Industri garmen berhasil mencatatkan diri sebagai salah satu kontributor utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2022. Data dari Survei Tahunan Perusahaan Industri Manufaktur (STPIM) 2020 yang dilakukan oleh Direktorat Statistik Industri menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang 7,31 persen dari total industri manufaktur, berada di bawah industri makanan. Di sektor ketenagakerjaan, industri tekstil menyerap 12,65 persen tenaga kerja manufaktur, menjadikannya salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia.
Namun, di balik kontribusi ekonomi yang signifikan, ada kenyataan pahit di sektor ini. Tuntutan produksi yang tinggi seringkali diiringi oleh praktik pendisiplinan yang menekan para pekerja, khususnya pekerja wanita. Pendisiplinan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja justru sering menambah beban stres dan berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik pekerja.
Isu multidimensional ini membuat mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 yang terdiri dari Dyan Dhanandjaya Pambudi, Allodya Vanesh Marcella, M. Fazle Mawla Prajadiredja, dan Nur Latifah, serta Elin A. Wulandari dari Fakultas Ilmu Budaya Studi Sastra Indonesia angkatan 2022 tergerak untuk menegakkan pentingnya kesehatan jiwa raga dalam industri garmen Indonesia melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora. Mereka bersama Ardian Rahman Afandi, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing mengangkat judul Dominasi Wanita dalam Industri Garmen: Tuntutan Kerja dan Pendisiplinan terhadap Produktivitas Pekerja Manufaktur Wanita.
Menggunakan Mixed method sequential, selama empat bulan mereka mengidentifikasi pengalaman pekerja wanita terhadap tindakan pendisiplinan yang dilakukan di pabrik garmen dan dampaknya terhadap produktivitas. Menggunakan LMX-MDM, Role of Stress, dan Individual Work Performance Questionnaire sebagai instrumen, diharapkan penelitian ini dapat dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika antara tindakan pendisiplinan, stres kerja, dan kinerja, serta bagaimana pengalaman pekerja wanita berdampak terhadap produktivitas pekerja
Data dari survei 208 partisipan menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingginya tingkat stres kerja dan rendahnya produktivitas. “Pendisiplinan sering dilakukan dengan cara-cara yang kasar dan merendahkan, yang bertujuan memenuhi target produksi tetapi pada kenyataannya menimbulkan tekanan mental yang berkepanjangan.”, ungkap Dyan selaku ketua peneliti.
Selain itu, isu ketidakadilan di tempat kerja juga semakin memberatkan para pekerja wanita, yang tidak hanya menghadapi perbedaan upah, pelecehan seksual, dan kondisi kerja yang buruk, tetapi juga beban sosial sebagai pengurus rumah tangga. Stres yang terus menumpuk menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti gangguan psikosomatis, kelelahan kronis, hingga kecelakaan kerja.
Temuan ini menggugah perlunya pendekatan manajemen yang lebih manusiawi di industri garmen. Pemerintah, pemilik pabrik, dan pihak terkait harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, di mana kesejahteraan mental dan fisik pekerja menjadi prioritas, bukan sekadar produksi dan efisiensi.
Penulis: Fathia Zalfa Khairani