Arsip:

SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Fakultas Psikologi UGM Wujudkan Sivitas Sehat dan Sejahtera melalui Jumat Sehat Bugar 

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkomitmen untuk mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan sivitas akademika melalui program “Jumat Sehat Bugar” yang digelar pada Jumat (19/7). Acara ini berlangung pukul 07.30 hingga 09.30 WIB, dimulai dari Fakultas Psikologi UGM, melewati jalur Wisdom Park, dan berakhir di Wisma MM UGM.  

Sivitas Fakultas Psikologi UGM dapat memilih berbagai aktivitas fisik diantaranya, jalan sehat, bersepeda, senam, dan e-sport. Lebih dari 70 peserta yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan hadir beramai-ramai mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang baru pertama kali digelar ini disambut antusiasme tinggi dari peserta.  

“Acara ini sangat menyenangkan, kita olahraga dengan suasana baru, di lingkungan yang menyatu dengan alam,” ujar Santi, salah satu tendik Fakultas Psikologi UGM.  

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ima, ia berharap bahwa kegiatan ini dapat rutin dilaksanakan. “Kemarin pesertanya belum maksimal karena mungkin sudah ada agenda lain. Mungkin kedepannya bisa dirutinkan sebulan atau dua bulan sekali, jumat sehat di Wisdom Park atau tempat lainnya,” ungkapnya.   

Selain program “Jumat Sehat Bugar”, Fakultas Psikologi UGM juga menyelenggarakan kegiatan rutin setiap Jumat pagi yang dapat diikuti dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kegiatan rutin tersebut meliputi jalan sehat, senam, bersepeda, e-sport, ping pong, dan karawitan di lingkungan fakultas.  

Melalui kegiatan ini, Fakultas Psikologi UGM berharap dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat, harmonis, dan penuh semangat kebersamaan.  

Penulis: Erna 

Foto: Andri

Tendik Fakultas Psikologi Gelar Maksibar: Tasyakuran dan Upaya Zero Waste

Yogyakarta, 17 Juli 2024 — Sejak beberapa hari lalu, jamaah haji Indonesia mulai kembali ke Tanah Air. Salah satu diantaranya adalah Tenaga Kependidikan Fakultas Psikologi UGM, Sunardi. Pria asli Gunung Kidul yang akrab dipanggil pak Nardi ini telah selesai melaksanakan ibadah hajinya tahun ini. Mewujudkan rasa syukur dan bahagianya, ia menggelar acara Makan Siang Bareng (Maksibar) yang dihadiri tendik dan dosen.

Pak Nardi mengundang salah satu penjual bakso terkenal di Yogyakarta, yaitu ‘bakso pak Tugiyanto Tukangan’, sebagai menu makan siang bersama kali ini. Tidak hanya sebagai rasa syukur atas kelancaran ibadah hajinya, mengundang penjual makanan secara langsung ke tempat kerja merupakan upaya pengurangan limbah bungkus makanan. Bakso disajikan langsung dari mangkok yang telah disediakan oleh pak Tugiyanto dan krunya.

Kegiatan maksibar ini memiliki poin penting dalam membangun kebersamaan dan menjalin tali silaturahmi. Membangun keakraban dalam suatu tim kerja sangatlah penting, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti bertegur sapa dan mengucapkan salam.

“Maksibar disajikan prasmanan sebagai bentuk dukungan program zero waste UGM, dan menambah keakraban dengan para dosen dan tendik yang hadir”, kata Nurul Qomariyah, S.E., Koordinator Bidang Administrasi, Keuangan, dan Umum Fakultas Psikologi UGM.

Acara seperti ini juga bisa menghindari kejenuhan dalam bekerja dan mencairkan suasana kerja. Semuanya dilakukan dengan tujuan menjalin tali persaudaraan, karena kita semua menyadari bahwa setiap dari kita memiliki kelebihan masing-masing yang bisa saling melengkapi satu sama lain.

Penulis: S. Fauzi

Cerita Inspiratif dari Sang Pemandu Wisata

Pada pagi hari Senin kedua di bulan Juli ini, Dr. Sumaryono, M.Si., Psi., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan SDM Fakultas Psikologi UGM menyampaikan sebuah kisah inspiratif. Kali ini beliau menceritakan tentang seorang pemandu wisata yang luar biasa bernama Iskandar. “Pak Iskandar ini berbeda dengan dengan pemandu wisata lainnya, beliau mempunyai gaya berkomunikasi yang unik ketika bersosialisasi dengan siapapun, dan sangat titen terhadap karakter masing-masing pelangganya,” ujar Dr. Sumaryono.

Dalam berbagai kesempatan baik sebelum kegiatan dilaksanakan ataupun ketika dilapangan, pak Iskandar selalu memperhatikan dan memahami keinginan dan harapan setiap pelanggan yang ikut dalam perjalanannya. Beliau melihat pelanggannya bukan hanya sebagai angka dalam kelompok, tetapi sebagai individu yang memiliki cerita, impian, keinginan masing-masing. Sentuhan pribadi ini membuatnya berbeda dari pemandu wisata lainnya.

Satu hal lain yang membuat Pak Iskandar ini berbeda adalah beliau tidak pernah menolak atau mengatakan ‘tidak bisa’ apabila ada permintaandari pelanggannya. “Baik, saya cermati dulu/saya pelajari dulu” adalah responsnya ketika menerima suatu permintaan dari pelanggannya. Sikap ini berasal dari keinginannya agar bisnis tour dan travelnya tetap eksis dalam kondisi apapun.

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dunia kerja, kemampuan dan kemauan memberikan respons yang positif adalah salah satu poin yang harus dimiliki oleh para pekerja. Responsif artinya bersikap cepat dalam merespon atau menanggapi situasi tertentu. Bukan respons negatif tentunya, melainkan respons positif demi membangun hubungan yang harmonis. Peka terhadap kebutuhan pelanggan dan rekan kerja, beri dukungan, serta lakukan tindakan yang dapat membantu mereka.

Cerita Pak Iskandar adalah bukti pentingnya pendidikan untuk keberlanjutan dan pekerjaan yang layak. Dengan terus belajar dan beradaptasi, beliau memastikan bisnisnya tetap berkembang sambil memberikan pelayanan yang luar biasa kepada para pelanggannya. Pendekatannya menyoroti pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan orang lain, yang merupakan aspek kunci pada pembangunan berkelanjutan.

Dr. Sumaryono menekankan bahwa sikap Pak Iskandar adalah contoh bagi semua pekerja. “Dalam profesi apapun, bersikap responsif dan perhatian terhadap kebutuhan orang lain dapat membawa kesuksesan dan keberlanjutan,” ujarnya. Pola pikir ini tidak hanya bermanfaat bagi individu tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Cerita Pak Iskandar menjadi inspirasi bagi semua orang untuk berusaha mencapai keunggulan dalam pekerjaan mereka. Ini menunjukkan bahwa dengan dedikasi, empati, dan kemauan untuk belajar dan memberikan layanan terbaik, seseorang dapat mencapai hal-hal besar. Contohnya mendorong orang lain untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam kehidupan profesional dan pribadi mereka.

Sebagai kesimpulan, cerita tentang Pak Iskandar adalah pengingat kuat tentang dampak yang diberikan oleh satu orang melalui komitmen mereka untuk memberikan pelayanan yang luar biasa. Ini menekankan pentingnya pendidikan untuk berkelanjutan dan pekerjaan yang layak, serta bagaimana prinsip-prinsip ini dapat mengarah pada karir yang sukses dan memuaskan.

Penulis: S. Fauzi
Foto: https://unsplash.com

Integrasi Clinical Hypnosis dan Neuroscience

Integrasi Clinical Hypnosis dan Neuroscience: Eksplorasi dan Aplikasi dalam Workshop HGI Studio

Kelompok penelitian Fakultas Psikologi UGM yang tergabung dalam Hypnotic Guided Imagery and Transpersonal Research Studio (HGI Studio) menggelar workshop bertajuk “Clinical Hypnosis dan Neuroscience: Membaca EEG dan Aplikasinya dalam Psikologi” pada Jumat (21/6), di Ruang A-203 Fakultas Psikologi UGM. Workshop ini menjadi bagian pertama dari tiga rangkaian yang bertujuan mengeksplorasi keilmuan terkait bidang clinical hypnosis.  

Acara yang digelar secara bauran ini dihadiri 72 peserta dari berbagai latar belakang profesi dan institusi, termasuk peneliti, dokter, dan psikolog dari puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, perguruan tinggi, perusahaan, serta organisasi profesi.  

Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog, selaku Principal Investigator HGI Studio dan moderator workshop, membuka acara dengan memberikan gambaran mengenai penelitian yang telah dilaksanakan sejak 2019. Penelitian ini didanai oleh Riset Inovatif Produktif Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan RI (RISPRO – LPDP). Penelitian ini bertujuan mengembangkan pengukuran emosi manusia menggunakan peralatan psikofisiologis berupa EEG, HRV, GSR, dan suhu tubuh. 

Penelitian yang telah memasuki tahun ketiga ini juga didukung oleh sembilan research center dari berbagai universitas di Indonesia, diantaranya Universitas Sumatera Utara, Universitas Gunadarma, Universitas Padjadjaran, Universitas Maranatha, Universitas Diponegoro, Universitas Kristen Widya Mandala di Surabaya, Universitas Udayana, dan  Universitas Pendidikan Ganesha.  

Prof. Kwartarini menjelaskan, fenomena gendam dan penipuan yang marak menjadi dasar dari ketertarikannya untuk memperlajari hipnosis lebih lanjut. Dari temuannya, penggunaan hipnosis dalam terapi mengakibatkan perubahan cepat yang untuk kasus seperti berhenti merokok atau fobia spesifik melalui memory reconstruction. Dalam eksplorasinya, Prof. Kwartarini bertemu dengan berbagai ahli dan menyadari perlunya pemahaman mendalam agar hipnoterapi klinis dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, pada workshop ini ia mengundang Prof. Ismail untuk menjelaskan proses memory reconstruction dari perspektif fisiologis. 

Prof. Dr. dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S (K), merupakan guru besar bidang Neurologi dari Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM.  

“Organ tubuh kita selain otak hanya menerima perintah,” jelas Prof. Ismail. Ketika tubuh menerima sinyal seperti nyeri, terjadi proses di mana sinyal tersebut bisa diperkuat atau diabaikan. Proses ini melibatkan zat kimia seperti tnf alpha dan tnf beta, di mana tnf beta bertindak sebagai pelindung. Dengan pengaturan yang tepat, stres, kebingungan, atau rasa sakit dapat diminimalkan. 

Lebih lanjut, Prof. Ismail menjelaskan tentang konsep keseimbangan dalam tubuh, disebut milieu interior. Menurutnya, penting untuk tidak melihat bakteri sebagai musuh yang harus segera dihilangkan, karena tubuh kita memerlukan antibodi untuk melawan infeksi. Begitu juga dengan stres, yang penting untuk dikelola dengan baik pada anak-anak agar bisa menjaga kesehatan mentalnya.  

“Jangan menganggap bahwa anak kecil yang belajar jalan kemudian terjatuh dihentikan. Itu adalah satu proses keseimbangan antara inhibition dan excitation,” jelasnya. 

Workshop ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang integrasi antara clinical hypnosis dan neuroscience serta aplikasinya dalam praktik psikologis modern. 

Workshop bagian pertama HGI Studi ini dapat disaksikan melalui Kanal Pengetahuan Fakultas Psikologi UGM  

Penulis: Edwin Gandawijaya  

Editor: Erna Tri Nofiyana

Foto: Yunissa Meganingtyas

Fakultas Psikologi UGM dan Universitas Sydney Berkolaborasi dalam Field School dengan Tema Kesehatan Mental

Universitas Sydney bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan program field school singkat selama 1.5 jam dengan tema Kesehatan Mental di Indonesia dan Akses Layanan Kesehatan Mental, Rabu (19/6). Kegiatan yang dilakukan di ruang A-203 Fakultas Psikologi UGM ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang isu kesehatan mental di Indonesia. 

Program field school diikuti oleh 20 peserta dari Universitas Sydney dan 6 peserta dari Universitas Gadjah Mada. Mengundang lima tamu istimewa, Prof. Susan Goodwin, BA(Hons), PhD., Dr. Margaret Spencer RN, BTheol, BSW, PhD., Dadung Ibnu Muktiono, PhD (Cand)., Restu Tri Handoyo, Ph.D., Psikolog, dan Aliyaturrahmah Supriyadi, S.Psi., MHS.

“Melalui program ini saya berharap para peserta dapat saling bertukar pikiran dalam menyoroti isu kesehatan mental sehingga menghasilkan sebuah kebermanfaatan,” harap Rahmat. 

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa psikologi memiliki beberapa unit salah satunya CPMH, CPMH merupakan salah satu unit di Fakultas Psikologi UGM yang berfungsi sebagai pusat kajian, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat advokasi kebijakan, dan pusat layanan di bidang kesehatan mental masyarakat.

Dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus peneliti di Center for Public Mental Health (CPMH), Aliyaturrahmah Supriyadi, S.Psi., MHS., menjelaskan gambaran umum tentang kondisi kesehatan mental di Indonesia dan ketersediaan tenaga profesional yang masih sangat terbatas, “Setiap 1 dari 100.000 populasi memiliki 0.4 psikiater, 0.2 psikolog, 2.3 perawat kesehatan mental, 0.1 pekerja sosial, dan 0.1 terapis okupasi”. 

Berkaitan dengan layanan psikologi, dosen dan ketua Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Restu Tri Handoyo, Ph.D., Psikolog menjelaskan secara rinci macam-macam layanan psikologi dan program kesehatan mental, “UGM memiliki tiga sumber layanan kesehatan mental, yaitu UKP, Gadjah Mada Medical Centre (GMC), dan UGM Academic Hospital. Terdapat juga tiga program kesehatan mental yang dimasifkan, yaitu skrining awal kesehatan mental, respons krisis kesehatan mental dan manajemen kasus, serta promosi kesehatan mental”. 

Bukan sekedar mendengarkan materi, seluruh peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke UKP Fakultas Psikologi guna mengamati ruang-ruang konsultasi yang ada.  

Penulis : Relung Fajar Sukmawati 

Sebanyak 69 Wisudawan/wisudawati Ikuti Pelepasan Program Sarjana Periode III 2023/2024

Sebanyak 69 wisudawan/wisudawati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti pelepasan Program Studi Sarjana Psikologi Periode III Tahun Akademik 2023/2024 di Hall-D Fakultas Psikologi UGM, Rabu (22/5). Wisudawan terdiri dari 60 program reguler dan sembilan dari International Undergraduate Program (IUP). Dari jumlah tersebut, 54 wisudawan meraih penghargaan akademik dengan predikat pujian. 

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., mengucapkan apresiasi atas capaian para wisudawan. “Dengan tambahan 69 wisudawan ini, Fakultas Psikologi UGM telah meluluskan 6.531 sarjana,” ujarnya.  

Dekan menegaskan bahwa tingginya nilai kelulusan mencerminkan penguasaan para wisudawan terhadap target capaian pembelajaran. “Kami memiliki keyakinan tinggi tidak mengobral nilai, tetapi nilai menggambarkan kemampuan kalian dibandingkan dengan siapapun sarjana psikologi yang dihasilkan di berbagai perguran tinggi di Indonesia,” tegasnya.  

Rahmat juga menyampaikan bahwa memperoleh gelar sarjana psikologi bukanlah perjalanan yang mudah. “Kalian memiliki kapasitas pribadi, kekuatan karakter, serta bekal ilmu, sikap, dan etika sebagai sarjana psikologi,” katanya.  

Dekan berpesan kepada wisudawan untuk tidak melupakan komitmen sebagai alumi Universitas Gadjah Mada untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu. “Kami melepaskan kalian semua keluar dari gerbang Fakultas Psikologi untuk terbang tinggi, untuk menjelajahi dunia, untuk mengembangkan diri, untuk mengeksplorasi bagian-bagian dari kapasitas yang kalian miliki, untuk dimanfaatkan, untuk memberikan manfaat bagi kalian sendiri, keluarga kalian, masyarakat dan bangsa,” tutupnya.  

IPK tertinggi dari program IUP diperoleh oleh Putri Aida Rahman, dengan IPK 3.90. Virna Annisya Charisma menjadi wisudawan dengan masa studi tercepat dari program reguler, menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 4 bulan 15 hari. Di sisi lain, Marsyanti Mahira memperoleh gelar dengan masa studi tercepat dari program IUP, menyelesaikan dalam 3 tahun 4 bulan 9 hari. Daniella Assyifa Budiharto (21) menjadi wisudawan termuda dari program reguler, sementara Aurel Carissa Rahardjo (20) menjadi wisudawan termuda dari program IUP.  

Dyah Pitaloka Putri Sutanto, wisudawan berprestasi dengan IPK tertinggi 3.93 dari program reguler, memberikan sambutan mewakili seluruh wisudawan. Ia mengungkapkan rasa bangganya bisa mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi UGM dan mengingat perjalanan studinya yang terdampak pandemi. “Tantangan ini membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh. Kita digembleng dalam kawah Candradimuka, ditempa realita, dimatangkan oleh dinamisnya dunia. Sudah semestinya kita berterima kasih kepada diri kita sendiri karena telah berjuang sejauh ini,” katanya dengan haru. 

Dyah menyampaikan tiga hal untuk menghadapi transisi dari kehidupan kampus ke dunia nyata: menghadapi ketidaknyamanan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menyadari nilai diri tidak bergantung pada penerimaan orang lain, dan memahami bahwa kebahagiaan dan keyakinan berasal dari dalam diri.   

“Dunia sesungguhnya tidak akan senyaman di kampus kita tercinta ini teman-teman. Kita perlu berdamai dengan ketidaknyamanan tersebut dan kita bisa memperluas zona nyaman kita untuk menjadi pribadi dan versi yang terbaik dari diri kita,” pesan Dyah.  

Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D., orang tua dari Putri Aida Rahman mewakili orang tua wisudawan/wisudawati, menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan selama perjalanan studi wisudawan yang tidak mudah. “Ini menjadi bukti bahwa anda semua telah berhasil menghadapi tantangan dan menyelesaikan berbagai masalah dengan baik. Anda semua diharapkan berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain di sekitar Anda,” kata Arief Rahman.  

Perwakilan Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), Kumala Windya Rochmani, S.Psi, M.Psi, Psikolog, menyambut wisudawan/wisudawati sebagai keluarga baru KAPSIGAMA. Ia memperkenalkan KAPSIGAMA serta manfaat bagi anggotanya, seperti jejaring, silaturahmi, dan kolaborasi. “Mari kita buat jejaring, sama-sama berkarya, dan juga berkolaborasi sama-sama,” pungkasnya.  

Pada pelepasan ini, Ketua Program Studi Sarjana Psikologi, Dr. Ridwan Saptoto, S.Psi., M.A., Psikolog, menyerahkan tranksrip wisudawan/wisudawati program reguler. Selanjutnya, Ketua Pelaksana Pengelolaan International Undergraduate Program (IUP), Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., menyerahkan transkrip kepada wisudawan/wisudawati IUP. Kemudian, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., mengalungkan syal alumni kepada para wisudawan/wisudawati. 

Jason Ebenhaezer Samuel (2020) dan Maulana Hizrian Hazazi (2021), mahasiswa Program Sarjana, memberikan persembahan dengan menyanyikan lagu yang menyemarakkan acara pelepasan ini. Penutupan acara pelepasan wisudawan/wisudawati diakhiri dengan pembacaan doa oleh Nur Abidin serta sesi foto bersama. 

 

Penulis: Erna 

Tantangan dan Solusi: Kesiapsiagaan Darurat bagi Penyandang Disabilitas dalam Angkringan CICP

Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar diseminasi penelitian dalam acara Angkringan 4 dengan tema Disabilitas, Kesiapsiagaan, dan Hubungan Sosial. Acara diadakan secara bauran di aula gedung D Fakultas Psikologi UGM dan zoom meeting pada Kamis (16/5).

Kepala Inklusi Disabilitas Nossal Institute for Global Health Universitas Melbourne, Alex Robinson, Ph.D., dan tim peneliti CICP, Fega Ayu P, S.Psi., menjadi narasumber pada sesi pertama acara ini dengan tema “Penyandang Disabilitas dan Kesiapsiagaan Darurat di Indonesia dan Filipina”. 

“Disabilitas bukan lagi menjadi isu individu, melainkan isu masyarakat yang harus diperhatikan. Pada kesempatan ini kita akan menjelaskan bagaimana penyandang disabilitas saat menghadapi situasi darurat yang tentu akan semakin meningkatkan risiko karena penyandang disabilitas memiliki keterbatasan, baik keterbatasan informasi maupun keterbatasan akan kondisi yang dimiliki,” ujar Alex. 

Alex menjelaskan secara detail aksi antisipatif sebagai modalitas penyaluran bantuan kemanusiaan, “Enam hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalankan aksi antisipatif adalah penentuan target, peringatan dini, penyedia jasa keuangan, biaya universal dan biaya spesifik disabilitas, pengeluaran minimum dan maksimum, serta pengambil keputusan”. 

Mendukung pernyataan yang sebelumnya telah dipaparkan oleh Alex, Fega menerangkan, “Terdapat kesenjangan informasi tentang bagaimana penyandang disabilitas mengakses dan merespon pesan peringatan dini, termasuk implikasi dari aksi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas sistem peringatan dini”. 

“Hasil penelitian mengungkap pemahaman yang beragam tentang sistem peringatan dini. Dalam hal ini, pengumuman dari Pak Dukuh banyak diandalkan oleh para responden penilaian. Oleh karenanya diperlukan standarisasi sistem peringatan dini yang mencakup pemahaman masyarakat dan sikap untuk merespon. Pemimpin juga perlu diberdayakan untuk menyampaikan informasi secara akurat dan terkoordinir,” jelas co-researcher.

Berkenaan dengan cara penyandang disabilitas mengenali tanda-tanda bencana, mereka banyak mengandalkan informasi dari media massa, melihat tanda-tanda alam, pengumuman dari kepala desa, dan ajakan informasi dari tetangga. 

Terakhir, co-researcher. Juga menjelaskan tentang tantangan yang dihadapi saat akan melakukan evakuasi bencana pada disabilitas berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, “Pertama, data ragam disabilitas berbeda, misalnya di data tuli namun ternyata tidak atau mungkin justru mengalami cacat ganda. Kedua, hambatan komunikasi dengan responden dan warga setempat. Ketiga, responden membawa benda berbahaya. Keempat, tantangan dengan Juru Bicara Isyarat (JBI) terkait jadwal. Kelima, responden dengan disabilitas ganda (tuli + grahita) sulit memahami pertanyaan dan tidak menjawab pertanyaan”.  

 

Penulis : Relung Fajar Sukmawati 

kajian-ramadan-Ratna Syifaa Rachmahana

Kajian Ramadan: Menggali Makna Metamorfosa Menuju Hidup Lebih Berwarna

Di penghujung bulan Ramadan, Fakultas Psikologi UGM menggelar Kajian Ramadan 1445 H terakhir secara bauran pada Jumat (5/4). Kajian keempat kali ini menghadirkan Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog, dari Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Fakultas Psikologi UGM yang menyampaikan materi bertajuk “Metamorfosa Ramadan Menuju Hidup Lebih Berwarna”.

Dalam kajian tersebut, Ratna mengejak peserta untuk kembali memahami makna metamorfosa kaitannya dengan Ramadan, yang dimaknai sebagai proses seorang muslim menjadi lebih baik.

“Proses metamorfosa adalah i’tibar bagi kita, bahwa siapapun kita bisa menjadi lebih daik, dengan proses belajar di madrasah Ramadan,” terang Ratna.

Ratna menjelaskan proses metamorfosa dari ulat menjadi kupu-kupu sebagai dua hal yang berbeda. Ulat cenderung dihindari karena dianggap merugikan, sedangkan kupu-kupu indah dan dianggap mulia. Perbedaan ini dianalogikan dengan diri manusia, sebuah himbauan untuk tidak merusak dan merugikan orang lain layaknya ulat, serta menghindari kerakusan layaknya kupu-kupu.

“I’tibar apa kepada diri kita? Bahwa kita itu sebagai manusia jangan sampai merugikan orang lain,” tegasnya.

Melalui fase metamorfosis, ulat akan berubah menjadi kepompong, yang menjauhkan diri dari makan dan minum, serta menutup diri dari dunia luar. Fase ini dianalogikan dengan muslim yang i’tikaf di bulan Ramadan.

“Ramadan melatih kita untuk menahan diri dari nafsu, banyak bermuhasabah, memohon ampun dengan memperbanyak sunnah, serta memberikan sebagian kenikmatan sedekah dan zakat,” jelas Ratna.

Ratna menyampaikan bahwa terdapat dua bentuk ibadah, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.

“Ibadah mahdhah, Ibadah yang segala tata caranya diatur oleh Allah dan Rasul. Kita tidak boleh mengotak-atik aturan lainnya, misalnya salat. Sebaliknya ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang semua boleh, kecuali yang dilarang,” jelasnya.

Ibadah puasa Ramadan, lanjut Ratna, telah diatur oleh Allah SWT. Sebagaimana tertuang pada surat At-Tin ayat 4-6, Ratna menjelaskan bagaimana kedudukan manusia sebagai sebaik-baiknya ciptaan Allah. Kedudukan manusia juga dapat menjadi rendah bila tidak berhati-hati. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi pada orang yang beriman dan beramal saleh.

Puasa dimaknai sebagai perisai, dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah kontrol diri yang menjadi pelindung dari hal-hal negatif.

“Bulan Ramadan diharapkan mampu menjadi perisai kita untuk lebih baik kualitasnya, meningkatkan kualitas diri kita sehingga menjadi pribadi yang lebih menyenangkan seperti kupu-kupu,” lanjutnya.

Selanjutnya, Ratna menjelaskan tiga kriteria muslim yang disayang Allah SWT, yaitu orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, orang yang mendidikan salat lima waktu dan salat tahajud di malam hari sebagai wujud syukur kepada Allah, dan orang yang berhasil dalam puasanya.

“Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah, senantiasa bermetamorfosis lebih baik kepada ketaaatan kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya,” pungkas Rita menutup materinya.

 

Penulis: Erna

Memahami Tazkiyatun Nafs dan Muhasabah Diri: Refleksi Kajian Ramadan 1445 H bersama Ustaz K.H. Syatori Abdul Rauf

Fakultas Psikologi kembali menggelar Kajian Ramadan 1445 H untuk ketiga kalinya secara bauran pada Kamis (28/3). Kajian kali ini menghadirkan Ustaz K.H. Syatori Abdul Rauf, Al Hafidz, yang membawakan materi bertajuk “Tazkiyatun Nafs: Muhasabah Diri Menjadi Pribadi Mulia”.  

Membuka pemaparannya, Ustaz K.H. Syatori mengajak peserta untuk memahami makna dari tazkiyah dah muhasabah. Tazkiyah diibaratkan layaknya cermin untuk mengenal diri sendiri, sedangkan muhasabah merupakan upaya introspeksi atau evaluasi diri.  

“Cermin itu dihadirkan oleh Allah melalui Ramadan, sepanjang kita memahami pesan moral yang ada di bulan Ramadan. Pesan moral itu menjadi hal yang sangat penting, Allah SWT menyampaikan kepada kita di Surat Ar-Rum ayat ke-30. Jadi Allah SWT memerintahkan kita untuk menghadapkan hidup kita ini kepada agama Allah, agama Islam,” terang Ustaz K.H. Syatori.  

Dikatakan bahwa fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah SWT adalah mengarahkan hidup kepada agama Allah. Begitu pula, Ramadan merupakan salah satu nilai dalam ajaran agama Allah. 

“Jadi sebenarnya pesan moral dari Ramadan ini, kesempatan untuk kita kembali kepada fitrah. Bahwa hidup ini hanya akan selamat kalau kita kembali kepada agama Allah,” tegasnya.  

Bulan suci Ramadan mengajak umat Islam untuk kembali kepada fitrahnya. Kekacauan dalam kehidupan terjadi karena manusia tidak mengenal fitrahnya, yang menyebabkan ketidaksesuaian dan berbagai permasalahan.  

“Kita oleh Allah diciptakan dengan fitrah yang sama. Kalau diciptakan dengan fitrah yang sama tentunya dalam hidup kita ini akan selalu ada kesesuaian, kesesuaian dalam fitrah. Tapi karena tidak mengenal, tidak mengetahui fitrah atau bahkan mengabaikan fitrah, maka hidup ini banyak masalah,” tambahnya.  

Ustaz K.H. Syatori juga menguraikan tentang tiga golongan manusia dalam menjalani kehidupan, yaitu merantau, keluyuran, dan minggat. Merantau mengacu pada pergi untuk tujuan dan harapan yang jelas baiknya, sementara keluyuran adalah pergi tanpa tujuan yang jelas atau manfaat yang nyata, dan minggat adalah pergi dengan tujuan dan harapan yang jelas akan dampak buruknya. 

“Kalau kita lihat tiga golongan ini, yang betul-betul sesuai dengan fitrah menjalani hidup di alam dunia ini, adalah merantau, bukan keluyuran, apalagi minggat”, ujarnya.  

Dengan penjelasan tentang tiga jenis perjalanan hidup tersebut, Ustaz K.H. Syatori mengundang peserta untuk melakukan muhasabah tentang bagaimana mereka menjalani hidup selama ini, apakah termasuk dalam golongan yang merantau atau tidak.  

Melalui berbagai contoh teladan yang ia berikan, K.H. Syatori menjelaskan bagaimana sebuah amal tidak hanya mendapatkan ridha Allah, tetapi juga memperoleh pujian dari-Nya. 

“Mendahulukan orang lain, walau diri sendiri membutuhkan. Ini amal yang mengundang pujian luar biasa dari Allah SWT,” ujarnya.  

Terkadang teladan ini tidak diindahkan oleh umat Muslim, mencari ridha Allah memang berat, namun hal tersebut dapat diperoleh melalui upaya keras untuk mendapatkan rahmat Allah. 

“Karena Ramadan itu kan bulan yang penuh rahmat. Jadi ibaratnya sebulan ini kita terus menerus dihujani rahmat Allah SWT. Lewat puasa, tarawih, tilawah Quran, Itu sudah rahmat semua itu,” pungkasnya.  

 

Penuli & Foto: Erna 

Dharma Wanita Persatuan Psikologi Berbagi Kebahagiaan Melalui 180 Bingkisan Lebaran

Pada Jumat (22/3), Dharma Wanita Persatuan (DWP) Unsur Pelaksana (UP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan serah terima secara simbolis 180 bingkisan Lebaran di ruang B-112. 

Dalam sambutannya, Ketua DWP UP Fakultas Psikologi UGM, Dr. Rita Eka Izzaty, S.Psi., M.Si., menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata semangat Dharma Wanita “Dari Kita untuk Kita”.  

“Mudah-mudahan semua senang menerimanya, dan ini adalah wujud dari tagline kita, Dari Kita, Kembali ke Kita,” tegas Rita.  

Rita juga mengapresiasi seluruh panitia yang terlibat dalam persiapan kegiatan ini, “Pada kesempatan ini juga tidak lupa, terima kasih buat semua tim yang luar biasa, yang sudah mengupayakan yang terbaik,” ungkapnya. 

Selain sebagai sebuah ucapan selamat dalam merayakan momen suci Idul Fitri, semangat kebersamaan tercermin melalui penyerahan bingkisan kepada beberapa perwakilan. Perwakilan tersebut meliputi pengurus DWP, dosen, tenaga kependidikan, staf dan tenan kantin, serta tenaga outsource keamanan dan kebersihan. Bingkisan tersebut berisi berbagai macam produk sembako sebagai bentuk dukungan dan perhatian dari DWP.  

Penyerahan ini disambut antusiasme dan sukacita oleh para penerima. “Terima kasih bingkisan lebarannya. Senang menerimanya. Karena tidak sekedar bingkisan, tapi ada cinta dan kasih sayang di dalamnya,” ujar salah satu penerima, Crist.  

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasihati, “Alhamdulillah, bingkisan lebaran sudah kami terima. Terima kasih banyak. Barokallah. Semoga Dharma Wanita Psikologi UGM semakin jaya Makmur”. 

Rencananya, pembagian bingkisan akan selesai dilakukan pada Senin (25/3).  

 

Penulis: Erna 

Foto: Edwin