Arsip:

SDG 4: Pendidikan Berkualitas

Sebanyak 69 Wisudawan/wisudawati Ikuti Pelepasan Program Sarjana Periode III 2023/2024

Sebanyak 69 wisudawan/wisudawati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti pelepasan Program Studi Sarjana Psikologi Periode III Tahun Akademik 2023/2024 di Hall-D Fakultas Psikologi UGM, Rabu (22/5). Wisudawan terdiri dari 60 program reguler dan sembilan dari International Undergraduate Program (IUP). Dari jumlah tersebut, 54 wisudawan meraih penghargaan akademik dengan predikat pujian. 

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., mengucapkan apresiasi atas capaian para wisudawan. “Dengan tambahan 69 wisudawan ini, Fakultas Psikologi UGM telah meluluskan 6.531 sarjana,” ujarnya.  

Dekan menegaskan bahwa tingginya nilai kelulusan mencerminkan penguasaan para wisudawan terhadap target capaian pembelajaran. “Kami memiliki keyakinan tinggi tidak mengobral nilai, tetapi nilai menggambarkan kemampuan kalian dibandingkan dengan siapapun sarjana psikologi yang dihasilkan di berbagai perguran tinggi di Indonesia,” tegasnya.  

Rahmat juga menyampaikan bahwa memperoleh gelar sarjana psikologi bukanlah perjalanan yang mudah. “Kalian memiliki kapasitas pribadi, kekuatan karakter, serta bekal ilmu, sikap, dan etika sebagai sarjana psikologi,” katanya.  

Dekan berpesan kepada wisudawan untuk tidak melupakan komitmen sebagai alumi Universitas Gadjah Mada untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu. “Kami melepaskan kalian semua keluar dari gerbang Fakultas Psikologi untuk terbang tinggi, untuk menjelajahi dunia, untuk mengembangkan diri, untuk mengeksplorasi bagian-bagian dari kapasitas yang kalian miliki, untuk dimanfaatkan, untuk memberikan manfaat bagi kalian sendiri, keluarga kalian, masyarakat dan bangsa,” tutupnya.  

IPK tertinggi dari program IUP diperoleh oleh Putri Aida Rahman, dengan IPK 3.90. Virna Annisya Charisma menjadi wisudawan dengan masa studi tercepat dari program reguler, menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 4 bulan 15 hari. Di sisi lain, Marsyanti Mahira memperoleh gelar dengan masa studi tercepat dari program IUP, menyelesaikan dalam 3 tahun 4 bulan 9 hari. Daniella Assyifa Budiharto (21) menjadi wisudawan termuda dari program reguler, sementara Aurel Carissa Rahardjo (20) menjadi wisudawan termuda dari program IUP.  

Dyah Pitaloka Putri Sutanto, wisudawan berprestasi dengan IPK tertinggi 3.93 dari program reguler, memberikan sambutan mewakili seluruh wisudawan. Ia mengungkapkan rasa bangganya bisa mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi UGM dan mengingat perjalanan studinya yang terdampak pandemi. “Tantangan ini membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh. Kita digembleng dalam kawah Candradimuka, ditempa realita, dimatangkan oleh dinamisnya dunia. Sudah semestinya kita berterima kasih kepada diri kita sendiri karena telah berjuang sejauh ini,” katanya dengan haru. 

Dyah menyampaikan tiga hal untuk menghadapi transisi dari kehidupan kampus ke dunia nyata: menghadapi ketidaknyamanan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menyadari nilai diri tidak bergantung pada penerimaan orang lain, dan memahami bahwa kebahagiaan dan keyakinan berasal dari dalam diri.   

“Dunia sesungguhnya tidak akan senyaman di kampus kita tercinta ini teman-teman. Kita perlu berdamai dengan ketidaknyamanan tersebut dan kita bisa memperluas zona nyaman kita untuk menjadi pribadi dan versi yang terbaik dari diri kita,” pesan Dyah.  

Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D., orang tua dari Putri Aida Rahman mewakili orang tua wisudawan/wisudawati, menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan selama perjalanan studi wisudawan yang tidak mudah. “Ini menjadi bukti bahwa anda semua telah berhasil menghadapi tantangan dan menyelesaikan berbagai masalah dengan baik. Anda semua diharapkan berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain di sekitar Anda,” kata Arief Rahman.  

Perwakilan Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), Kumala Windya Rochmani, S.Psi, M.Psi, Psikolog, menyambut wisudawan/wisudawati sebagai keluarga baru KAPSIGAMA. Ia memperkenalkan KAPSIGAMA serta manfaat bagi anggotanya, seperti jejaring, silaturahmi, dan kolaborasi. “Mari kita buat jejaring, sama-sama berkarya, dan juga berkolaborasi sama-sama,” pungkasnya.  

Pada pelepasan ini, Ketua Program Studi Sarjana Psikologi, Dr. Ridwan Saptoto, S.Psi., M.A., Psikolog, menyerahkan tranksrip wisudawan/wisudawati program reguler. Selanjutnya, Ketua Pelaksana Pengelolaan International Undergraduate Program (IUP), Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., menyerahkan transkrip kepada wisudawan/wisudawati IUP. Kemudian, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., mengalungkan syal alumni kepada para wisudawan/wisudawati. 

Jason Ebenhaezer Samuel (2020) dan Maulana Hizrian Hazazi (2021), mahasiswa Program Sarjana, memberikan persembahan dengan menyanyikan lagu yang menyemarakkan acara pelepasan ini. Penutupan acara pelepasan wisudawan/wisudawati diakhiri dengan pembacaan doa oleh Nur Abidin serta sesi foto bersama. 

 

Penulis: Erna 

Tim Debat Psikologi UGM Raih Juara Ketiga di Psychology Village 2024

Tim mahasiswa Fakultas Psikologi UGM berhasil meraih prestasi sebagai juara ketiga pada ajang Lomba Debat Psychology Village 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Pelita Harapan pada 19-25 April 2024 lalu.

Tim yang beranggotakan Nadia Puti Dianesti (2021), Seravin Afra Secunda (2022), dan Alya Nur Faiza (2022) ini telah mengikuti rangkaian perlombaan yang terbagi dalam tiga babak, sebelum akhirnya dinobatkan menjadi juara ketiga pada Kamis (25/4).

“Kami menang pada setiap babak penyisihan dan lolos ke quarterfinal dengan skor tertinggi kedua dari 12 tim,” terang Seravin Afra Secunda semangat, Rabu (22/5).

Timnya terus melaju ke babak semifinal setelah mengalahkan tim UPH pada quarterfinal, namun sayangnya saat menghadapi Universitas Krida Wacana pada babak semifinal, Seravin dan tim harus merelakan kemenangan.

“Kami memasuki babak pre-final melawan Universitas Sanata Dharma. Kami memenangkan babak tersebut dan meraih juara tiga,” lanjutnya.

Seravin menjelaskan Psychology Village 2024 merupakan perlombaan untuk mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan setiap tahun. Lomba Debat Psychology Village 2024 mempertemukan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia untuk menunjukkan keahliannya dalam mengemukakan argumentasi kritis terhadap mosi tentang tema lomba “Self-Exploration”.

“Lomba debat psikologi sangat membantu dalam meningkatkan pengetahuan serta kemampuan berlogika dan berbicara di depan umum,” tutur Seravin.

Tim di bawah bimbingan Ardian Rahman Afandi, S.Psi., M.Psi., Psikolog, ini mengaku telah melakukan persiapan dari dua bulan sebelum lomba diadakan, yaitu bulan Februari. Persiapan lomba termasuk penentuan peran sebagai speaker pertama, kedua, dan ketiga, serta berbagai diskusi mengenai mosi yang akan muncul terkait tema lomba.

“Dari mosi-mosi yang dikumpulkan, kami berlatih dengan berbagai variasi strategi. Tiga minggu sebelum perlombaan, panitia merilis prepared motion yang akan keluar saat babak penyisihan. Kami berfokus mencari argumen yang berbobot baik pada sisi pro maupun kontra untuk ketujuh mosi yang diberikan. Kami juga berlatih menyampaikan pidato kami untuk memastikan bahwa durasinya tidak melebihi waktu yang ditentukan,” terang Seravin.

Sebelum mengikuti Psychology Village 2024, tim ini juga pernah menjuarai berbagai perlombaan debat lainnya seperti Psychology Fair Universitas Katolik Widya Mandala (4-6 Mei 2023) dan Psyferia Universitas Padjajaran (1-8 Oktober 2023).

Setelah meraih juara tiga di Psychology Village 2024, tim debat Psikologi UGM berharap dapat terus berprestasi dalam bidang debat psikologi maupun cabang lomba lainnya. Mereka bertekad untuk mengembangkan diri lebih lanjut dan membawa nama baik Psikologi UGM di berbagai kompetisi.

 

Penulis: Erna

Yuk, Kenal Lebih Dalam Prodi Psikologi UGM

Kamu tertarik untuk menjadi psikolog atau menjadi praktisi profesional, pengambil keputusan, tokoh masyarakat, dan manajer di bidang Psikologi? Jika iya,  kamu bisa memilih kuliah di Fakultas Psikologi UGM. Prodi ini dalam Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun ini menjadi salah satu prodi yang paling banyak diminati. Perlu diketahui, program studi Sarjana Psikologi UGM telah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak tahun 2010 dan akreditasi internasional dari Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA) pada tahun 2022.

Selama 59 tahun berdiri, Fakultas Psikologi UGM telah berhasil meluluskan ribuan pakar psikologi yang sukses di tingkat nasional maupun internasional melalui pembelajaran berkualitas dan berkarakter. Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D., menyatakan bahwa Fakultas Psikologi selalu berusaha memberikan pendidikan dengan kurikulum terbaik bagi mahasiswa. Selain itu, kerja sama nasional dan internasional kerap dijalin untuk pengadaan pembelajaran yang beragam, sehingga proses belajar mahasiswa tidak hanya terpaku pada kurikulum program studi. “Pengalaman yang terus terakumulasi, usaha-usaha yang terus terakumulasi dari tahun ke tahun, yang membawa fakultas kita pada posisi sekarang ini. Kita ingin keberadaan fakultas ini memberikan manfaat bagi kita semuanya,” ucap Rahmat, Selasa (16/4).

Ia menyebutkan Fakultas Psikologi UGM memiliki empat program studi, yakni Program Sarjana Psikologi (S1), Program Magister (S2), Program Magister Profesi, dan Program Doktoral (S3). Jumlah pendaftar program sarjana meningkat sebesar 13,3% dari tahun 2022. Sedangkan untuk program magister, peningkatan signifikan pendaftar sebesar 70,5% pada periode yang sama. Untuk program S1, Fakultas Psikologi juga membuka International Undergraduate Program (IUP) atau kelas berbasis internasional. “Program ini juga memiliki peminat yang tinggi, yakni total 334 pendaftar untuk 52 kuota yang tersedia di tahun 2023,” ujarnya.

Mahasiswa Psikologi tentunya juga tidak asing dengan pembelajaran berstandar internasional. Dosen tamu dan praktisi kerap dihadirkan untuk membagikan beragam informasi dan materi pengetahuan yang bermanfaat. Tahun lalu, Fakultas Psikologi UGM menghadirkan Dr. Gautam K. Jha dari Jawaharlal Nehru University, India untuk menyampaikan materi pada mata kuliah Psikologi Perdamaian. Ada pula ilmuwan terkemuka lulusan UGM yang saat ini berkiprah di University of Florida, Amerika Serikat, yakni Dr. Irawan Satriotomo dengan bidang Neuropsikologi. Beberapa kuliah tamu tidak hanya digelar untuk mahasiswa, namun juga dibuka secara umum agar masyarakat luas bisa ikut merasakan pembelajaran di Psikologi UGM.

Halilla Nathasya (19) salah satu mahasiswa Psikologi UGM mengaku memilih kuliah di Psikologi karena nama besar kampus UGM dan banyak kakak tingkatnya kuliah di fakultas tersebut. “Banyak kakak tingkat dari lintas jurusan yang berhasil masuk Psikologi UGM, akhirnya pilih di sini,” kenang Lila,   demikian ia akrab disapa.

Selama kuliah, kata Lila, terdapat kategorisasi mata kuliah pilihan yang bisa diambil yakni Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan, dan lainnya. “Kita diberi kebebasan untuk memilih,” ujarnya.

Lila juga menambahkan, Psikologi UGM mendukung penuh pembelajaran mahasiswa berbasis Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program MBKM yang diutamakan oleh fakultas adalah Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dan Magang Merdeka. Selain itu, pihak fakultas juga Psikologi UGM juga sering mengadakan Career Center untuk keberlangsungan karier setelah lulus. Menurut Lila, program-program tersebut sangat membantu untuk mengetahui prospek kerja seperti apa yang bisa digeluti ke depannya.

Sejalan dengan Lila, Syadza Aliyah Putri (19) yang akrab dipanggil Caca mengaku tertarik pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Ia bahkan mengambil beberapa mata kuliah yang fokus pada profesi impiannya tersebut mengelola SDM di dunia industri dan organisasi. “Aku juga ambil beberapa mata kuliah yang nggak cuma terkait dengan industri, tapi juga lain tentang perilaku konsumen, customer thinking, itu nanti berguna untuk kerja di bagian Research and Development Program,” katanya.

Penulis: Tasya

Editor: Gusti Grehenson

Foto: Firsto

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/yuk-kenal-lebih-dalam-prodi-psikologi-ugm/

Budaya, Penelitian, dan Publikasi: Perjalanan Afrizal Hasbi Azizy dari Skripsi hingga Publikasi di Jurnal Q1

Afrizal Hasbi Azizy adalah salah satu wisudawan berprestasi Universitas Gadjah Mada (UGM) periode III Tahun Akademik 2022/2023. Afrizal Hasbi Azizy tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UGM angkatan tahun 2019. Pria  yang lahir tahun 2001 ini menulis skripsi berjudul “Pathways to Filial Piety from Perceived Parental Authoritarianism: Perceived Behavioral and Psychological Control as Mediators” di bawah bimbingan Dr. Arum Febriani, S.Psi, M.A.

Selepas menjalani ujian sidang skripsi dan menyelesaikan revisi, Hasbi mengirimkan manuskrip publikasinya ke salah satu jurnal internasional bereputasi. Dalam keteranganya, Hasbi menjelaskan bahwa ia memilih mengirim hasil penelitianya ke jurnal Current Psychology karena fokus dan cakupannya sesuai dengan topik penelitianya tentang psikologi budaya, yaitu bakti kepada orang tua (filial piety). Filial piety sendiri adalah konsep kebudayaan yang dapat ditemukan pada berbagai masyarakat kolektivistik, seperti Indonesia. Artikel penelitian Hasbi dikirim pada bulan Agustus 2023, kemudian mengalami revisi mayor pada Oktober 2023. Setelah itu, artikelnya dinyatakan diterima dengan revisi minor pada Februari 2024 dan secara resmi diterima pada bulan Maret 2024. Artikel tersebut kemudian diterbitkan secara daring (online first) pada 8 April 2024.

Berdasarkan informasi yang ditemukan dihalaman utama jurnal, Current Psychology memiliki Impact Factor (IF) sebesar 2,2 pada tahun 2022 dan IF 5 tahun sebesar 2,8 pada tahun yang sama. Waktu rata-rata tanggapan dari editor adalah 18 hari sejak pengiriman artikel.

Proses review manuskrip publikasi Hasbi berlangsung dalam dua putaran. Pada putaran pertama, komentar dari para reviewer cukup kritis. Misalnya, pendahuluan dianggap kurang koheren, diskusi dianggap terlalu sederhana, dan logika penelitian dinilai rancu. Akibatnya, banyak paragraf yang dinilai kurang baik perlu dihapus, yang pada akhirnya membuat manuskrip semakin panjang karena perlu banyak perluasan. Namun, Hasbi bersyukur karena revisi yang dia lakukan dinilai baik, sehingga pada putaran kedua hanya ada saran-saran untuk suntingan-suntingan kecil tanpa komentar lebih lanjut tentang kualitas manuskrip.

Hasbi berbagi tentang prosesnya bisa menulis artikel yang diterima jurnal internasional bereputasi. Menurutnya, yang paling penting adalah memaknai penelitian yang dilakukan. Penelitiannya terkait dengan pertanyaan tentang bagaimana budaya manusia berbeda satu sama lain. Pertanyaan ini memiliki makna personal bagi Hasbi dan dari situ muncul dorongan alami untuk mempertajam kualitas penelitiannya. Hasbi juga menyebutkan pentingnya keterampilan seperti membaca secara efisien dan mencari celah-celah penelitian. Namun, ia menekankan bahwa tidak ada “tips and trick”, “cara jitu”, atau “jurus rahasia” dalam meneliti. Menjadi seorang peneliti itu sulit, memakan waktu, dan memerlukan kesabaran. Ada banyak saat di mana kita mengalami kebuntuan pikiran dan banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Tetapi, ketika ada kedekatan personal dengan alasan ‘mengapa’ kita melakukan penelitian tersebut, seluruh proses yang sulit itu menjadi lebih memuaskan, ungkap Hasbi.

Sementara itu, Arum Febriani, selaku dosen pembimbing, menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh anak bimbingannya adalah untuk memahami bagaimana nilai-nilai budaya ditanamkan melalui proses pengasuhan pada remaja akhir di Indonesia. Penelitian ini fokus pada konsep filial piety, yang dikembangkan oleh peneliti dari Tiongkok, sebagai sebuah nilai yang dapat digeneralisasikan ke budaya kolektivistik lainnya. Konsep ini ternyata bisa diterapkan di Indonesia dalam kaitannya dengan pengasuhan otoriter (authoritarian) dan ditemukan bahwa tipe pengasuhan tersebut dapat berpengaruh pada filial piety melalui dua mekanisme yang berbeda.

Lebih lanjut, Arum berharap penelitian Hasbi ini dapat memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti muda untuk lebih banyak meneliti dalam konteks budaya. Selain itu, kemauan dan keberanian untuk memublikasikan hasil penelitian juga harus ditumbuhkan. Untuk membaca dan mensitasi artikel yang ditulis oleh Hasbi dan Arum Febriani ini silakan klik link: https://link.springer.com/article/10.1007/s12144-024-05928-3#citeas

 

Penulis : Syahrul

Mengenal Penelitian dari Berbagai Perspektif, Center for Indigenous and Cultural Psychology Gelar School of Research 2024

Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar School of Researcher (SOR) 2024 yang kali ini akan dibuka khusus untuk para anggota unit CICP Psikologi UGM. Kegiatan SOR bertujuan untuk membuka wawasan peserta terkait aspek-aspek penelitian psikologi dari berbagai perspektif. 

Rangkaian acara SOR akan dilaksanakan secara luring dalam rentang waktu 26 April sampai 26 Mei 2024, bertempat di gedung D-506 Fakultas Psikologi UGM. SOR akan dibagi dalam dua kategori, yang pertama pendalaman tentang materi dan yang kedua sesi kerja lapangan. Sesi pertama dalam pendalaman materi, Jumat (26/4) membahas tentang etnografi untuk penelitian psikologi  dan dihadiri oleh 20 peserta.  

Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Psikologi UGM, Dr. Wenty Marina Minza, MA., hadir sebagai narasumber pada sesi pertama SOR. 

“Etnografi merupakan salah satu metode penelitian yang tidak hanya menggunakan wawancara sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan data, tetapi peneliti juga perlu melakukan observasi dengan cara tinggal bersama informan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan guna mengurangi facking good yang dapat dilakukan oleh informan,” jelas Wenty. 

Wenty menerangkan awal mula munculnya etnografi, “Etnografi diawali oleh pihak tertentu yang ingin mengetahui kondisi negara yang menjadi target penjajahan, hasil pengamatan itu pada akhirnya dikirimkan ke pihak penjajah agar dapat merancang strategi yang tepat untuk menjajah. Seiring berjalannya waktu, etnografi semakin berkembang dan banyak yang menggunakannya untuk mempelajari suatu kelompok sosial masyarakat”. 

“Etnografi tidak akan lepas dari budaya. Etnografi turut serta mempelajari perilaku manusia berdasarkan budaya yang dianut, pengetahuan mengenai budaya, dan juga sub budaya yang ada. Saat ini, etnografi tidak hanya berisi perspektif informan saja, melainkan juga melibatkan perspektif peneliti,” terang Wenty.

Di akhir pemaparan materi, Wenty menjelaskan tantangan penelitian etnografi dalam keilmuan psikologi, “Etnografi yang memang selalu lekat dengan budaya memiliki tantangan sendiri jika diterapkan dalam penelitian di bidang psikologi. Hasil penelitian etnografi seringkali dianggap masih memiliki dinamika psikologis yang miskin. Hal ini tentu menjadi tugas bagi seluruh peneliti psikologi yang tertarik dengan metode etnografi untuk berusaha keras mengembangkan keilmuan sehingga akan semakin banyak penelitian-penelitian psikologi yang menggunakan pendekatan etnografi”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Sebanyak 36 Wisudawan/wisudawati Ikuti Pelepasan Program Pascasarjana Periode III 2023/2024

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar acara pelepasan untuk 36 Wisudawan dan Wisudawati Program Pascasarjana Periode III 2023/2024. Mereka terdiri dari 13 lulusan Prodi Magister Psikologi Profesi, 21 lulusan Prodi Magister Psikologi, dan dua lulusan Prodi Doktor Ilmu Psikologi. Acara tersebut, mencakup pengambilan sumpah psikolog untuk Program Magister Psikologi Profesi, dan berlangsung pada Rabu (24/4) di Hall-D.  

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menyampaikan, “Hari ini Fakultas Psikologi UGM melepaskan kalian semua. Status formal sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UGM sudah berakhir, namun status kalian sebagai anak-anak yang berilmu dari ibunda almamater Universitas Gajah Mada, ibu keilmuwan Fakultas Psikologi tidak akan pernah terputus, dan dengan demikian posisi kalian sebagai anggota keluarga besar Fakultas Psikologi UGM tidak akan pernah terputus,” katanya melepas Wisudawan dan Wisudawati yang telah berhasil meraih gelar Magister dan Doktor.   

Dalam kesempatan tersebut Dekan juga memberikan pesan kepada Wisudawan dan Wisudawati untuk terus belajar dan berkontribusi melalui keilmuwan yang dimiliki, sebagaimana tercermin dalam bait hymne Gadjah Mada.  

“Hymnenya tetap ‘Bakti Kami Mahasiswa Gajah Mada’, karena dari sudut pandang almamater Gadjah Mada kita semua sampai kapanpun itu tetap mahasiswa. Kita semua sampai kapanpun tetap orang yang harus belajar, orang yang harus memperkaya ilmu, dan orang yang harus berkontribusi untuk memperkaya ilmu itu sendiri,” pesan Dekan.  

Wakil Wisudawan dari Prodi Magister Psikologi Profesi, Malvin Geoffrey Cristianto, M.Psi., Psikolog, menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendampingi mereka selama proses studi.  

“Rekan-rekan mahasiswa, ini sudah saatnya bagi kita mungkin untuk turun dari pundah para raksasa pergi ke horizon yang baru, pergi ke tanah baru, dan mulai berakar, dan menciptakan karya yan glebih baik. Semoga apa yang telah dibekalkan kepada kami dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara Indonesia tercinta”, harapnya.  

Hal serupa juga disampaikan oleh perwakilan dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, yang berpesan, “Semoga teman-teman bisa menjalankan tugas, bermanfaat lebih luas lagi di masa yang akan datang. Psikolog khususnya, mohon berpartisi aktif di Himpunan Psikologi Indonesia dan praktisi juga begitu, mohon aktif di Himpunan Psikologi Indonesia dan kemudian membangun psikologi Indonesia menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang”, pesannya.  

Pada pelepasan wisuda kali ini, Eko Suprijono, orang tua Mega Sukma Gayatri turut menyampaikan rasa bahagia dan haru atas penyelesaian perjalanan akademik Wisudawan dan Wisudawati.  

“Ananda telah dilengkapi dengan pengetahuan, keterampilan, dan kebijaksanaan yang akan membantu dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Gelar yang Ananda peroleh bukanlah sekedar tulisan dalam selembar kertas tetapi merupakan simbol dari dedikasi ketekunan dan kegigihan dalam mengejar dan mencapai impian yang saat ini terwujud,” ungkapnya. 

Rangkaian pelepasan wisuda dibuka oleh Imam Wahyuddin, Lc. M.Phil., yang memimpin doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas pencapaian studi yang telah diraih oleh para wisudawan. Acara dilanjutkan dengan pengambilan sumpah psikolog yang dipandu oleh perwakilan dari HIMPSI, Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, dengan disaksikan oleh para rohaniawan. Proses penandatanganan berita acara pengambilan sumpah dilakukan secara simbolis oleh Novia Sari dan Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, dan turut disaksikan oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D. 

Masing-masing Ketua Program Studi menyerahkan transkrip akademik kepada para wisudawan dan wisudawati: Kaprodi Magister Psikologi Profesi, Dr. Yuli Fajar Susetyo, M.Si., Psikolog; Kaprodi Magister Psikologi, Dr. Arum Febriani, M.A.; dan Kaprodi Doktor Ilmu Psikologi, Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D., Psikolog. Penyerahan transkrip akademik dilakukan secara bergantian. Pada kesempatan yang sama, dilakukan juga pengalungan syal kepada wisudawan dan wisudawati oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fakultas Psikologi UGM, Dr. Wenty Marina Minza, M.A. Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog, juga menyerahkan sertifikat sebutan psikolog dan Surat Izin Praktik Psikologi (SIPP) kepada wisudawan Program Magister Psikologi Profesi. 

Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas Psikologi UGM memberikan penghargaan untuk naskah publikasi tesis terbaik. Penghargaan ini diberikan kepada Dita Permata Aditya dari Program Magister Psikologi Profesi atas karyanya yang berjudul “Terapi Pemaafan untuk Meningkatkan Posttraumatic Growth pada Individu dengan Adverse Childhood Experience“. Dita Permata Aditya adalah mahasiswa yang dibimbing oleh Dra. Muhana Sofiati Utami, M.S., Ph.D., Psikolog. 

Sementara itu, penghargaan untuk naskah publikasi tesis terbaik dari Program Magister Psikologi diberikan kepada Luluk Syahrul Kamal atas karyanya yang berjudul “Ancaman Simbolik sebagai Mediator Peran Fanatisme Kelompok terhadap Prasangka dengan Tingkat Pendidikan dan Durasi Keanggotaan sebagai Moderator”. Luluk Syahrul Kamal dibimbing oleh Haidar Buldan Thontowi, S. Psi., M.A., Ph. D. 

Seperti diketahui pada pelepasan wisuda kali ini, tercatat 11 Wisudawan dan Wisudawati lulus dengan predikat cumlaude. Enam lulusan predikat cumlaude dari Prodi Magister Psikologi Profesi diraih oleh Dita Permata Aditya, Josephine Chandra, Yolanda Frelynsischa Yulius, Pande Ketut Bagus Pancadana, Riri Fitria Burhan, Malvin Geoffrey Cristianto. Sementara itu lima predikat cumlaude dari Prodi Magister Psikologi diraih oleh Bernadea Linawati, Hafizhah Al Husna, Luluk Syahrul Kamal, Mega Sukma Gayatri, dan Rifqa Amalia Azzyati.  

Masa studi tercepat Prodi Magister Psikologi Profesi diraih oleh Yolanda Frelynsischa Yulius yaitu 2 tahun 6 bulan, dan dari Prodi Magister Psikologi diraih oleh Mega Sukma Gayatri, yang menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 5 bulan 1 hari. 

Sedangkan untuk jenjang Program Doktor, Ika Adita Silviandari dan Yohanes Budiarto berhasil menjadi Doktor ke-171 dan ke-172 yang diluluskan oleh Prodi Doktor Ilmu Psikologi.  

Penulis: Erna 

Fakultas Psikologi UGM Luncurkan Roadmap Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2022-2026 untuk Dukung Pencapaian SDGs

Yogyakarta, 17 April 2024 – Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyusun Roadmap (peta jalan) Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) untuk periode 2022-2026. Peta jalan penelitian ini bertujuan untuk mendukung panduan pelaksanaan penelitian yang berperan dalam memajukan bidang ilmu psikologi, memberikan pengabdian kepada masyarakat, dan meningkatkan praktik profesi Psikologi. Selain itu, untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian serta PkM Fakultas Psikologi agar dapat berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) sejalan dengan komitmen UGM.

Peta jalan Penelitian dan PkM Fakultas Psikologi UGM 2022-2026 memiliki tiga tema besar yang berkaitan dengan beberapa tujuan SDGs, antara lain:

  • Mental health care and intervention: Tema ini berkaitan dengan SDGs 3: Good health and well-being – Fakultas Psikologi UGM akan fokus penelitian tentang mengidentifikasi penyebab gangguan kesehatan mental, mengevaluasi berbagai pengobatan, dan meningkatkan layanan kesehatan mental mikro dan makro. Penelitian dan PkM pada tema ini juga juga bertujuan mengurangi stigma dan menyesuaikan intervensi untuk meningkatkan sistem layanan kesehatan mental.
  • Psychological resilience: Tema ini berkaitan dengan SDGs 1: No poverty; SDGs 4: Quality education; SDGs 5: Gender equality; SDGs 17: Partnerships for the goals – Fakultas Psikologi UGM akan fokus pada penelitian tentang bagaimana individu dan kelompok mengatasi tantangan hidup, dengan menyoroti fleksibilitas mental, emosional, dan perilaku. Adaptasi dipengaruhi oleh pandangan individu, dukungan sosial, dan strategi koping, sementara ketangguhan dapat dikembangkan melalui keterampilan dan sumber daya yang relevan.
  • Changing societies: Tema ini berkaitan dengan SDGs 11: Sustainable cities and communities; SDGs 2: Zero hunger; SDGs 7: Affordable and clean energy; SDGs 13: Climate change; & SDGs 16: Peace, justice and strong institution – Fakultas Psikologi UGM akan fokus pada penelitian yang menggali tentang faktor psikologis dalam dinamika interaksi perubahan lingkungan dan masyarakat, serta dampaknya pada proses mental dan perilaku manusia. Hal ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang keterkaitan pikiran, emosi, dan perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan sosial dan lingkungan.

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., Ph.D., menyatakan bahwa roadmap penelitian dan PkM ini adalah hasil kolaborasi antara dosen, peneliti, alumni dan mitra Fakultas Psikologi UGM yang disusun berdasarkan kekuatan penelitian dan PkM pada tahun-tahun sebelumnya dan proyeksi pengembangan keilmuan Psikologi ke depan.

Dekan juga menegaskan bahwa kesuksesan roadmap ini akan menjadi komitmen bersama seluruh unit kerja di lingkungan Fakultas Psikologi, mitra akademik dan industri untuk  bekerja secara kolaboratif dan terus menerus meningkatkan kualitas dan relevansi penelitian dan PkM yang dilakukan. Melalui roadmap ini, Fakultas Psikologi UGM berkomitmen untuk berkontribusi dalam pencapaian strategis RIRN (Rencana Induk Riset Nasional), dan Rencana Induk Kampus Universitas Gadjah Mada demi menghasilkan karya, pengabdian, dan kepemimpinan bermutu tinggi untuk kemajuan bangsa dan kemanusiaan.

Secara lengkap tentang Roadmap Penelitian dan PkM Fakultas Psikologi UGM dapat diakses pada tautan: https://psikologi.ugm.ac.id/roadmap-penelitian-dan-pkm/

 

Penulis: Sofyan Hadi Surya

kajian-ramadan-Ratna Syifaa Rachmahana

Kajian Ramadan: Menggali Makna Metamorfosa Menuju Hidup Lebih Berwarna

Di penghujung bulan Ramadan, Fakultas Psikologi UGM menggelar Kajian Ramadan 1445 H terakhir secara bauran pada Jumat (5/4). Kajian keempat kali ini menghadirkan Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog, dari Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Fakultas Psikologi UGM yang menyampaikan materi bertajuk “Metamorfosa Ramadan Menuju Hidup Lebih Berwarna”.

Dalam kajian tersebut, Ratna mengejak peserta untuk kembali memahami makna metamorfosa kaitannya dengan Ramadan, yang dimaknai sebagai proses seorang muslim menjadi lebih baik.

“Proses metamorfosa adalah i’tibar bagi kita, bahwa siapapun kita bisa menjadi lebih daik, dengan proses belajar di madrasah Ramadan,” terang Ratna.

Ratna menjelaskan proses metamorfosa dari ulat menjadi kupu-kupu sebagai dua hal yang berbeda. Ulat cenderung dihindari karena dianggap merugikan, sedangkan kupu-kupu indah dan dianggap mulia. Perbedaan ini dianalogikan dengan diri manusia, sebuah himbauan untuk tidak merusak dan merugikan orang lain layaknya ulat, serta menghindari kerakusan layaknya kupu-kupu.

“I’tibar apa kepada diri kita? Bahwa kita itu sebagai manusia jangan sampai merugikan orang lain,” tegasnya.

Melalui fase metamorfosis, ulat akan berubah menjadi kepompong, yang menjauhkan diri dari makan dan minum, serta menutup diri dari dunia luar. Fase ini dianalogikan dengan muslim yang i’tikaf di bulan Ramadan.

“Ramadan melatih kita untuk menahan diri dari nafsu, banyak bermuhasabah, memohon ampun dengan memperbanyak sunnah, serta memberikan sebagian kenikmatan sedekah dan zakat,” jelas Ratna.

Ratna menyampaikan bahwa terdapat dua bentuk ibadah, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.

“Ibadah mahdhah, Ibadah yang segala tata caranya diatur oleh Allah dan Rasul. Kita tidak boleh mengotak-atik aturan lainnya, misalnya salat. Sebaliknya ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang semua boleh, kecuali yang dilarang,” jelasnya.

Ibadah puasa Ramadan, lanjut Ratna, telah diatur oleh Allah SWT. Sebagaimana tertuang pada surat At-Tin ayat 4-6, Ratna menjelaskan bagaimana kedudukan manusia sebagai sebaik-baiknya ciptaan Allah. Kedudukan manusia juga dapat menjadi rendah bila tidak berhati-hati. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi pada orang yang beriman dan beramal saleh.

Puasa dimaknai sebagai perisai, dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah kontrol diri yang menjadi pelindung dari hal-hal negatif.

“Bulan Ramadan diharapkan mampu menjadi perisai kita untuk lebih baik kualitasnya, meningkatkan kualitas diri kita sehingga menjadi pribadi yang lebih menyenangkan seperti kupu-kupu,” lanjutnya.

Selanjutnya, Ratna menjelaskan tiga kriteria muslim yang disayang Allah SWT, yaitu orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, orang yang mendidikan salat lima waktu dan salat tahajud di malam hari sebagai wujud syukur kepada Allah, dan orang yang berhasil dalam puasanya.

“Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah, senantiasa bermetamorfosis lebih baik kepada ketaaatan kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya,” pungkas Rita menutup materinya.

 

Penulis: Erna

Nadia Puti Dianesti Mahasiswa Berprestasi Tigas UGM

Nadia Puti Dianesti Terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Tiga UGM

Prestasi kembali dicatat oleh mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, Nadia Puti Dianesti (2021), dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat Universitas Gadjah Mada 2024. Ia berhasil meraih juara tiga Pilmapres UGM kategori Sarjana setelah bersaing dengan 26 peserta yang diumumkan pada Sabtu (30/3). Sebelum memperoleh prestasi ini, Nadia telah dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat satu Fakultas Psikologi UGM. 

Alhamdulillah, dapat mewakili Fakultas Psikologi di peringkat ketiga se-UGM,” ungkap Nadia dengan bahagia, Senin (1/4).  

Nadia menjelaskan bahwa dalam Pilmapres 2024, ia harus melewati dua tahapan seleksi, yaitu seleksi Gagasan Kreatif (GK) dan Capaian Unggulan (CU). Seleksi GK melibatkan penyusunan gagasan yang dapat memberikan kontribusi kepada negara sesuai dengan program studi untuk mengatasi permasalahan yang ada berdasarkan pada SDGs. Nadia menyajikan gagasan berjudul “Sumbangsih Ilmu Psikologi melalui Rencana Aksi Anti Sampah (RAMAH) dengan Menggunakan Teori Perilaku Terencana sebagai Upaya Penyelamatan Bumi”. 

“Topik ini saya angkat karena kekhawatiran terhadap permaslaahan lingkungan dan pemahaman perilaku manusia terkait dengan pengelolaan sampah,” jelasnya.  

Selanjutnya, pada seleksi CU, Nadia menjelaskan terdapat beberapa kategori, termasuk kompetisi, pengakuan, penghargaan, hasil karya, organisasi, pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan. 

“Pada capaian unggulan ini, saya berusaha untuk menyebarkan capaian di seluruh kategori mulai dari tingkat internasional hingga tingkat nasional,” tambahnya.  

Ketika ditanya mengenai motivasinya untuk mengikuti ajang ini, Nadia mengakui motivasi bahwa motivasinya berasal dari keinginan untuk menginspirasi orang lain lewat prestasi dan semangat saat menghadapi kegagalan. Meskipun tidak berhasil melaju ke tingkat wilayah dan nasional, Nadia berharap perjalanannya dalam meraih berprestasi dan menginspirasi banyak orang tidak berhenti di sini.  

“Harapan kedepannya semoga dengan adanya title ini saya bisa bertanggung jawab dan juga tetap menginspirasi banyak orang apalagi menginspirasi teman-teman yang ingin masuk UGM terutama di jurusan Psikologi,” ujarnya.  

 

Penulis: Erna 

Memahami Tazkiyatun Nafs dan Muhasabah Diri: Refleksi Kajian Ramadan 1445 H bersama Ustaz K.H. Syatori Abdul Rauf

Fakultas Psikologi kembali menggelar Kajian Ramadan 1445 H untuk ketiga kalinya secara bauran pada Kamis (28/3). Kajian kali ini menghadirkan Ustaz K.H. Syatori Abdul Rauf, Al Hafidz, yang membawakan materi bertajuk “Tazkiyatun Nafs: Muhasabah Diri Menjadi Pribadi Mulia”.  

Membuka pemaparannya, Ustaz K.H. Syatori mengajak peserta untuk memahami makna dari tazkiyah dah muhasabah. Tazkiyah diibaratkan layaknya cermin untuk mengenal diri sendiri, sedangkan muhasabah merupakan upaya introspeksi atau evaluasi diri.  

“Cermin itu dihadirkan oleh Allah melalui Ramadan, sepanjang kita memahami pesan moral yang ada di bulan Ramadan. Pesan moral itu menjadi hal yang sangat penting, Allah SWT menyampaikan kepada kita di Surat Ar-Rum ayat ke-30. Jadi Allah SWT memerintahkan kita untuk menghadapkan hidup kita ini kepada agama Allah, agama Islam,” terang Ustaz K.H. Syatori.  

Dikatakan bahwa fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah SWT adalah mengarahkan hidup kepada agama Allah. Begitu pula, Ramadan merupakan salah satu nilai dalam ajaran agama Allah. 

“Jadi sebenarnya pesan moral dari Ramadan ini, kesempatan untuk kita kembali kepada fitrah. Bahwa hidup ini hanya akan selamat kalau kita kembali kepada agama Allah,” tegasnya.  

Bulan suci Ramadan mengajak umat Islam untuk kembali kepada fitrahnya. Kekacauan dalam kehidupan terjadi karena manusia tidak mengenal fitrahnya, yang menyebabkan ketidaksesuaian dan berbagai permasalahan.  

“Kita oleh Allah diciptakan dengan fitrah yang sama. Kalau diciptakan dengan fitrah yang sama tentunya dalam hidup kita ini akan selalu ada kesesuaian, kesesuaian dalam fitrah. Tapi karena tidak mengenal, tidak mengetahui fitrah atau bahkan mengabaikan fitrah, maka hidup ini banyak masalah,” tambahnya.  

Ustaz K.H. Syatori juga menguraikan tentang tiga golongan manusia dalam menjalani kehidupan, yaitu merantau, keluyuran, dan minggat. Merantau mengacu pada pergi untuk tujuan dan harapan yang jelas baiknya, sementara keluyuran adalah pergi tanpa tujuan yang jelas atau manfaat yang nyata, dan minggat adalah pergi dengan tujuan dan harapan yang jelas akan dampak buruknya. 

“Kalau kita lihat tiga golongan ini, yang betul-betul sesuai dengan fitrah menjalani hidup di alam dunia ini, adalah merantau, bukan keluyuran, apalagi minggat”, ujarnya.  

Dengan penjelasan tentang tiga jenis perjalanan hidup tersebut, Ustaz K.H. Syatori mengundang peserta untuk melakukan muhasabah tentang bagaimana mereka menjalani hidup selama ini, apakah termasuk dalam golongan yang merantau atau tidak.  

Melalui berbagai contoh teladan yang ia berikan, K.H. Syatori menjelaskan bagaimana sebuah amal tidak hanya mendapatkan ridha Allah, tetapi juga memperoleh pujian dari-Nya. 

“Mendahulukan orang lain, walau diri sendiri membutuhkan. Ini amal yang mengundang pujian luar biasa dari Allah SWT,” ujarnya.  

Terkadang teladan ini tidak diindahkan oleh umat Muslim, mencari ridha Allah memang berat, namun hal tersebut dapat diperoleh melalui upaya keras untuk mendapatkan rahmat Allah. 

“Karena Ramadan itu kan bulan yang penuh rahmat. Jadi ibaratnya sebulan ini kita terus menerus dihujani rahmat Allah SWT. Lewat puasa, tarawih, tilawah Quran, Itu sudah rahmat semua itu,” pungkasnya.  

 

Penuli & Foto: Erna