•  Tentang UGM
  •  Perpustakaan
  • Informasi Publik
  • Sistem Informasi Terintegrasi
  • Simaster
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada
  • TENTANG KAMI
    • Selayang Pandang
      • Sejarah
      • Perintis
    • Manajemen
    • Tenaga Pendidik
    • Tenaga Kependidikan
    • Jaminan Mutu
  • PENDIDIKAN
    • Sarjana Psikologi
    • International Undergraduate Program
    • Program Pendidikan Profesi Psikologi
    • Magister Psikologi
    • Doktor Ilmu Psikologi
  • PENELITIAN & PENGABDIAN
    • Roadmap Penelitian dan PkM
    • Penelitian
    • Publikasi
    • Pengabdian
    • Kerja Sama
  • MAHASISWA
    • Tata Perilaku Mahasiswa
    • Lowongan Magang PKS
    • Beasiswa
    • Badan Kegiatan Mahasiswa
    • Prestasi Mahasiswa
  • FASILITAS
    • Laboratorium
    • Kelompok Riset
    • Dukungan Non-akademik
  • Beranda
  • Rilis
  • CPMH UGM Hadirkan Dukungan Psikososial Komprehensif bagi Penyintas Banjir di Aceh

CPMH UGM Hadirkan Dukungan Psikososial Komprehensif bagi Penyintas Banjir di Aceh

  • Rilis
  • 23 Desember 2025, 09.52
  • Oleh: Humas
  • 0

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada melalui Center for Public Mental Health (CPMH) melaksanakan rangkaian program dukungan psikososial bagi masyarakat terdampak banjir dan longsor di Aceh. Program yang didukung oleh Pendanaan Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan mendesak pemulihan kesehatan mental penyintas sekaligus memperkuat sistem dukungan psikososial jangka panjang di tingkat komunitas dan pemerintah daerah.

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa dalam mandat pendanaan yang mencakup Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, fakultas secara strategis memfokuskan intervensi ke wilayah Aceh.

“Kita memang fokus ke Aceh karena kita tidak mungkin juga meliputi semuanya, sumber daya kita terbatas dan dengan prinsip mengoptimalkan manfaat serta mempertimbangkan pengalaman dan jaringan yang sudah kuat di Aceh. Namun, hal ini sama sekali tidak mengurangi simpati kita kepada masyarakat di Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang juga terdampak,” ujar Rahmat.

Ketua CPMH, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, menjelaskan bahwa intervensi yang dilakukan CPMH di Aceh dibangun di atas dua pilar utama, yaitu bantuan langsung kepada masyarakat dan penguatan tata kelola dukungan mental health and psychosocial support (MHPSS) secara berkelanjutan.

“Sebagai pusat kajian kesehatan mental publik, dan dengan ilmu yang kami punya, kita perlu melakukan upaya strategis. Kami tidak hanya datang untuk membagikan bantuan, tetapi juga memastikan bahwa dukungan psikososial di Aceh berjalan terkoordinasi, berbasis bukti, dan tidak melukai masyarakat,” terang Diana.

Bantuan Langsung: Dignity Kit untuk Menjaga Martabat Penyintas

Pada tahap bantuan langsung, CPMH UGM menghimpun dan menyalurkan dignity kit bagi penyintas, terutama kelompok perempuan dan keluarga di pengungsian. Dignity kit tersebut berisi kebutuhan dasar harian seperti pakaian dalam, bra, jilbab, pembalut, sarung, sabun, serta perlengkapan kebersihan lain yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya masyarakat Aceh.

Rahmat menekankan bahwa pemilihan dignity kit sebagai bentuk dukungan utama di fase darurat merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan spesifik yang sering terabaikan dalam situasi bencana.

“Dalam situasi kebencanaan ada kebutuhan-kebutuhan khusus yang kerap diabaikan, misalnya kebutuhan perempuan terkait siklus bulanan ketika akses air bersih dan sarana kebersihan sangat terbatas. Kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan minum memang tidak besar, sehingga kita memilih fokus pada hal yang sekaligus memberi manfaat nyata dan menumbuhkan kesadaran bahwa kebutuhan spesifik ini penting diperhatikan,” jelas Rahmat.

Konsep dignity kit diadaptasi dari panduan lembaga internasional seperti UNICEF dan UNESCO, kemudian dimodifikasi untuk menjawab kebutuhan spesifik di lapangan. Pengadaan paket dilakukan melalui kerja sama dengan jaringan pengusaha dan mitra swasta, dengan jumlah 400 paket untuk remaja dan perempuan, 200 paket untuk laki-laki, dan 200 paket untuk anak-anak, dengan total nilai dukungan yang mencapai ratusan juta rupiah.

“Dalam situasi bencana, rasa aman dan martabat sering kali tergerus oleh kehilangan dan keterbatasan. Dignity kit ini kami rancang agar penyintas, terutama perempuan, tetap dapat menjaga kebersihan dan martabat diri di tengah kondisi yang sangat sulit,” jelas Diana.

Distribusi dignity kit dilakukan melalui relawan-relawan lokal yang terlebih dahulu mendapatkan pembekalan dari tim CPMH. Relawan ini antara lain berasal dari Universitas Syiah Kuala dan jejaring komunitas di beberapa kabupaten terdampak. Paket bantuan diberikan bersamaan dengan kegiatan safe space untuk anak dan sesi edukasi singkat bagi orang dewasa di titik-titik pengungsian.

Kondisi Psikososial di Lapangan: Kemarahan Kolektif dan Kelelahan Emosional

Diana mengungkapkan bahwa kondisi psikososial masyarakat Aceh saat ini ditandai oleh kemarahan dan frustrasi kolektif. Kerusakan infrastruktur yang luas, lebih dari seratus jembatan yang terputus, kelangkaan listrik, dan distribusi bantuan yang belum merata memperberat beban psikologis penyintas.

“Banyak warga yang marah karena lapar, lelah menunggu bantuan, dan hidup dalam ketidakpastian. Situasi ini menumpuk jadi kemarahan kolektif yang tentu berdampak pada kesehatan mental mereka,” ujarnya.

Rahmat menambahkan bahwa setelah fase darurat berlalu, berbagai tekanan psikososial berisiko berkembang menjadi masalah kesehatan mental jangka menengah dan panjang.

“Setelah tahap emergensi, akan muncul permasalahan-permasalahan psikososial yang dapat berlanjut menjadi masalah kesehatan mental. Peran sebagai orang tua, anak sekolah, pekerja, dan warga masyarakat terganggu karena rumah rusak, listrik tidak tersedia, lingkungan tidak kondusif, dan kondisi kesehatan menurun. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memunculkan kesedihan berkepanjangan, kecemasan, rasa marah, hingga rasa diperlakukan tidak adil yang pada tingkat tertentu dapat termanifestasi sebagai gangguan depresi, kecemasan, dan hilangnya optimisme,” paparnya.

Kondisi tersebut menjadi salah satu dasar penguatan intervensi psikososial, agar masyarakat tidak hanya menerima bantuan fisik, tetapi juga didampingi dalam memproses pengalaman traumatis yang mereka alami.

Penguatan Jangka Panjang: Membangun Mental Health & Psychosocial Support Hub di Aceh

Selain penyaluran bantuan langsung, CPMH UGM memfokuskan upaya pada penguatan jangka panjang melalui pembentukan jejaring mental health and psychosocial support hub di Aceh. Melalui hub ini, berbagai lembaga yang bergerak di isu kesehatan jiwa dan dukungan psikososial disatukan dalam satu wadah koordinasi.

CPMH mengundang sekitar 11 mitra yang berasal dari Universitas Syiah Kuala, Universitas Malikussaleh, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Aceh, HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia), GEN-A (Generasi Edukasi Nanggroe Aceh), YKMI (Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia), Yagi, AWPF (Aceh Women’s for Peace Foundation), TDMRC (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center), dan PULIH yang telah atau sedang menjalankan program MHPSS di Aceh. Mereka mengikuti lokakarya dan pelatihan selama dua hari di Banda Aceh, yang difasilitasi tim CPMH.

Dalam kegiatan tersebut, peserta bersama-sama membahas dan berlatih terkait empat pilar utama:

  1. Kerangka mental health and psychosocial support untuk pemulihan Aceh pasca banjir.
  2. Pendekatan kesehatan jiwa di setting bencana, agar intervensi berjalan aman dan terarah.
  3. Psychological First Aid (PFA) di situasi bencana, sebagai dukungan awal bagi penyintas.
  4. Rapid Mental Health Assessment (RMHA), yaitu pemetaan cepat kondisi kesehatan mental masyarakat terdampak.

Hasil lokakarya menghasilkan komitmen bersama untuk menyatukan langkah dan memperkuat koordinasi antar lembaga. Melalui hub tersebut, program-program MHPSS di Aceh diharapkan dapat saling melengkapi, menghindari tumpang tindih, dan berlandaskan praktik yang berbasis bukti ilmiah.

“Kami menemukan masih banyak praktik pendampingan yang dilakukan dengan niat baik tetapi belum tepat secara metodologis. Melalui hub ini, kami ingin memastikan bahwa setiap intervensi psikososial di Aceh berjalan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak menimbulkan dampak baru bagi penyintas,” jelas Diana.

Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Peran AP2TPI

Di tingkat nasional, Fakultas Psikologi UGM juga tengah mengonsolidasikan sinergi perguruan tinggi psikologi melalui Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia (AP2TPI). Rahmat menjelaskan bahwa program di Aceh akan ditempatkan sebagai bagian dari upaya kolektif AP2TPI dalam merespons dampak psikososial bencana di Sumatera.

“Kami sedang mengidentifikasi perguruan tinggi yang terkena dampak dan yang sudah terjun di lokasi bencana, untuk kemudian memetakan kebutuhan dan memobilisasi sumber daya di seluruh anggota AP2TPI. Fokus kami tetap pada bidang psikososial dan kesehatan mental, terutama melalui capacity building. Bukan hanya tim kami yang menjalankan program, tetapi kami melatih dan mengembangkan potensi lembaga setempat, baik perguruan tinggi maupun jaringan NGO lokal,” terang Rahmat.

Produk Pengetahuan dan Advokasi Kebijakan

Sebagai tindak lanjut, CPMH bersama jejaring organisasi di Aceh akan menyusun panduan “Mental Health and Psychosocial Support Guideline for Aceh Flood Recovery”. Dokumen ini diharapkan menjadi rujukan bagi lembaga pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan relawan dalam merancang program MHPSS di tingkat lokal.

Selain itu, CPMH juga akan mendorong advokasi kebijakan berjenjang, mulai dari level lembaga, pemerintah daerah, hingga kementerian terkait. Advokasi ini diarahkan agar isu kesehatan jiwa dan dukungan psikososial terintegrasi dalam rencana pemulihan dan pembangunan pasca bencana di Aceh.

Menutup, Rahmat menegaskan bahwa respon ini bukan hanya bentuk kepedulian sesaat, tetapi juga bagian dari pembelajaran kelembagaan Fakultas Psikologi UGM dalam menghadapi bencana di masa mendatang.

“Kami berharap apa yang dilakukan ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat terdampak, setidaknya mereka tidak merasa sendirian dan merasa bahwa Psikologi UGM peduli serta melakukan tindakan nyata untuk membantu menumbuhkan kembali keberdayaan mereka. Di saat yang sama, ini menjadi proses pembelajaran bagi kami untuk semakin memahami bencana, dampaknya, dan cara-cara yang efektif untuk memberikan bantuan bagi masyarakat yang terdampak,” tutup Rahmat.

“Fokus kami bukan hanya merespons keadaan darurat sekarang, tetapi juga menyiapkan sistem dukungan psikososial yang lebih tangguh di masa mendatang. CPMH akan terus bekerja bersama mitra lokal untuk memastikan bahwa pemulihan Aceh berjalan secara menyeluruh, baik dari sisi fisik maupun kesehatan mental,” pungkas Diana.

Dokumentasi dan pemberitaan kegiatan melalui media lain:

  • https://penanews.co.id/ugm-dan-usk-gelar-workshop-penanganan-kesehatan-mental-dalam-situasi-bencana-di-aceh/
  • https://www.wartapembaruan.co.id/2025/12/ugm-dan-usk-gelar-workshop-penanganan.html
  • https://www.sabanginfo.com/2025/12/ugm-dan-usk-gelar-workshop-penanganan.html
  • https://www.radaraceh.id/2025/12/ugm-dan-usk-gelar-workshop-penanganan.html?m=1

Penulis: Raden Roro Anisa Anggi Dinda

Tags: aceh CPMH UGM Dignity Kit fakultas psikologi ugm Mental Health Psychosocial Support SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera SDGs siklon senyar

Berita Terkini

  • CPMH UGM Hadirkan Dukungan Psikososial Komprehensif bagi Penyintas Banjir di AcehDesember 23, 2025
  • Obrolan Psikologi Episode 18 Mindful Spending di Akhir Tahun: Ketika Emosi Mengatur DompetDesember 17, 2025
  • Dosen Fakultas Psikologi UGM Raih Anugerah Dosen Inspiratif Bidang Sosial dan HumanioraDesember 10, 2025
  • Mitigasi Dampak Kesehatan Mental: Dosen Psikologi UGM Hadirkan Dukungan Psikososial Komprehensif di Wilayah Banjir SumateraDesember 10, 2025
  • Laboratorium Proses Mental dan Perilaku Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Gelar  Seminar Internasional Studying Mental Processes Using EEG/ERPDesember 8, 2025
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Jalan Sosio Humaniora Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Indonesia
fpsi[at]ugm.ac.id
+62 (274) 550435 (hunting)
+62 (274) 550435 ext 158
psikologiugm
psikologiugm
psikologi_ugm
Kanal Psikologi UGM

TENTANG KAMI

  • Selayang Pandang
  • Sejarah
  • Manajemen
  • Tenaga Pendidik
  • Tenaga Kependidikan

INFORMASI PUBLIK

  • Daftar Informasi Publik
  • Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Secara Berkala
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat

FASILITAS

  • Fasilitas Pendidikan
  • Laboratorium
  • Kelompok Riset
  • Publikasi & Jurnal
  • Dukungan Non-akademik

MAHASISWA

  • Tata Perilaku Mahasiswa
  • Mitra Magang MBKM
  • Beasiswa
  • Badan Kegiatan Mahasiswa

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju