
Center for Public Mental Health (CPMH) Universitas Gadjah Mada (UGM) gelar kuliah online (kulon) bertajuk “Teening your Parent: Memeluk Perbedaan, Menumbuhkan Pengertian” pada hari Jumat, (04/07). Webinar yang diikuti oleh siswa, mahasiswa, tenaga profesional, dan pendidik ini bertujuan untuk memberikan pandangan kepada remaja tentang tata cara berkomunikasi dengan orang tua agar tidak menimbulkan konflik.
Narasumber pertama, Nurul Kusuma H., M.Psi., Psikolog, memaparkan secara mendalam tentang perkembangan psikologis remaja usia 10 hingga 16 tahun. Selain itu, Nurul juga mengulas perbedaan pola asuh antara orang tua dari generasi X dan generasi Y. Kedua bahasan ini menjadi landasan awal bagi peserta untuk memahami sudut pandang masing-masing, baik dari sisi remaja maupun orang tua.
“Konflik antara orang tua dan remaja sering kali terjadi karena perbedaan cara pandang terhadap suatu hal. Remaja berada dalam fase ingin menunjukkan kemandirian dan mengambil keputusan sendiri, termasuk soal pertemanan, sekolah, keuangan, atau media sosial. Sementara di sisi lain, orang tua sering kali masih memandang mereka sebagai anak-anak yang harus dijaga dan diarahkan,” jelas Nurul.
Upaya meredakan konflik antara orang tua dan anak tidak bisa hanya dibebankan pada orang tua. Remaja juga perlu belajar memahami sudut pandang orang tua agar komunikasi yang terjalin di rumah bisa berjalan lebih sehat dan tidak mudah menimbulkan kesalahpahaman.
Narasumber kedua, Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, memberikan 13 tips yang bisa diterapkan remaja saat berkomunikasi dengan orang tua. Di antaranya adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak memotong pembicaraan, serta menyampaikan pesan dengan jelas dan tenang. Ia juga menyarankan agar remaja memberi ruang ketika suasana mulai memanas, dan mencari waktu yang tepat untuk berdialog, misalnya saat sedang melakukan aktivitas ringan bersama. “Jika belum ada titik temu, tenangkan diri terlebih dulu dan pahami bahwa kompromi sering kali menjadi jalan tengah yang terbaik,” jelasnya.
“Keluarga tangguh dapat terwujud ketika setiap anggotanya berperan sesuai fungsi masing-masing. Peran yang dapat diambil anak dalam menguatkan keluarga yaitu dengan bersama-sama ayah dan ibu, bersatu menghadapi tantangan maupun masalah yang melanda keluarga,” ujar Wirdatul sekaligus menutup sesi webinar sore itu.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati