Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar rangkaian kegiatan Wellness Day: Menjaga Tubuh dan Jiwa dalam Harmoni pada Jumat (14/10). Kegiatan yang berlangsung secara luring ini diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Psikologi UGM.
Kegiatan meliputi Posbindu, Donor Darah, dan Workshop Kesehatan Mental. Posbindu menghadirkan tenaga medis dari Gadjah Mada Medical Center (GMC UGM), sementara workshop kesehatan mental menghadirkan narasumber Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, Kepala Center for Public Mental Health (CPMH), yang membawakan topik “Shaping Tomorrow: How Your Thoughts Today Define Your Future WellBeing”.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan deteksi dini penyakit tidak menular, membangun budaya kampus yang mendukung kesehatan mental dan fisik, meningkatkan literasi kesehatan mental, mendorong budaya kerja dan belajar yang suportif, membekali peserta dengan teknik self-care dan coping mechanism, serta membangun komunitas yang saling mendukung.
Kegiatan Posbindu dan donor darah berlangsung pukul 08.00–11.00 WIB di Atrium Gedung A dengan dr. Nurul Atifah dari GMC UGM, sedangkan workshop kesehatan mental digelar pukul 13.00–15.00 WIB di Ruang A-203.
Kegiatan diawali dengan ice breaking yang difasilitasi tim CPMH. Aktivitas ini melibatkan peserta berpasangan dalam permainan interaktif seperti ganjil-genap dan operasi hitung, tidak hanya mengasah refleks, tetapi juga menekankan pentingnya konsentrasi.
Terkait kesehatan mental, Diana Setiyawati menyampaikan berbagai sumber stres yang umum dialami, mulai dari pekerjaan menumpuk hingga kekhawatiran pribadi.

“Stres mikirin hutang. Pekerjaan datang bersamaan banyak yang harus diukur… Semua hal khawatir, jodoh belum kunjung datang, khawatir apapun boleh,” ujar Bu Diana.
Mengenai cara mengelola stres, Diana membagikan berbagai strategi yang bisa diterapkan sehari-hari seperti olahraga, jalan-jalan, bercerita kepada teman, ibadah, beristirahat hingga melakukan berbagai hobi yang disuka.
Ia juga menekankan pentingnya pengembangan skill mengelola stres
“Mengelola emosi, meredam stres secara cepat, punya respon terhadap stres biar enggak reaktif, tetap tenang.”
Diana juga menjelaskan berbagai faktor yang membuat seseorang lebih rentan terhadap stres dan gangguan mental.
“Yang pertama kita itu rentan karena satu, genetik. Kalau di dalam garis kita ke atas ada yang sakit jiwa, berarti kita punya kecenderungan. Tapi itu sama dengan kalau keluarga ada kanker atau diabetes, berarti ada bibit. Bibit itu enggak harus gila di jalan, bisa misalnya ibu saya cemas, pencemas banget, itu bisa menurun ke kita,” ujarnya
Ia menjelaskan dampak stress pada fisik yang dapat diamati secara langsung.
“Stres merusak tubuh lewat tiga cara. Pertama, HPA aksis: hipotalamus, pituitari, dan kortisol. Ini merusak tubuh dan otak, bisa bikin dimensi pikun. Kedua, sistem saraf: saraf simpatis otomatis aktif, paru-paru, jantung, liver, pencernaan terganggu. Ketiga, sistem imun: stres melemahkan penjaga tubuh dari bakteri, virus, sel kanker, dan lain-lain,” katanya.
Namun, emosi dapat dimodifikasi melalui pikiran dan perbuatan, seperti halnya contoh yang diberikan dalam pengalaman sehari-hari.
“Kalau kita sedih, kita senyum, maka kita akan jadi bahagia. Kalau ingin tidur, ingin ngobrol, ingin ngerokok, ya dilawan. Kalau marah ingin mukul, duduk. Kalau sedih ingin nangis, senyum. Jadi dilawan, supaya emosi negatif bisa diubah menjadi positif,” jelasnya.
Diana menekankan pentingnya menghadapi stres dengan kesadaran penuh agar kesehatan mental tetap terjaga.