi, Mbak Nisa (Dr. Rizqi Nur’aini A’yuninnisa, S.Psi., M.Sc.) dan Mas Ardian (Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog), menyampaikan bahwa mereka perlu melakukan banyak adaptasi ketika pertama kali pindah dan tinggal di Belanda.

Belanda adalah negara dengan empat musim. Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki dua musim. Bagi Mbak Nisa dan Mas Ardian, salah satu adaptasi yang cukup besar dilakukan adalah terkait perbedaan musim tersebut. Suhu yang dingin terutama di musim dingin serta cuaca di Belanda yang sering berubah-ubah menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, perbedaan musim juga berpengaruh pula dengan perbedaan waktu sholat sehingga perlu menyesuaikan, termasuk ketika berpuasa.

Di Belanda jika ingin melihat kebun tulip, bisa menuju kota Lisse dan sekitarnya ketika musim semi tiba. Ketika naik kereta antar kota, kerap kali juga kita bisa melihat padang tulip yang membentang luas di Belanda di banyak lokasi. Pada saat musim semi, bunga tulip juga banyak sekali dijual di berbagai kota di Belanda. Orang Belanda pun sangat senang dengan bunga tulip sehingga kerap juga menanam bunga tulip di halamannya atau membeli dan meletakkan di dalam rumahnya. Belanda juga terkenal dengan kincir angin yang bisa di temui di banyak kota di Belanda. Selain itu, di Belanda juga banyak ditemui bangunan-bangunan dengan arsitektur lama yang masih sangat dijaga. Pada kota-kota tertentu, kanal-kanal di Belanda juga sangat menarik untuk dikunjungi. Banyak orang yang khusus mengambil tur kanal menggunakan kapal kecil untuk menyusuri kota melalui kanal. Dalam hal transportasi, orang-orang di Belanda banyak menggunakan sepeda untuk bepergian. Hal ini mungkin bagian dari kultur di Belanda sehingga hampir tiap orang pasti memiliki sepeda.

Berbicara tentang kuliner, Belanda memiliki beberapa kuliner khas, seperti stroopwafel, bitterballen, haring, poffertjes, oliebollen, stamppot. Yang menarik, di Belanda ternyata makanan Indonesia cukup mudah ditemui karena banyaknya pendatang dari Indonesia. Ada pula toko-toko Asia yang menjual bahan makanan Indonesia cukup lengkap sehingga hal ini tentu memudahkan para mahasiswa Indonesia yang kangen dengan makanan Indonesia. Tidak hanya kecap, sambal, mie instant, namun tempe, tahu, kerupuk pun juga cukup mudah ditemukan di Belanda.

Orang Belanda dikenal cukup ramah. Orang Belanda biasa menyapa orang dengan sapaan sederhana, seperti “hallo”, “hoi”, “morgen”. Menjadi sangat berkesan bagi Mbak Nisa dan Mas Ardian memiliki teman dari Belanda sehingga dapat banyak belajar mengenai kebiasaan dan budaya yang berbeda di sana.

Salah satu tips yang disampaikan oleh Mbak Nisa dan Mas Ardian ketika hidup di negeri orang adalah pentingnya untuk bisa beradaptasi, tangguh, ulet, dan selalu bersyukur. Rasa syukur tidak henti-hentinya dipanjatkan oleh keduanya karena dapat dipertemukan dengan orang-orang baik di Belanda yang banyak membantu mulai dari mencari tempat tinggal/apartemen, mengurus surat izin tinggal, mengurus asuransi, ataupun hal-hal lainnya.

Hal lain di Belanda yang disampaikan Mbak Nisa dan Mas Ardian adalah mengenai sistem kesehatan di sana, salah satunya ketika hamil dan melahirkan di Belanda. Berdasarkan pengealaman Mbak Nisa dan Mas Ardian, peran bidan sangatlah besar di Belanda dimulai dari pemeriksaan kehamilan sampai dengan persalinan. Proses persalinan di rumah juga merupakan hal yang sudah menjadi hal yang biasa dan banyak ditemukan di Belanda. Selain peran bidan, ada pula bantuan dokter atau spesialis, terutama ketika pasien memiliki kasus medis khusus dan membutuhkan referral. Ada tradisi yang menarik di Belanda ketika seseorang baru saja melahirkan. Ketika bayi yang dilahirkan adalah laki-laki, maka biasanya keluarga akan menyediakan muisjes (a traditional Dutch bread topping) berwarna biru dan putih. Namun jika bayi yang lahir adalah perempuan, maka biasanya keluarga akan menyajikian muisjes berwarna pink dan putih.

Hal menarik lainnya yang dibagikan adalah bahwa hampir di setiap kota seringkali ada festival “Pasar Malam”. Dalam festival tersebut, banyak dijumpai wahana-wahana permainan yang serupa dengan di Indonesia, seperti bianglala, bombom car, rumah hantu, komidi putar, dan lain sebagainya. Ada pula beberapa kedai yang menjual snack-snack, termasuk terkadang dijumpai pula kedai yang menjual kuliner Indonesia. Hal ini cukup menarik karena banyaknya orang Indonesia yang tinggal di Belanda atau memiliki relasi dengan Indonesia, entah keluarganya, teman, atau bahkan orang Indonesia sendiri. Selain itu, banyak juga orang Jawa (Suriname) yang masih fasih berbahasa Jawa tinggal dan menetap di Belanda.

=

Penulis: S. Fauzi