Jumat (26/09) lalu Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) UGM menyelenggarakan “Angkringan” ke-26 bertajuk “Narasi Anti-Komunis dalam Media Sosial X”. Angkringan ini menghadirkan narasumber yang merupakan dosen dan peneliti Fakultas Psikologi UGM, Haidar Buldan Thontowi, Ph.D., dan dimoderatori oleh Asisten CICP Ahmad Yusrifan Amrullah.
Sesi Angkringan dimulai dari membahas mengenai isu komunisme dan PKI yang sering kali muncul kembali tiap kali menjelang pemilihan presiden di Indonesia. Narasi lama itu tak pernah benar-benar padam, melainkan terus hidup dari generasi ke generasi, kini dihadapi pula lewat data digital. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Buldan menyelami bagaimana masyarakat Indonesia memproduksi, menyebarkan, dan menerjemahkan narasi G30S/PKI di media sosial. Ketertarikan terhadap teori konspirasi dan sejarah, mulai dari peristiwa pembunuhan JFK hingga diskusi mengenai Supersemar, menjadi motor awal penelitian ini. Diskusi keluarga tentang PKI dan peranannya dalam sejarah Indonesia menyemai rasa ingin tahu untuk mengkaji ulang persepsi lama melalui lensa digital. Rekomendasi buku Bumi Manusia oleh teman peneliti semakin membuka pintu pemahaman bahwa narasi masa lalu masih sangat memengaruhi cara pandang kita hari ini.

Dr. Buldan menjelaskan bahwa penelitian ini mengumpulkan sekitar 12.000 cuitan dari media sosial X (dulu Twitter) menggunakan kata kunci “PKI”, terutama menjelang 30 September, ketika isu G30S/PKI biasanya memuncak. Dari total tersebut, 4.105 cuitan dianggap relevan untuk dianalisis lebih lanjut melalui content analysis. Dari hasil analisis, ditemukan beberapa temuan yaitu: 1) mayoritas mendukung narasi resmi, 2) munculnya counter-narrative, 3) adanya narasi dominan, dan 4) keterkaitan narasi, identitas, dan trauma. Informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat dibaca melalui https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/38731.
Sesi ini juga membahas bagaimana berdasarkan Google Trends, minat publik terhadap kata “G30S” antara 2004–2016 cenderung rendah. Namun pada 2017 terjadi lonjakan mendadak ke skor 100. Hal ini terjadi karena Jenderal Gatot Nurmantyo menginisiasi nonton bareng film G30S/PKI pada tahun itu, dimana kegiatan ini memantik antusiasme besar dan menarik perhatian publik luas kembali ke isu tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa sebuah narasi yang tampak usang bisa bangkit kembali ketika dipadukan dengan momentum simbolik dan akses media massa. Dr. Buldan menjelaskan bagaimana dalam konteks Indonesia, narasi sejarah tak lepas dari kepentingan membangun identitas nasional, melalui cerita yang dibagikan turun-temurun melalui buku, pendidikan, film, ataupun diskusi publik.
Sesi ditutup dengan sebuah refleksi bagaimana manusia adalah storyteller. Cara kita menuturkan sejarah memengaruhi cara pandang kita terhadap masa lalu dan masa kini. Narasi resmi tentang G30S/PKI sudah lama ditanamkan sebagai master narrative. Namun, lewat media sosial, counter-narrative juga menemukan ruang. Sesi sharing dan tanya-jawab berlangsung dengan seru dan memberikan banyak insight.