
Yogyakarta – Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), kembali menyelenggarakan Kuliah Online bertajuk “Jejak Masa Kecil: Dampak Pengalaman Buruk dan Kekuatan Pengalaman Positif” pada Jumat (18/07). Tema ini menggali tentang pengaruh pengalaman masa kecil terhadap kesehatan mental dan bagaimana pengalaman positif dapat menjadi penawar dari pengalaman yang menyakitkan.
Dalam paparannya, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi UGM, menekankan bahwa tekanan hidup bukanlah satu-satunya penyebab gangguan jiwa.
“Gangguan jiwa bisa muncul ketika tekanan bertemu dengan kerentanan. Kerentanan ini adalah kondisi di mana seseorang berada dalam keadaan lemah sehingga lebih mudah terdampak oleh ancaman atau situasi berisiko,” ujarnya.
Salah satu bentuk tekanan yang mendapat perhatian luas dalam dunia psikologi adalah Adverse Childhood Experiences (ACEs) atau pengalaman masa kecil yang menekan. ACEs mencakup berbagai bentuk peristiwa traumatis yang dialami individu sejak usia 0 hingga 18 tahun dan terbukti berdampak jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental.
Mengutip studi meta-analisis oleh Adigan dkk., Diana menjelaskan bahwa dari 500.000 orang dewasa yang tersebar di 206 wilayah studi secara global, ditemukan bahwa 61,6% diantaranya pernah mengalami setidaknya satu ACEs, dan 16,1% mengalami empat atau lebih. Dampak dari ACEs ini beragam, ada anak yang mampu bertahan dan tumbuh, ada yang hanya mampu bertahan tanpa berkembang, dan ada pula yang menyebarkan luka tersebut pada orang lain, bahkan lintas generasi.
Namun, harapan tetap ada, salah satu penawar dari luka akibat ACEs adalah hadirnya pengasuhan yang efektif. Menurut Diana, pengasuhan yang efektif bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik anak, melainkan menciptakan hubungan emosional yang kuat dan bermakna.
“Pengasuhan yang efektif adalah kemampuan orang tua untuk benar-benar terlibat dalam kehidupan anak. Ini menuntut upaya harian untuk terhubung secara personal, dengan kualitas dan kuantitas waktu yang cukup. Lewat pengasuhan semacam ini, anak-anak belajar untuk tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan tangguh,” tutupnya.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati