
Yogyakarta, 17 Maret 2025 – Artikel penelitian berjudul “Understanding depression and anxiety symptom interrelations in Indonesian OCD patients: A network approach” ditulis oleh Zakia Aura Fajriana, Riangga Novrianto, Nimaz Indryastuti Dewantary, Pelita DKL. Tobing, Eric A. Storch, Edo S. Jaya, terbit pada Journal of Psychiatric Research, Vol. 184, April 2025, 359-366, (Q1, SJR 2023: 1,553).
Riangga Novrianto, salah satu peneliti, menjelaskan keterkaitan antara gejala depresi dan kecemasan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif (OCD) di Indonesia. Studi yang dilakukan di sebuah klinik psikologi di Jakarta ini menganalisis data dari 232 pasien OCD dengan metode analisis jaringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun gejala depresi dan kecemasan pada OCD bersifat berbeda, keduanya dihubungkan oleh “bridge symptoms” atau gejala penghubung. Gejala motorik depresi dan rasa gelisah akibat kecemasan menjadi penghubung utama, sementara kecemasan yang ditandai dengan kekhawatiran dan ketegangan saraf menjadi gejala yang paling sentral. Sebaliknya, gejala seperti perubahan nafsu makan dan pikiran bunuh diri dalam depresi, serta iritabilitas dan rasa takut dalam kecemasan, cenderung kurang terhubung dalam jaringan gejala.
Riangga menyatakan, “Studi ini menekankan pentingnya intervensi yang berfokus pada gejala motorik, seperti olahraga intens dan aktivasi perilaku, dalam membantu pasien OCD mengelola gejala depresi dan kecemasan dengan lebih efektif. Temuan ini dapat menjadi landasan bagi pengembangan strategi terapi yang lebih tepat sasaran bagi pasien OCD di Indonesia.”
Berikut ini abstrak, kata kunci, dan link artikel tersebut.
Abstract. Obsessive-compulsive disorder (OCD) patients often experience co-occurring symptoms of depression and anxiety, underscoring the needs for targeted clinical interventions that address overlapping symptoms. Network analysis offers a method to examine the symptom interrelations and identify key symptoms for OCD patients’ interventions. This study collected self-report data on depression (PHQ-9) and anxiety (GAD-7) on OCD-diagnosed outpatients from a clinical psychology clinic in Jakarta, Indonesia (N = 232). The data were analyzed using several network analysis methods, including association networks, graphical LASSO, and directed acyclic graphs (DAGs), to visualize symptom interrelations. The findings indicated that while depression and anxiety symptoms in OCD are distinct, they are linked by “bridge” symptoms. Specifically, motor symptoms of depression and restlessness symptoms of anxiety were the key bridges, with worry and nervousness identified as highly central anxiety symptoms. In contrast, symptoms like appetite and suicidal symptoms of depression, along with irritability and fear in anxiety, were less connected within the network. Network analysis highlights that motoric symptoms may play a critical role in maintaining co-occurring anxiety and depression in OCD patients. Thus, interventions targeting motoric symptoms—such as intense exercise and behavioral activation—could be beneficial for managing these interconnected symptoms and improving patient outcomes.
Keywords: Depression;Anxiety; Obsessive-compulsive disorder;Network analysis; Comorbidity
Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S002239562500161X?via%3Dihub
Berdasarkan kata kuncinya, artikel ini adalah luaran penelitian yang fokus pada SDG: 3, 4, 8, 10.
Selamat kepada mas Riangga dan kolega.
Penulis & Editor: Tim UP & Humas
SDG: #SDGs, 3 (Good Health & Well-being), 4 (Quality Education), 8 (Decent Work and Economic Growth), 10 (Reduced Inequalities)