Pos oleh :

Humas

python-satrio-uiptb-psikologi-ugm-2024

UIPTB Fakultas Psikologi UGM Gelar Pelatihan Python for Analysis

Unit Informasi dan Pengembangan Teknologi Belajar (UIPTB) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) gelar Tech in Training bertajuk Python for Analysis, Jumat (27/09). Bertempat di gedung D-302, pelatihan ini diikuti oleh 59 civitas akademika Psikologi UGM. Hadir sebagai narasumber, dosen muda Fakultas Psikologi UGM, Satrio Priyo Adi, S.Psi., M.Sc. Keseluruhan acara dimoderatori oleh salah satu Asisten UIPTB, Annisa Rahmani.

Acara dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama berupa pemaparan materi yang dilaksanakan pada pukul 09.00-11.00 WIB dan sesi kedua yakni praktik analisis menggunakan software python pada pukul 13.00-15.00 WIB. Satrio meminta kepada seluruh peserta untuk terlebih dahulu mendownload aplikasi python.
“Penggunaan Python dalam penelitian memberi peneliti alat yang kuat untuk analisis dan pengolahan data, memungkinkan mereka untuk menangani dataset besar dan kompleks dengan cara yang efisien dan efektif,” jelas Satrio

“Python menawarkan fitur penting yang disediakan untuk analisis data penelitian. Seperti Pandas, NumPy, Matplotlib, Seaborn, Scikit-learn, TensorFlow, dan lain sebagainya,” lanjut Satrio.
Satrio juga menjelaskan perbedaan mendasar antara SPSS, jamovi, dan Python, “SPSS cocok untuk pengguna yang memerlukan analisis statistik tanpa banyak pemrograman dan memiliki anggaran untuk lisensi. Jamovi dapat menjadi pilihan yang baik untuk pengguna yang ingin analisis statistik yang kuat dengan antarmuka grafis dan tanpa biaya. Sementara Python ideal untuk pengguna yang ingin fleksibilitas dan kekuatan pemrograman, serta bersedia menginvestasikan waktu untuk belajar”.

Dua jam terakhir sebelum penutupan, seluruh peserta mempraktikkan secara bersama analisis data penelitian dengan mengunakan aplikasi Python. Peserta tampak bahagia dan saling berdiskusi guna menyelesaikan tugas yang diberikan ole narasumber.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

TOP 25 Artikel Fakultas Psikologi UGM Tahun 2014 – 2023 di Scopus dengan Jumlah Sitasi Terbanyak

Kredibilitas dan relevansi peneliti dapat dilihat dari banyak indikator, salah satunya adalah dari jumlah kutipan atau sitasi sebagai referensi penelitian lain. Semakin banyak sitasi suatu artikel ilmiah menunjukkan bahwa artikel/publikasi tersebut dibaca dan dirujuk oleh peneliti lain. Hal ini juga akan membawa dampak yang baik bagi reputasi Fakultas Psikologi UGM.

Berdasarkan data dari Scopus per 18 September 2024, publikasi Fakultas Psikologi tahun 2014-2023 dengan sitasi terbanyak diperoleh artikel berjudul “Spirituality, Gratitude, Hope and Post-Traumatic Growth among the Survivors of the 2010 Eruption of Mount” terbit di Australasian Journal of Disaster and Trauma Studies Volume 18 Nomor 1, dan memperoleh 36 sitasi. Data dua puluh lima artikel/publikasi Fakultas Psikologi di Scopus dengan sitasi terbanyak dapat dilihat pada daftar berikut;

[file TOP 25 Artikel Fakultas Psikologi UGM di Scopus]

Penulis: S. Fauzi

Meditasi Mampu Meningkatkan Fungsi Kerja Otak

Seiring berjalannya waktu, otak manusia lambat laun mengalami penurunan kemampuan. Meditasi transendental terbukti dapat membantu meningkatkan fungsi otak, bahkan jika seseorang telah memasuki usia di atas 20 tahun. Meditasi dan hipnosis dikenal sebagai salah satu metode relaksasi dan pengelolaan diri yang efektif.

Hal itu disampaikan Direktur Pusat Pengembangan Otak dari Maharishi International University, Amerika Serikat, Dr. Fred Travis, Ph.D, dalam seminar di Fakultas Psikologi UGM yang bertajuk “Myths to Science: Brain, Transcendental Meditation, Shamanism, and Integral Transpersonal Hypnosis” pada Kamis (19/9).

Fred telah lama melakukan penelitian tentang respons otak terhadap meditasi dan hipnosis. Menurutnya, meditasi mengatasi segala gangguan kecemasan dan stress yang dialami seseorang. Ia menggambarkan diri seseorang sebagai segelas air yang memantulkan cahaya matahari. Sinar matahari pada dasarnya berdiri sendiri dan tidak bergantung pada apapun. Sedangkan segelas air terkadang bergantung pada sinar matahari yang terpantulkan.  “Kita bisa lihat refleksi matahari dalam gelas air ini sebagaimana diri kita. Kita memiliki jati diri sendiri, namun dengan adanya lingkungan atau faktor eksternal yang mempengaruhi, maka itu membentuk karakter kita,” jelas Fred.

Pemaknaan tersebut menjelaskan bagaimana diri manusia sangat adaptif, sekaligus reflektif terhadap lingkungannya. Itulah yang menjelaskan mengapa manusia bisa dengan mudah mengalami stress, gangguan kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya.

Seiring berjalannya waktu, Fred mengatakan bahwa otak manusia lambat laun mengalami penurunan kemampuan. Fred menjelaskan, pada 20 tahun pertama akan terlihat perubahan drastis dari otak manusia. Usia 10-18 tahun, otak mulai kehilangan konektivitas antara satu sel dengan yang lain. Ini dibuktikan dengan jumlah koneksi sel otak yang lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibanding orang dewasa. “Anak memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Proses adaptasi tersebut menyebabkan koneksi sel otak putus ketika tidak digunakan,” jelasnya.

Menurutnya, meditasi transendental terbukti dapat membantu meningkatkan fungsi otak, bahkan jika seseorang telah memasuki usia di atas 20 tahun. Apalagi  efek meditasi tidak terpaku pada lamanya proses. “Saya meneliti pola aktivitas otak dari seseorang yang bermeditasi selama beberapa bulan, dengan yang sudah bermeditasi selama puluhan tahun. Hasilnya tidak ada bedanya, ini mengejutkan saya,” terangnya.

Selain itu, fungsi kognitif otak harusnya bisa lebih baik dengan proses meditasi yang lebih lama. Namun hasil penelitian menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya, seseorang tidak memerlukan waktu lama dalam bermeditasi untuk meningkatkan fungsi otak. “Penemuan ini tentunya menjadi peluang baru dalam metode pengelolaan mental diri,” katanya.

Seminar ini juga mengundang beberapa pakar lain di bidang neurologi dan psikologi, yakni Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Hindu Indonesia, Dr. Drs. Ida Bagus Suatama, M.Si., dan Profesor University of Exeter, Prof. Richard Noakes., BA., MA. Keduanya menyampaikan materi mengenai fakta-fakta sains yang berhubungan dengan mitos, ilmu gaib, dan hipnosis. Terselenggaranya acara ini merupakan kolaborasi Office Of International Affairs (OIA) of UGM, Studio penelitian Hypnotic guide Imagery dan Transpersonal ( HGI Studio) serta Education for World Peace and Maharishi International University.

Penulis : Tasya

Editor : Gusti Grehenson
Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/meditasi-mampu-meningkatkan-fungsi-kerja-otak/

Menggali Manfaat Rasa Syukur untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali mengadakan kegiatan rutin berbagi cerita pagi secara daring, Rabu (11/9). Sesi kali ini menghadirkan, Ramadhan Dwi Marvianto, S.Psi., M.A., atau akrab disapa Marvi, dosen Fakutlas Psikologi UGM sebagai pembicara. Dengan tema “Meningkatkan Kesehatan Mental melalui Rasa Syukur”, sesi ini berhasil menarik antusiasme audiens untuk mengeksplorasi dampak mendalam dari rasa syukur terhadap kesejahteraan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempraktikkan rasa syukur cenderung mengalami tingkat kebahagiaan dan optimisme yang lebih tinggi. Sikap positif ini dapat mengurangi stres dan secara signifikan meningkatkan kesehatan mental. Marvi menekankan pentingnya menghargai hal-hal kecil dalam hidup.

“Penting untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup untuk lebih fokus pada apa yang membawa kegembiraan dan kebahagiaan, daripada terjebak dalam negativitas,” tegasnya.

Mempraktikkan rasa syukur berarti mengakui dan menghargai momen-momen sehari-hari yang sering kali terabaikan. Rasa syukur tidak harus menunggu peristiwa besar, “Rasa syukur itu bisa dimulai dari pengakuan kecil, dengan membudayakan kebiasaan bersyukur, kita dapat membuka diri untuk menerima lebih banyak nikmat dalam hidup,” tambahnya.

Menghargai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, dan mengungkapkan terima kasih atas pengalaman sehari-hari adalah cara-cara sederhana namun efektif untuk membangun pola pikir yang bersyukur. “Esensi dari rasa syukur terletak bukan pada apa yang dimiliki, tetapi pada apa yang dirasakan dan disyukuri. Apa yang kita miliki dan syukuri sering kali lebih memuaskan daripada keinginan yang tidak terpenuhi” ungkapnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, rasa syukur dapat diekspresikan melalui tindakan sederhana seperti mengucapkan terima kasih, berdoa, atau memanfaatkan nikmat yang telah diberikan dengan bijak. Beberapa strategi Marvi yang dapat diterapkan untuk membudayakan rasa syukur diantaranya; 1) menghargai apa yang dimiliki, 2) memanfaatkan sumber daya dengan bijak, 3) tidak mengeluh dan terus berusaha, dan 4) membangun hubungan positif dengan orang lain.

“Dengan merangkul rasa syukur dan memanfaatkan apa yang telah diterima, individu dapat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya”, pungkasnya.

Lebih lanjut, selain dapat meningkatkan kesehatan mental, rasa syukur ternyata dapat memberikan banyak manfaat lain seperti; a) memperkuat iman, b) mengurangi ketidakpuasan, c) meningkatkan kesehatan fisik, d) menumbuhkan empati dan kepedulian, dan e) meningkatkan kualitas hubungan sosial.

Aspek-aspek ini sangat penting untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan memuaskan. Setiap audiens didorong untuk mengintegrasikan rasa syukur ke dalam rutinitas sehari-hari, menyadari potensi transformasi rasa syukur terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan. Wawasan yang dibagikan oleh Marvi menjadi pengingat akan kekuatan rasa syukur dalam menghadapi tantangan hidup dan membangun pandangan yang positif.

Penulis: S. Fauzi

Editor: Erna Tri Nofiyana

Foto: Unsplash.com

Prof. Erminia Colucci, Ph.D.

Minat Penelitian

Hak asasi manusia, kesehatan mental, pencegahan bunuh diri, dan kekerasan domestik. 

Biografi Singkat

Prof. Erminia Colucci adalah Profesor Psikologi Visual dan Kesehatan Mental Global & Budaya di Departemen Psikologi, Middlesex University London, serta Profesor Afiliasi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Indonesia. Ia dikenal atas kontribusi dalam penelitian tentang hak asasi manusia, kesehatan mental, pencegahan bunuh diri, dan kekerasan domestik. Fokus penelitian Prof. Erminia pada pengalaman langsung orang dengan gangguan mental dan perilaku bunuh diri, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kelompok etnis minoritas, dan pengungsi.

Prof. Erminia mengintegrasikan metodologi berbasis seni dan visual dalam penelitian dan pengajaran, termasuk metode visual partisipatif dan film dokumenter etnografi. Pendekatan inovatif ini telah memengaruhi kebijakan dan praktik kesehatan mental di berbagai negara, termasuk Indonesia. Prof. Erminia adalah pendiri Movie-ment dan Aperture, serta Ketua Bersama World Association of Cultural Psychiatry SIG di bidang Seni, Kesehatan Mental, dan Hak Asasi Manusia.

Prof. Erminia ditunjuk sebagai Profesor Afiliasi di Universitas Gadjah Mada didasarkan pada kontribusi signifikan beliau terhadap pengembangan dan implementasi kebijakan kesehatan mental di Indonesia. Keahlian beliau dalam menggunakan metodologi visual untuk mengatasi isu kesehatan mental dan hak asasi manusia, serta keterlibatan aktif dalam proyek-proyek berbasis komunitas di Indonesia, menjadikannya sebagai mitra strategis yang berharga dalam meningkatkan kualitas penelitian dan pengajaran di UGM.

Penelitian ongoing
  • 2024-ongoing: UKRI AHRC ‘Co-creating asset and place-based approaches to tackling refugee and migrant health exclusion’ (36 mo, £2,430,127, Co-I)
  • 2023-ongoing: British Academy International award ‘Writing Workshops on Qualitative and Visual Mental Health Research in Ghana and Indonesia’ (24 mo, £29.940, PI) Qualitative and Visual Mental Health Research in Ghana and Indonesia | The British Academy
  • 2023-ongoing: AHRC Research Networking “Developing a network for mutual learning on the potential of creative arts for mental health advocacy and activism in Ghana and Indonesia” (12 mo, £97,036, Co-I)
  • 2023-ongoing: Colucci, E. AHRC Research Networking “Developing a network for mutual learning on the potential of creative arts for mental health advocacy and activism in Ghana and Indonesia” (18 mo, £97,036, Co-I)
  • 2020-2024: Co-I MRC “A Youth Culturally-adapted Manual Assisted Psychological therapy (Y-CMAP) for adolescent Pakistani patients with a recent history of self-harm” (36 mo, £1,005.739, Co-I and Qualitative stream lead)
  • 2020-2024: UKRI Future leaders ‘Project: Bridging religious studies, gender & development and public health to address domestic violence in religious communities’ (Official mentor, 48 mo) 
  • Setiyawati, D., Puspakesuma, N., Jatmika, W. and Colucci, E. 2024. Indonesian stakeholders’ perspectives on warning signs and beliefs about suicide. Behavioral Sciences. 14 (4). https://doi.org/10.3390/bs14040295
  • Colucci, E. 2023. ‘Breaking the chains’: reflections on the making of an ethnographic documentary on human rights violations against people with mental illness in Indonesia. Visual Studies. 39 (3), pp. 307-320. https://doi.org/10.1080/1472586X.2023.2274892
  • Kpobi, L., Read, U., Selormey, R. and Colucci, E. 2024. ‘We are all working toward one goal. We want people to become well’: A visual exploration of what promotes successful collaboration between community mental health workers and healers in Ghana. Transcultural Psychiatry. 61 (1), pp. 30-46. https://doi.org/10.1177/13634615231197998
  • Faruk, M., Khan, A., Chowdhury, K., Jahan, S., Sarker, D., Colucci, E. and Hasan, M. 2023. Mental illness stigma in Bangladesh: Findings from a cross-sectional survey. Cambridge Prisms: Global Mental Health. 10. https://doi.org/10.1017/gmh.2023.56
  • Onie, S., Vina, A., Taufik, K., Abraham, J., Setiyawati, D., Colucci, E., Nilam, J., Onie, S., Hunt, A., Saputra, A., Hidayati, N., Harsono, C., Bestari, D., Muhdi, N., Wolter, A., Liem, A., Rochmawati, I., Ardian, J., Prasojo, R., Heri Setiawan, Y., Heny, G., Purnawan, H., Gamayanti, I., Senosoenoto, H., Jenarut, M., Prawira, B., Trianggoro, C., Warbung, E., Novita Mudjianto, C., Ariani, A., Irmansyah, I., Mulia, M., Badudu, J., Badudu, M., Kumolohadi, R., Zein, R., Mahadi, S., Wongkaren, T., Josifovski, N. and Larsen, M. 2023. Indonesian first national suicide prevention strategy: key findings from the qualitative situational analysis. The Lancet Regional Health – Southeast Asia. 16. https://doi.org/10.1016/j.lansea.2023.100245
  • Levy-Fenner, E., Colucci, E. and McDonough, S. 2022. Lived experiences of mental health recovery in persons of culturally and linguistically diverse (CALD) backgrounds within the Australian context. Journal of Psychosocial Rehabilitation and Mental Health. https://doi.org/10.1007/s40737-022-00319-y
  • Colucci, E., Jaroudy, S. and Rossmann, M. 2022. Piloting of a suicide first aid gatekeeper training (online) for children and young people in conflict affected areas in Syria. International Review of Psychiatry. 34 (6), pp. 640-648. https://doi.org/10.1080/09540261.2022.2100245
  • Madill, A., Bhola, P., Colucci, E., Croucher, K., Evans, A. and Graber, R. 2022. How can we mainstream mental health in research engaging the range of Sustainable Development Goals? A theory of change. PLOS Global Public Health. 2 (8), pp. 1-12. https://doi.org/10.1371/journal.pgph.0000837
  • Colucci, E., Prastyani, A. and Setiyawati, D. 2022. Il ruolo di sacerdoti Camilliani nella cura di persone vittime di pratiche di contenimento e/o reclusione a causa di malattia mentale nell’isola di Flores in Indonesia. Transculturale. 1 (1), pp. 79-87. https://doi.org/10.7413/tran0005
  • Husain, N., Tofique, S., Chaudhry, I., Kiran, T., Taylor, P., Williams, C., Memon, R., Aggarwal, S., Alvi, M., Ananiadou, S., Ansari, M., Aseem, S., Beck, A., Alam, S., Colucci, E., Davidson, K., Edwards, S., Emsley, R., Green, J., Gumber, A., Hawton, K., Jafri, F., Khaliq, A., Mason, T., Mcreath, A., Minhas, A., Naeem, F., Naqvi, H., Noureen, A., Panagioti, M., Patel, A., Poppleton, A., Shiri, T., Simic, M., Sultan, S., Nizami, A., Zadeh, Z., Zafar, S. and Chaudhry, N. 2022. Youth Culturally adapted Manual Assisted Problem Solving Training (YCMAP) in Pakistani adolescent with a history of self-harm: protocol for multicentre clinical and cost-effectiveness randomised controlled trial. BMJ Open. 12 (5). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2021-056301
  • Setiyawati, D., Jatmika, W., Puspakesuma, N., Retnowati, S. and Colucci, E. 2022. Suicide first aid guidelines for Indonesia: a Delphi consensus study. Journal of Mental Health. 31 (3), pp. 410-431. https://doi.org/10.1080/09638237.2021.2022632
  • Macdonald-Hart, S. and Colucci, E. 2020. An Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) of the experiential perspectives of volunteer befrienders, pertaining to causes of suicidality and prevention. Journal of Suicide Prevention. 2 (1), pp. 15-30.
  • Hansen, S. and Colucci, E. 2020. Towards the development of ethics guidelines for visual psychology: a review of relevant visual research ethics guidelines. Qualitative Methods in Psychology Bulletin. Autumn (30). https://doi.org/10.53841/bpsqmip.2020.1.30.83
  • Prastyani, A., Setiyawati, D. and Colucci, E. 2020. Priests, a grandmother and schizophrenia. Inside Indonesia. 141.
  • Colucci, E. and Lester, D. 2020. A cross-cultural study of attitudes toward suicide among young people in India, Italy and Australia. International Journal of Social Psychiatry. 66 (7), pp. 700-706. https://doi.org/10.1177/0020764020926551
  • Irmansyah, I., Susanti, H., James, K., Lovell, K., Idaiani, S., Imah, S., Hargiana, G., Keliat, B., Utomo, B., Colucci, E. and Brooks, H. 2020. Civic engagement and mental health system strengthening in Indonesia: a qualitative examination of the views of health professionals and national key stakeholders. BMC Psychiatry. 20 (1), pp. 1-15. https://doi.org/10.1186/s12888-020-02575-3
  • James, K., Brooks, H., Susanti, H., Waddingham, J., Irmansyah, I., Keliat, B., Utomo, B., Rose, D., Colucci, E. and Lovell, K. 2020. Implementing civic engagement within mental health services in South East Asia: a systematic review and realist synthesis of current evidence. International Journal of Mental Health Systems. 14 (1), pp. 1-13. https://doi.org/10.1186/s13033-020-00352-z
  • Green, B. and Colucci, E. 2020. Traditional healers’ and biomedical practitioners’ perceptions of collaborative mental healthcare in low- and middle-income countries: a systematic review. Transcultural Psychiatry. 57 (1), pp. 94-107. https://doi.org/10.1177/1363461519894396
  • Susanti, H., James, K., Utomo, B., Keliat, B., Lovell, K., Irmansyah, I., Rose, D., Colucci, E. and Brooks, H. 2020. Exploring the potential use of patient and public involvement to strengthen Indonesian mental health care for people with psychosis: a qualitative exploration of the views of service users and carers. Health Expectations. 23 (2), pp. 377-387. https://doi.org/10.1111/hex.13007
  • Colucci, E. and McDonough, S. 2019. Recovering from mental illness and suicidal behaviour in a culturally diverse context: the use of digital storytelling in cross-cultural medical humanities and mental health. in: Lo, V., Berry, C. and Liping, G. (ed.) Film and the Chinese Medical Humanities United Kingdom Routledge. pp. 205-225
  • Brooks, H., Irmansyah, I., Susanti, H., Utomo, B., Prawira, B., Iskandar, L., Colucci, E., Keliat, B., James, K., Bee, P., Bell, V. and Lovell, K. 2019. Evaluating the acceptability of a co-produced and co-delivered mental health public engagement festival: Mental Health Matters, Jakarta, Indonesia. Research Involvement and Engagement. 5 (1), pp. 1-10. https://doi.org/10.1186/s40900-019-0161-3
  • Colucci, E. 2019. Afflictions: Steps towards a Visual Psychological Anthropology by Robert Lemelson and Annie Tucker [Book review]. Anthropological Quarterly. 92 (3), pp. 943-948. https://doi.org/10.1353/anq.2019.0050
  • Bulik, K. and Colucci, E. 2019. Refugees, resettlement experiences and mental health: a systematic review of case studies. Jornal Brasileiro de Psiquiatria. 68 (2), pp. 121-132. https://doi.org/10.1590/0047-2085000000235
  • McDonough, S. and Colucci, E. 2019. People of immigrant and refugee background sharing experiences of mental health recovery: reflections and recommendations on using digital storytelling. Visual Communication. https://doi.org/10.1177/1470357218820651
  • Colucci, E., Jorm, A., Kelly, C. and Minas, H. 2018. Suicide first aid guidelines for people from immigrant and refugee backgrounds. Melbourne Mental Health in Multicultural Australia; Global and Cultural Mental Health Unit, Centre for Mental Health, Melbourne School of Population and Global Health, The University of Melbourne; and Mental Health First Aid Australia.
  • Brooks, H., James, K., Irmansyah, I., Keliat, B., Utomo, B., Rose, D., Colucci, E. and Lovell, K. 2018. Exploring the potential of civic engagement to strengthen mental health systems in Indonesia (IGNITE): a study protocol. International Journal of Mental Health Systems. 12 (1). https://doi.org/10.1186/s13033-018-0227-x
  • Wagani, R. and Colucci, E. 2018. Spirituality and wellbeing in the context of a study on suicide prevention in North India. Religions. 9 (6). https://doi.org/10.3390/rel9060183
  • Colucci, E., Jorm, A., Kelly, C. and Minas, H. 2018. Suicide first aid guidelines for assisting persons from immigrant or refugee background: a Delphi study. Advances in Mental Health. 16 (2), pp. 105-116. https://doi.org/10.1080/18387357.2018.1469383
  • Colucci, E. 2018. Reviews: Applied visual anthropology: reflections from the RAI film festival 2017. Anthropology in Action. 25 (1), pp. 49-55. https://doi.org/10.3167/aia.2018.250106
  • Jorm, A., Ross, A. and Colucci, E. 2018. Cross-cultural generalizability of suicide first aid actions: an analysis of agreement across expert consensus studies from a range of countries and cultures. BMC Psychiatry. 18. https://doi.org/10.1186/s12888-018-1636-8
  • Cerci, D. and Colucci, E. 2018. Forgiveness in PTSD after man-made traumatic events: a systematic review. Traumatology. 24 (1), pp. 47-54. https://doi.org/10.1037/trm0000130
  • El Baba, R. and Colucci, E. 2018. Post-traumatic stress disorders, depression, and anxiety in unaccompanied refugee minors exposed to war-related trauma: a systematic review. International Journal of Culture and Mental Health. 11 (2), pp. 194-207. https://doi.org/10.1080/17542863.2017.1355929
  • Colucci, E., Too, L. and Minas, H. 2017. A suicide research agenda for people from immigrant and refugee backgrounds. Death Studies. 41 (8), pp. 502-511. https://doi.org/10.1080/07481187.2017.1332912
  • Wang, D. and Colucci, E. 2017. Should compulsory admission to hospital be part of suicide prevention strategies? BJPsych Bulletin. 41 (3), pp. 169-171. https://doi.org/10.1192/pb.bp.116.055699
  • Colucci, E., Valibhoy, M., Szwarc, J., Kaplan, I. and Minas, H. 2017. Improving access to and engagement with mental health services among young people from refugee backgrounds: service user and provider perspectives. International Journal of Culture and Mental Health. 10 (2), pp. 185-196. https://doi.org/10.1080/17542863.2017.1279674
  • De Silva, S., Colucci, E., Mendis, J., Kelly, C., Jorm, A. and Minas, H. 2016. Suicide first aid guidelines for Sri Lanka: a Delphi consensus study. International Journal of Mental Health Systems. 10. https://doi.org/10.1186/s13033-016-0085-3
  • Colucci, E. 2016. Breaking the chains: ethnographic film-making in mental health. The Lancet Psychiatry. 3 (6), pp. 509-510. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(16)30034-7
  • Colucci, E., Minas, H., Szwarc, J., Guerra, C. and Paxton, G. 2015. In or out? Barriers and facilitators to refugee-background young people accessing mental health services. Transcultural Psychiatry. 52 (6), pp. 766-790. https://doi.org/10.1177/1363461515571624
  • Colucci, E., Chopra, P., McDonough, S., Kouzma, N. and Minas, H. 2014. Improving cultural responsiveness in mental health services: development of a consensus around the role of cultural portfolio holders. International Journal of Culture and Mental Health. 7 (3), pp. 339-355. https://doi.org/10.1080/17542863.2013.812130

Under review:

  • British Academy Conference Grant ‘Visual Psychology: The art of using visual methodologies for mental health research’ (£21,761.55, PI)
  • NIHR Global Health Group on self-harm/suicide reduction amongst young people in South-Asia (£ 2.999.582, Co-I)
  • Southeast Asia-UK partnership for improving perinatal mental health (SEAP-PMH) (£ 1.057.271, Co-I)
  • Australia Research Council  ‘Suicide among young refugees: What sociocultural factors matter to them?
  • EU-COST network on Youth Suicide Prevention (3 years, EU600.000)

CPMH Fakultas Psikologi UGM Adakan Webinar Khusus tentang Bullying

Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM gelar webinar online tentang perundungan sebanyak dua sesi. Sesi pertama membahas bagaimana mindset masyarakat yang pasif menjadi pembela pada saat menghadapi perundungan, Jumat (9/8). Dilanjutkan sesi kedua pada Jumat (30/8), mengenai pertolongan pertama psikologis pada perilaku bullying. Webinar ini dilatarbelakangi oleh masih maraknya isu perundungan yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Pemberian kasus dilakukan oleh narasumber pertama, Nurul Kusuma H., M.Psi., Psikolog, sebagai pemanasan sebelum masuk di pemaparan materi. Nurul meminta para peserta yang mayoritas berprofesi sebagai pendidik dan praktisi untuk berpendapat apakah tiga kasus yang telah diberikan telah memenuhi syarat pengkategorian kasus perundungan atau masih sebatas candaan.
Nurul menjelaskan berbagai kondisi yang membuat perilaku tertentu sudah termasuk perundungan, “Suatu perilaku bisa dikatakan sebagai bentuk perundungan jika sengaja menjadikan seorang individu sebagai target, tetap melanjutkan perilakunya meskipun individu tersebut sudah terlihat tidak menyetujui atau terlihat kesal, tetap melanjutkan perilakunya karena individu tidak menunjukkan protes padahal sudah merasa tidak nyaman, dan mengabaikan keberatan atau protes yang individu tersebut ajukan”.

“Perundungan bukan hanya yang terlihat secara fisik saja, namun ada pula perundungan verbal, non verbal, cyberbullying, dan bullying dalam berhubungan dengan orang lain seperti mengabaikan keberadaan seseorang, menyebarkan isu dengan maksud memojokkan, dan memengaruhi orang lain untuk membenci,” lanjut Nurul.

Narasumber kedua, Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, menjelaskan alasan di balik orang lain yang masih sering tidak merespons masalah perundungan, “Perundungan masih dianggap masalah yang wajar, ketakutan akan menjadi korban perundungan jika menolong, status sosial yang lebih rendah dari pelaku, keraguan tentang kemampuan untuk menghentikan perundungan, dan tidak memiliki kepercayaan bahwa mengambil tindakan merupakan tanggung jawab moral”.

Perundungan bisa terjadi kapan saja, Nurul memberikan tips dan trik yang dapat dilakukan jika terjadi perundungan baik ketika menjadi korban, saksi, maupun pelaku, “Ketika menyadari bahwa kita menjadi objek perundungan, maka segeralah mengambil tindakan, jangan balik melawan, tetap bersikap tenang, katakan hentikan, dan tidak memberikan tanggapan atau membuat bahan candaan atas perilaku perundungan sehingga pelaku merasa perundungannya tidak berhasil. Saat menjadi saksi, tetaplah berada di lokasi dan berdiri di tengah kejadian untuk merelai. Terakhir bagi seluruh institusi, seluruh pihak harus sepakat untuk tidak menormalisasi perilaku bullying, hindari menceramahi pelaku maupun korban, dan berikan apresiasi yang tinggi pada seluruh pihak jika perundungan dapat diselesaikan dengan cara persaudaraan”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati
Foto: https://www.freepik.com

Narasi Kecantikan Nusantara sebagai Gerakan Feminisme Poskolonial

Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menggelar Angkringan 11 bertajuk “Narasi Kecantikan Nusantara sebagai gerakan Feminisme Poskolonial” pada hari Jumat, (30/8). Webinar yang digelar secara online ini membahas secara detail pengaruh kolonialisme dalam membentuk standar kecantikan perempuan Indonesia.

Hadir sebagai narasumber alumni Fakultas Filsafat UGM, Antika Widya Putri. Antika mengatakan, “Kolonialisme menjadi salah satu fenomena historis yang paling berpengaruh bahkan sampai saat ini karena meninggalkan jejak mendalam, salah satu pengaruhnya yakni dalam hal penentuan standar kecantikan”.

“Awalnya, karya kesusastraan jawa Sragen Dini pada abad ke-19 mendefinisikan kecantikan perempuan Indonesia dengan rambut hitam berkilau, kulit kuning bersih, dada bidang, dan leher jenjang. Namun hal itu berubah saat masa kolonialisme, dimana standar kecantikan menjadi berkulit putih bersih, bertubuh langsing, tinggi semampai, dan berhidung mancung. Hal tersebut diperkuat dengan data ZAP Beauty Index 2020 yang menyatakan bahwa 82.5% responden perempuan di Indonesia memiliki kepercayaan bahwa kulit bersih, cerah, dan glowing merupakan definisi dari cantik,” lanjut Antika.

Standar kecantikan yang berkiblat pada Barat memberikan efek negatif bagi perempuan Indonesia. Antika menjelaskan, “Perempuan Indonesia yang tidak memenuhi standar kecantikan merasa terdiskriminasi. Oleh karena itu, mereka berusaha lebih keras lagi untuk memaksa tubuhnya menjadi cantik melalui treatment-treatment yang terkadang justru berakibat buruk bagi kesehatan fisik. Padahal sebenarnya, kecantikan Timur memiliki keunikan dan pesona tersendiri. Selain itu, kecantikan Timur semakin disempurnakan oleh tingkah laku yang baik, sopan, serta selalu menjunjung tinggi keselarasan antara jiwa dan raga. Kecantikan Timur perlu dibanggakan karena menyangkut representatif keragaman dan keunikan”.

Antika memberikan saran yang dapat diterapkan agar masyarakat Indonesia kembali menjadikan standar kecantikan nusantara sebagai kiblat, “Kita perlu meningkatkan kesadaran dan sosialisasi mengenai kecantikan yang beragam, membangun solidaritas dan dukungan antar perempuan dalam menghadapi tekanan dan ekspektasi mengenai penampilan, dan mendukung inisiatif dan upaya yang bertujuan untuk merangkul keberagaman dalam industri kecantikan dan media”, pungkasnya.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Sebanyak 83 Wisudawan/wisudawati Ikuti Pelepasan Program Sarjana Periode IV 2023/2024

Sebanyak 83 wisudawan/wisudawati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti pelepasan Program Studi Sarjana Psikologi Periode IV Tahun Akademik 2023/2024 yang berlangsung di Wisma KAGAMA, Rabu (28/8). Wisudawan terdiri dari 78 program terguler dan lima dari International Undergraduate Program (IUP). Dari jumlah tersebut, 72 wisudawan meraih penghargaan akademik dengan predikat pujian.  

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian wisudawan yang mencatatkan berbagai prestasi membanggakan. “Kalian menjadi bagian dari 6.614 alumni lulusan dari Fakultas Psikologi UGM,” ujarnya. Angka ini menandai total lulusan sejak angkatan pertama pada tahun 1965.

Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi untuk program reguler diraih oleh Aulia Rahma Salsabila, sementara I Marannu Andi Khalisha mencatatkan IPK teritinggi dari program IUP. Savira Arumaheswari dinobatkan sebagai lulusan dengan masa studi tercepat dari program regular, sedangkan Kirana Saraswati Satrio meraih penghargaan serupa dari program IUP, lulusan termuda dari program reguler adalah Desiria Renita yang lulus pada usia 21 tahun 5 bulan 4 hari, sedangkan Devina Maharani menjadi lulusan termuda dari program IUP dengan usia 21 tahun 8 bulan.

Dekan menekankan pentingnya wisuda ini sebagai momen peralihan status dari mahasiswa menjadi sarjana psikologi. “Wisuda kali ini adalah momen yang patut dikenang selamanya, karena wisuda ini adalah tonggak besar dalam perjalanan hidup kalian. Selamat menempuh perjalanan yang luas, selamat mengarungi kehidupan yang sangat terbuka dengan berbagai peluang yang ada,” ungkapnya.

Dekan juga mengingatkan bahwa Fakultas Psikologi UGM akan selalu menjadi rumah bagi wisudawan, baik saat studi hingga menjadi alumni. Jaringan alumni UGM yang kuat tersebar dipenjuru nusantara dan berbagai belahan dunia dapat dimanfaatkan wisudawan sebagai jejaring silaturahmi dan kolaborasi.

“Ikatan kalian dengan Universitas Gadjah Mada bukan sekedar ikatan formal sebagai mahasiswa, kalian adalah bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada dan itu diteguhkan di dalam nama keluarga alumni Universitas Gadjah Mada, KAGAMA, maupun alumni Fakultas Psikologi disebut sebagai KAPSIGAMA,” tambah Dekan.

I Marannu Andi Khalisha, sebagai salah satu mahasiswa berprerstasi dengan IPK tertinggi dari program IUP, memberikan sambutan mewakili seluruh wisudawan. “Kami merasakan berbagai perasaan campur aduk—mulai dari kebahagiaan, kebanggaan, terharu, puas, hingga perasaan sedih dan kosong,” ujarnya mengawali sambutan.

I Marannu Andi Khalisha mengenang masa-masa studinya di Fakultas Psikologi dari momen PPSMB, bimbingan skripsi, hingga akhirnya lulus menjadi sarjana. “Saat ini kita semua adalah orang-orang hebat tersebut dan saya yakin dengan segala keunikan itu kita tetap setara… saya harap kita semua bisa memanfaatkan keunggulan itu untuk mencapai apa yang selama ini dicita-citakan,” ungkapnya.

“Hal-hal yang kita capai tidak luput dari adil orang-orang di sekitar kita… Terima kasih,” pungkasnya.

David Haliyanto, S.T., orang tua dari Laura Aurelia Dinda Sekar Devanti mewakili orang tua wisudawan menyampaikan rasa bangga dan syukur, “Kami menyampaikan kegembiraan dan kebanggaan kami karena anak-anak kami telah berhasil menyelesaikan satu tahapan pendidikan yang mungkin akan menjadi tahapan pendidikan dan mungkin juga akan menjadi bekal bagi pekerjaan”, ujarnya.  

Perwakilan Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), Dr. Moordiningsih,  M.Psi, Psikolog, menyambut wisudawan sebagai keluarga baru KAPSIGAMA. “Selamat datang di KAPSIGAMA… Selamat bergabung, selamat berkiprah, selamat mengukir sejarah selanjutnya,” ujarnya pada seluruh wisudawan.

Pada pelepasan ini, Ketua Pelaksana Pengelolaan IUP, Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., menyerahkan transkrip kepada wisudawan/wisudawati IUP. Selanjutnya, Ketua Program Studi Sarjana Psikologi, Dr. Ridwan Saptoto, S.Psi., M.A., Psikolog, menyerahkan transkrip wisudawan/wisudawati program reguler. Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., mengalungkan syal alumni kepada perwakilan wisudawan, Kania Dwi Kinanti dari program reguler dan Fanesa Putri Riyadi dari IUP, diikuti pengalungan syal secara mandiri oleh seluruh wisudawan/wisudawati.  

Acara ditutup dengan penampilan lagu oleh Maria Kezia Carolina Sibarani dan pembacaan doa oleh Nur Abidin, serta sesi foto bersama sebagai penutup.

Penulis: Erna Tri Nofiyana

Haryanta, S.Psi., Psi., M.A.

Minat Penelitian

Pengembangan tes psikologi, psikometri, psikologi pendidikan, asesmen psikologi, psikologi olahraga.

Biografi Singkat

Haryanta menempuh pendidikan S1 Psikologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan berhasil meraih gelar Sarjana Psikologi pada tahun 1998. Dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Intensitas Keterlibatan Karyawan dalam Kegiatan Gugus Kendali Mutu dengan Etos Kerja,” ia dibimbing oleh Prof. Dr. Asip F. Hadipranata. Pada tahun 2000 Haryanta memperoleh gelar Psikolog dari institusi yang sama. Kemudian ia melanjutkan studi S2 di bidang Psikologi dengan fokus pada Psikometri di UGM dan meraih gelar Master pada tahun 2008. Thesis yang ditulisnya berjudul “Analisis Kualitas Tes Potensi UM UGM 2007”.

Rachmadanti, F., Haryanta, H., & Susetyo, Y. (2023). Penerapan Enhanced Milieu Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak dengan Gangguan Perkembangan Bahasa. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 9(2), 168 – 182. https://doi.org/10.22146/gamajpp.89399

Arezah, E., & Haryanta, H. (2022). Determinasi Diri sebagai Prediktor Ketangguhan Mental pada Atlet Mahasiswa. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton8(2), 487–494. https://doi.org/10.35326/pencerah.v8i2.2075

Rinanda, F., & Haryanta, H. (2019). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Agresivitas pada Atlet Futsal. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 3(1), 37 – 44. http://dx.doi.org/10.22146/gamajop.42398

Haryanta. 2016. Membangun ketangguhan mental atlet, dalam Ramdhani, N., Wimbarti, S., Susetyo, Y.F. (Eds). Seri Psikologi untuk Indonesia: Psikologi untuk Indonesia Tangguh dan Bahagia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. (hal. 100-122)

Widhiarso, W., & Haryanta. (2016). Comparing the performance of synonym and antonym tests in measuring verbal abilities. Testing, Psychometrics, Methodology in Applied Psychology, 23,  335-345, https://doi.org/10.4473/TPM23.3.5

Widhiarso, W. (2015). Examining method effect of synonym and antonym test in verbal abilities measure. Europe’s journal of psychology11(3), 419. https://doi.org/10.5964/ejop.v11i3.865

Studi Eksploratif tentang Profile Klien yang Memanfaatkan Jasa Peyanan Psikologis di Biro Konsultasi Psikologi Yogyakarta, 2000

Sebagai peserta :

  • CAT/IRT Workshop, Bangsaen-Thailand yang diselenggarakan oleh Assessment System Corporation, Minnesota, USA.
  • Pelatihan manajemen SDM, di Prasetya Mulya Jakarta.
  • Pelatihan effective trainer, di Jakarta.
  • Human resourcer mapping, di BNI Assesment Centre Jakarta.
  • Introducing for psychometric software, di UI Jakarta.
  • Transformational leadership, oleh INTEGRE QUADRO.

Sebagau trainer :

  • Pelatihan Succes Skiils, di beberapa universitas di Jogjakarta
  • Pelatihan Team building, di beberapa perushaan di Indonesia
  • Pelatihan leadership

Psikologi UGM, Pengembangan Tes Numerik Tingkat Dasar, 02/2009 – 12/2009

Loneliness, Tips Biar Hidup Nggak Ngenes: Sebuah Perspektif Psikologi Islam

Islamic Psychology Summit 2024 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar webinar online bertajuk “Loneliness, Tips Biar Hidup Nggak Ngenes”, diselenggarakan secara online melalui zoom meeting pada hari Jumat, (23/8). Acara yang diikuti 60 peserta ini merupakan respons dari maraknya perasaan kesepian di masyarakat Indonesia, dimana jejaring digital semakin terhubung, namun kesepian menjadi epidemi yang justru semakin luas dirasakan. Hasil riset Health Collaborative Center (HCC) tahun 2023 yang melibatkan 1299 responden di Jabodetabek menunjukkan separuhnya mengalami kesepian dengan derajat sedang dan tinggi.

Ustadz Salim A. Fillah, narasumber utama webinar menjelaskan dua penyebab kesepian, “Kesepian disebabkan karena dua hal. Pertama, kesepian yang disebabkan karena memang tidak memiliki keterampilan bergaul dan bersosialisasi. Kedua, kesepian yang sudah dicoba untuk bersosialisasi namun disebabkan adanya prinsip-prinsip tertentu yang kita pegang justru memberi kesendirian. Nah, akhirnya kesepian terjadi karena prinsip-prinsip kita bertabrakan dengan bagaimana keadaan sosial bekerja”. 

Islam telah menerangkan pentingnya bersosialisasi untuk kekuatan ruhani, “Sesungguhnya kekuatan untuk bersosialisasi dari komunikasi seperti tersenyum, memperkenalkan diri, dan berucap salam akan menjadi kekuatan ruhani yang menandakan bahwa seseorang telah selesai dengan dirinya dan menjadi menarik di lingkungan tertentu,” ujar Salim.

Salim memaparkan tata cara berkomunikasi yang baik dalam perspektif Islam, “Berbicara yang pelan dan menghadap sepenuhnya kepada lawan bicara adalah salah satu cara Rasulullah saw mengajarkan bagaimana beliau menunjukkan antusiasme dalam mengobrol dengan orang lain. Orang yang berbicara dalam pergaulan dengan senyum membawa kenyamanan dalam bergaul. Orang menjadi aman, merasa tidak terancam dengan kedatangannya”.

Selanjutnya, Salim berpesan bagi mereka yang menjadi tempat curhat orang lain, “Kegiatan keagamaan bukan hanya ritual, namun menjadi obat bagi hati yang ternoda dan keruh untuk kembali bersih ketika bergaul kembali. Mendengarkan orang tentunya bukan perkara ringan karena kita menjadi tempat menampung. Ketika masuk ke diri kita, menetralisirnya tentu dengan aktivitas ruhani kepada Allah Swt. Orang yang memiliki kekuatan ruhani yang kuat segala persoalannya telah selesai, dilimpahkan kepada Allah sehingga ketika ia turun ke lingkup sosial, dia dapat menjadi sandaran bagi orang lain”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati