
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Wenty Marina Minza, M.A., bersama tim dari Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP), berhasil meraih hibah penelitian senilai Rp3,2 miliar dari program internasional U’Good. Program ini didanai oleh tiga lembaga global, yakni The National Research Foundation (NRF) Afrika Selatan, Fondation Botnar Swiss, dan Human Science Research Council (HSRC) Afrika Selatan.
Fokus utama U’Good adalah mendukung riset yang menyoroti isu pemuda dan relational wellbeing. Penelitian yang diusulkan tim CICP berjudul “Vulnerable Youth: Navigating Meaningful Livelihood in Indonesia”. Riset ini akan menggali bagaimana peran dari relasi sosial, dukungan komunitas dan institusi dalam membantu pemuda dalam kelompok rentan mencapai meaningful livelihood atau penghidupan yang bermakna, sekaligus mendiskusikan bagaimana strategi untuk memperkuat jejaring sosial mereka untuk mencapai kesejahteraan jangka panjang. Penelitian ini akan menyuarakan sudut pandang dari pemuda sebagai suara utama. Selain itu juga melihat bagaimana sudut pandang komunitas, institusi, dan pemangku kebijakan dalam melihat permasalahan pemuda rentan dan livelihood.
Kelompok rentan yang dimaksud mencakup anak muda yang tinggal di wilayah rawan bencana, konflik agama, hidup dengan HIV/AIDS, gangguan kesehatan mental, disabilitas, hingga yang mengalami pengangguran kronis. “Pemuda-pemuda ini sangat bergantung pada social network, terutama karena akses mereka terhadap pendidikan dan pekerjaan sangat terbatas,” ujar Wenty, Selasa (24/6).
Ia menjelaskan bahwa pendekatan relational wellbeing menekankan pentingnya jaringan sosial, dukungan komunitas, dan institusi sebagai fondasi utama dalam membangun kesejahteraan. Hal ini menjadi semakin penting mengingat Indonesia akan menghadapi puncak bonus demografi pada tahun 2030. Jika bisa diatasi dengan tepat, kerentanan ini bisa menjadi peluang besar dan sebaliknya jika tidak diatasi dengan tepat, kerentanan ini bisa menjadi ancaman.
Proyek ini akan dilaksanakan di lima wilayah yang mewakili konteks kerentanan berbeda yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesehatan mental dan HIV/AIDS, lalu di Sumatera Barat mengenai penyandang disabilitas, Nusa Tenggara Timur terkait pengangguran. Selanjutnya riset di Maluku Utara mengenai bencana alam dan Kalimantan Barat mengenai konflik etnis dan agama. “Penelitian dirancang berlangsung selama tiga tahun, dimulai dengan persiapan pada Juli 2025, dilanjutkan dengan scoping review hingga akhir tahun, pengembangan alat ukur di awal 2026, dan riset lapangan secara mixed-method hingga Desember 2026,” katanya.
Tim peneliti terdiri dari berbagai akademisi lintas institusi, antara lain Praditya Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D., sebagai Co-PI, Dr. Roy Huijsman dari Erasmus University Amsterdam, Ali Mashuri, S.Psi., M.Sc., Ph.D., dari Universitas Brawijaya, dan Dr. Amalinda Savirani, M.A., dari FISIPOL UGM. Kolaborasi akan dilakukan dengan mitra akademik, yaitu universitas-universitas yang ada di masing-masing daerah sasaran di atas. Selain itu, mitra non-akademik seperti Kampung Halaman (KH) Foundation dan Yakkum Emergency Unit (YEU) akan berperan penting dalam menjangkau kelompok sasaran di tiap daerah. “Dari pihak YEU akan membantu menggerakkan pemuda rentan untuk aktif dalam proses riset dan memastikan framework Equity, Disability, Inclusion selama proses riset, pihak KH membantu mengembangkan metodologi penelitian digital storytelling, sedangkan Dr. Roy akan memberi pandangan global agar konteks Indonesia dapat menjadi selaras dengan diskusi akademik internasional,” tambah Wenty.
Penelitian ini juga akan memberikan beasiswa untuk 2 calon mahasiswa Doktoral di Fakultas Psikologi UGM yang tertarik untuk meneliti topik berkaitan dengan pemuda dalam kelompok rentan dan meaningful livelihood untuk disertasinya.
Menurut Wenty, hasil riset ini direncanakan akan disebarluaskan melalui presentasi di konferensi internasional, penerbitan artikel ilmiah, pameran foto dan visualisasi data secara daring maupun luring, hingga penyusunan policy brief yang inklusif. “Riset ini juga menekankan partisipasi aktif pemuda, yang akan dilibatkan sebagai penulis bersama dan mitra riset dalam setiap tahapan,” pungkasnya.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati