Disclaimer:
Artikel ini memuat tulisan terkait melukai diri. Istirahat sejenak jika muncul rasa tidak nyaman saat membaca artikel ini. Hubungi psikolog, psikiater, atau tenaga kesehatan terdekat jika Anda atau orang sekitar Anda memiliki pikiran melukai diri.
Perilaku melukai diri tanpa niat bunuh diri atau Non-Suicidal Self-Injury (NSSI) semakin sering ditemukan, terutama pada remaja dan dewasa muda. Di Indonesia, beberapa studi menunjukkan fenomena ini hadir di ruang-ruang keseharian, dipengaruhi tekanan emosional, relasi sosial yang tidak mendukung, dan berbagai tantangan hidup yang kian kompleks. Tim peneliti dari Fakultas Psikologi UGM tengah mengembangkan modul psikoedukasi NSSI yang dirancang sebagai langkah awal memahami perilaku ini, mengurangi stigma, serta membantu individu dan lingkungan terdekat merespons dengan lebih tepat. Kegiatan ini didanai oleh Hibah Penelitian Fakultas Psikologi UGM 2025.
Inisiatif ini berangkat dari kebutuhan di lapangan: banyak orang mengalami kesulitan mengelola emosi kuat seperti cemas, marah, atau sedih, dan sebagian memilih cara yang menyakiti tubuh sebagai pelepasan sementara. Tim peneliti menilai, kunci pencegahan adalah pemahaman yang benar mengenai NSSI dan keterampilan dasar mengelola emosi, disertai dukungan yang aman dari keluarga, teman sebaya, pendidik, dan tenaga pendamping. Modul psikoedukasi yang disusun bertujuan memberi informasi yang mudah dipahami publik.
Pengembangan modul dilakukan dengan merangkum pengetahuan yang sudah ada dan menyesuaikannya dengan konteks Indonesia, agar bahasa, contoh, dan pendekatan selaras dengan kebutuhan pembelajar dewasa. Tim peneliti dipimpin oleh Indrayanti, M.Si., Ph.D., Psikolog, dengan anggota Wulan Nur Jatmika, S.Psi., M.Sc., selaku dosen dan peneliti dari Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi UGM serta kolaborator alumni dan mahasiswa. Keberagaman latar belakang tim dimanfaatkan untuk memastikan materi akurat, ramah pembaca, dan dapat digunakan di berbagai setting seperti kelas, komunitas, layanan konseling, maupun pelatihan singkat. Pendekatan ini diharapkan membuat modul tidak hanya kuat secara ilmu, tetapi juga peka terhadap pengalaman nyata pengguna. Dengan jalan ini, modul dapat menjadi pijakan awal bagi pelatihan, penguatan kapasitas pendamping, dan advokasi literasi kesehatan mental yang lebih luas.
Dampak yang diharapkan adalah bertambahnya pemahaman masyarakat tentang NSSI dan berkurangnya stigma, sehingga individu tidak merasa sendirian atau disalahkan ketika membutuhkan pertolongan. Pada akhirnya, upaya ini ditujukan untuk menumbuhkan lingkungan yang lebih aman, empatik, dan tangguh, di mana setiap orang memiliki ruang belajar memahami emosinya dan menemukan cara yang lebih sehat untuk pulih.
Penulis:
Raden Roro Anisa Anggi Dinda
Alifah S Sabekti
Annisa Khomsah S