Arsip:

SDG 4: Pendidikan Berkualitas

python-satrio-uiptb-psikologi-ugm-2024

UIPTB Fakultas Psikologi UGM Gelar Pelatihan Python for Analysis

Unit Informasi dan Pengembangan Teknologi Belajar (UIPTB) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) gelar Tech in Training bertajuk Python for Analysis, Jumat (27/09). Bertempat di gedung D-302, pelatihan ini diikuti oleh 59 civitas akademika Psikologi UGM. Hadir sebagai narasumber, dosen muda Fakultas Psikologi UGM, Satrio Priyo Adi, S.Psi., M.Sc. Keseluruhan acara dimoderatori oleh salah satu Asisten UIPTB, Annisa Rahmani.

Acara dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama berupa pemaparan materi yang dilaksanakan pada pukul 09.00-11.00 WIB dan sesi kedua yakni praktik analisis menggunakan software python pada pukul 13.00-15.00 WIB. Satrio meminta kepada seluruh peserta untuk terlebih dahulu mendownload aplikasi python.
“Penggunaan Python dalam penelitian memberi peneliti alat yang kuat untuk analisis dan pengolahan data, memungkinkan mereka untuk menangani dataset besar dan kompleks dengan cara yang efisien dan efektif,” jelas Satrio

“Python menawarkan fitur penting yang disediakan untuk analisis data penelitian. Seperti Pandas, NumPy, Matplotlib, Seaborn, Scikit-learn, TensorFlow, dan lain sebagainya,” lanjut Satrio.
Satrio juga menjelaskan perbedaan mendasar antara SPSS, jamovi, dan Python, “SPSS cocok untuk pengguna yang memerlukan analisis statistik tanpa banyak pemrograman dan memiliki anggaran untuk lisensi. Jamovi dapat menjadi pilihan yang baik untuk pengguna yang ingin analisis statistik yang kuat dengan antarmuka grafis dan tanpa biaya. Sementara Python ideal untuk pengguna yang ingin fleksibilitas dan kekuatan pemrograman, serta bersedia menginvestasikan waktu untuk belajar”.

Dua jam terakhir sebelum penutupan, seluruh peserta mempraktikkan secara bersama analisis data penelitian dengan mengunakan aplikasi Python. Peserta tampak bahagia dan saling berdiskusi guna menyelesaikan tugas yang diberikan ole narasumber.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

TOP 25 Artikel Fakultas Psikologi UGM Tahun 2014 – 2023 di Scopus dengan Jumlah Sitasi Terbanyak

Kredibilitas dan relevansi peneliti dapat dilihat dari banyak indikator, salah satunya adalah dari jumlah kutipan atau sitasi sebagai referensi penelitian lain. Semakin banyak sitasi suatu artikel ilmiah menunjukkan bahwa artikel/publikasi tersebut dibaca dan dirujuk oleh peneliti lain. Hal ini juga akan membawa dampak yang baik bagi reputasi Fakultas Psikologi UGM.

Berdasarkan data dari Scopus per 18 September 2024, publikasi Fakultas Psikologi tahun 2014-2023 dengan sitasi terbanyak diperoleh artikel berjudul “Spirituality, Gratitude, Hope and Post-Traumatic Growth among the Survivors of the 2010 Eruption of Mount” terbit di Australasian Journal of Disaster and Trauma Studies Volume 18 Nomor 1, dan memperoleh 36 sitasi. Data dua puluh lima artikel/publikasi Fakultas Psikologi di Scopus dengan sitasi terbanyak dapat dilihat pada daftar berikut;

[file TOP 25 Artikel Fakultas Psikologi UGM di Scopus]

Penulis: S. Fauzi

Menggali Manfaat Rasa Syukur untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali mengadakan kegiatan rutin berbagi cerita pagi secara daring, Rabu (11/9). Sesi kali ini menghadirkan, Ramadhan Dwi Marvianto, S.Psi., M.A., atau akrab disapa Marvi, dosen Fakutlas Psikologi UGM sebagai pembicara. Dengan tema “Meningkatkan Kesehatan Mental melalui Rasa Syukur”, sesi ini berhasil menarik antusiasme audiens untuk mengeksplorasi dampak mendalam dari rasa syukur terhadap kesejahteraan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempraktikkan rasa syukur cenderung mengalami tingkat kebahagiaan dan optimisme yang lebih tinggi. Sikap positif ini dapat mengurangi stres dan secara signifikan meningkatkan kesehatan mental. Marvi menekankan pentingnya menghargai hal-hal kecil dalam hidup.

“Penting untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup untuk lebih fokus pada apa yang membawa kegembiraan dan kebahagiaan, daripada terjebak dalam negativitas,” tegasnya.

Mempraktikkan rasa syukur berarti mengakui dan menghargai momen-momen sehari-hari yang sering kali terabaikan. Rasa syukur tidak harus menunggu peristiwa besar, “Rasa syukur itu bisa dimulai dari pengakuan kecil, dengan membudayakan kebiasaan bersyukur, kita dapat membuka diri untuk menerima lebih banyak nikmat dalam hidup,” tambahnya.

Menghargai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, dan mengungkapkan terima kasih atas pengalaman sehari-hari adalah cara-cara sederhana namun efektif untuk membangun pola pikir yang bersyukur. “Esensi dari rasa syukur terletak bukan pada apa yang dimiliki, tetapi pada apa yang dirasakan dan disyukuri. Apa yang kita miliki dan syukuri sering kali lebih memuaskan daripada keinginan yang tidak terpenuhi” ungkapnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, rasa syukur dapat diekspresikan melalui tindakan sederhana seperti mengucapkan terima kasih, berdoa, atau memanfaatkan nikmat yang telah diberikan dengan bijak. Beberapa strategi Marvi yang dapat diterapkan untuk membudayakan rasa syukur diantaranya; 1) menghargai apa yang dimiliki, 2) memanfaatkan sumber daya dengan bijak, 3) tidak mengeluh dan terus berusaha, dan 4) membangun hubungan positif dengan orang lain.

“Dengan merangkul rasa syukur dan memanfaatkan apa yang telah diterima, individu dapat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya”, pungkasnya.

Lebih lanjut, selain dapat meningkatkan kesehatan mental, rasa syukur ternyata dapat memberikan banyak manfaat lain seperti; a) memperkuat iman, b) mengurangi ketidakpuasan, c) meningkatkan kesehatan fisik, d) menumbuhkan empati dan kepedulian, dan e) meningkatkan kualitas hubungan sosial.

Aspek-aspek ini sangat penting untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan memuaskan. Setiap audiens didorong untuk mengintegrasikan rasa syukur ke dalam rutinitas sehari-hari, menyadari potensi transformasi rasa syukur terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan. Wawasan yang dibagikan oleh Marvi menjadi pengingat akan kekuatan rasa syukur dalam menghadapi tantangan hidup dan membangun pandangan yang positif.

Penulis: S. Fauzi

Editor: Erna Tri Nofiyana

Foto: Unsplash.com

CPMH Fakultas Psikologi UGM Adakan Webinar Khusus tentang Bullying

Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM gelar webinar online tentang perundungan sebanyak dua sesi. Sesi pertama membahas bagaimana mindset masyarakat yang pasif menjadi pembela pada saat menghadapi perundungan, Jumat (9/8). Dilanjutkan sesi kedua pada Jumat (30/8), mengenai pertolongan pertama psikologis pada perilaku bullying. Webinar ini dilatarbelakangi oleh masih maraknya isu perundungan yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Pemberian kasus dilakukan oleh narasumber pertama, Nurul Kusuma H., M.Psi., Psikolog, sebagai pemanasan sebelum masuk di pemaparan materi. Nurul meminta para peserta yang mayoritas berprofesi sebagai pendidik dan praktisi untuk berpendapat apakah tiga kasus yang telah diberikan telah memenuhi syarat pengkategorian kasus perundungan atau masih sebatas candaan.
Nurul menjelaskan berbagai kondisi yang membuat perilaku tertentu sudah termasuk perundungan, “Suatu perilaku bisa dikatakan sebagai bentuk perundungan jika sengaja menjadikan seorang individu sebagai target, tetap melanjutkan perilakunya meskipun individu tersebut sudah terlihat tidak menyetujui atau terlihat kesal, tetap melanjutkan perilakunya karena individu tidak menunjukkan protes padahal sudah merasa tidak nyaman, dan mengabaikan keberatan atau protes yang individu tersebut ajukan”.

“Perundungan bukan hanya yang terlihat secara fisik saja, namun ada pula perundungan verbal, non verbal, cyberbullying, dan bullying dalam berhubungan dengan orang lain seperti mengabaikan keberadaan seseorang, menyebarkan isu dengan maksud memojokkan, dan memengaruhi orang lain untuk membenci,” lanjut Nurul.

Narasumber kedua, Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, menjelaskan alasan di balik orang lain yang masih sering tidak merespons masalah perundungan, “Perundungan masih dianggap masalah yang wajar, ketakutan akan menjadi korban perundungan jika menolong, status sosial yang lebih rendah dari pelaku, keraguan tentang kemampuan untuk menghentikan perundungan, dan tidak memiliki kepercayaan bahwa mengambil tindakan merupakan tanggung jawab moral”.

Perundungan bisa terjadi kapan saja, Nurul memberikan tips dan trik yang dapat dilakukan jika terjadi perundungan baik ketika menjadi korban, saksi, maupun pelaku, “Ketika menyadari bahwa kita menjadi objek perundungan, maka segeralah mengambil tindakan, jangan balik melawan, tetap bersikap tenang, katakan hentikan, dan tidak memberikan tanggapan atau membuat bahan candaan atas perilaku perundungan sehingga pelaku merasa perundungannya tidak berhasil. Saat menjadi saksi, tetaplah berada di lokasi dan berdiri di tengah kejadian untuk merelai. Terakhir bagi seluruh institusi, seluruh pihak harus sepakat untuk tidak menormalisasi perilaku bullying, hindari menceramahi pelaku maupun korban, dan berikan apresiasi yang tinggi pada seluruh pihak jika perundungan dapat diselesaikan dengan cara persaudaraan”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati
Foto: https://www.freepik.com

Narasi Kecantikan Nusantara sebagai Gerakan Feminisme Poskolonial

Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menggelar Angkringan 11 bertajuk “Narasi Kecantikan Nusantara sebagai gerakan Feminisme Poskolonial” pada hari Jumat, (30/8). Webinar yang digelar secara online ini membahas secara detail pengaruh kolonialisme dalam membentuk standar kecantikan perempuan Indonesia.

Hadir sebagai narasumber alumni Fakultas Filsafat UGM, Antika Widya Putri. Antika mengatakan, “Kolonialisme menjadi salah satu fenomena historis yang paling berpengaruh bahkan sampai saat ini karena meninggalkan jejak mendalam, salah satu pengaruhnya yakni dalam hal penentuan standar kecantikan”.

“Awalnya, karya kesusastraan jawa Sragen Dini pada abad ke-19 mendefinisikan kecantikan perempuan Indonesia dengan rambut hitam berkilau, kulit kuning bersih, dada bidang, dan leher jenjang. Namun hal itu berubah saat masa kolonialisme, dimana standar kecantikan menjadi berkulit putih bersih, bertubuh langsing, tinggi semampai, dan berhidung mancung. Hal tersebut diperkuat dengan data ZAP Beauty Index 2020 yang menyatakan bahwa 82.5% responden perempuan di Indonesia memiliki kepercayaan bahwa kulit bersih, cerah, dan glowing merupakan definisi dari cantik,” lanjut Antika.

Standar kecantikan yang berkiblat pada Barat memberikan efek negatif bagi perempuan Indonesia. Antika menjelaskan, “Perempuan Indonesia yang tidak memenuhi standar kecantikan merasa terdiskriminasi. Oleh karena itu, mereka berusaha lebih keras lagi untuk memaksa tubuhnya menjadi cantik melalui treatment-treatment yang terkadang justru berakibat buruk bagi kesehatan fisik. Padahal sebenarnya, kecantikan Timur memiliki keunikan dan pesona tersendiri. Selain itu, kecantikan Timur semakin disempurnakan oleh tingkah laku yang baik, sopan, serta selalu menjunjung tinggi keselarasan antara jiwa dan raga. Kecantikan Timur perlu dibanggakan karena menyangkut representatif keragaman dan keunikan”.

Antika memberikan saran yang dapat diterapkan agar masyarakat Indonesia kembali menjadikan standar kecantikan nusantara sebagai kiblat, “Kita perlu meningkatkan kesadaran dan sosialisasi mengenai kecantikan yang beragam, membangun solidaritas dan dukungan antar perempuan dalam menghadapi tekanan dan ekspektasi mengenai penampilan, dan mendukung inisiatif dan upaya yang bertujuan untuk merangkul keberagaman dalam industri kecantikan dan media”, pungkasnya.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Sebanyak 83 Wisudawan/wisudawati Ikuti Pelepasan Program Sarjana Periode IV 2023/2024

Sebanyak 83 wisudawan/wisudawati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti pelepasan Program Studi Sarjana Psikologi Periode IV Tahun Akademik 2023/2024 yang berlangsung di Wisma KAGAMA, Rabu (28/8). Wisudawan terdiri dari 78 program terguler dan lima dari International Undergraduate Program (IUP). Dari jumlah tersebut, 72 wisudawan meraih penghargaan akademik dengan predikat pujian.  

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian wisudawan yang mencatatkan berbagai prestasi membanggakan. “Kalian menjadi bagian dari 6.614 alumni lulusan dari Fakultas Psikologi UGM,” ujarnya. Angka ini menandai total lulusan sejak angkatan pertama pada tahun 1965.

Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi untuk program reguler diraih oleh Aulia Rahma Salsabila, sementara I Marannu Andi Khalisha mencatatkan IPK teritinggi dari program IUP. Savira Arumaheswari dinobatkan sebagai lulusan dengan masa studi tercepat dari program regular, sedangkan Kirana Saraswati Satrio meraih penghargaan serupa dari program IUP, lulusan termuda dari program reguler adalah Desiria Renita yang lulus pada usia 21 tahun 5 bulan 4 hari, sedangkan Devina Maharani menjadi lulusan termuda dari program IUP dengan usia 21 tahun 8 bulan.

Dekan menekankan pentingnya wisuda ini sebagai momen peralihan status dari mahasiswa menjadi sarjana psikologi. “Wisuda kali ini adalah momen yang patut dikenang selamanya, karena wisuda ini adalah tonggak besar dalam perjalanan hidup kalian. Selamat menempuh perjalanan yang luas, selamat mengarungi kehidupan yang sangat terbuka dengan berbagai peluang yang ada,” ungkapnya.

Dekan juga mengingatkan bahwa Fakultas Psikologi UGM akan selalu menjadi rumah bagi wisudawan, baik saat studi hingga menjadi alumni. Jaringan alumni UGM yang kuat tersebar dipenjuru nusantara dan berbagai belahan dunia dapat dimanfaatkan wisudawan sebagai jejaring silaturahmi dan kolaborasi.

“Ikatan kalian dengan Universitas Gadjah Mada bukan sekedar ikatan formal sebagai mahasiswa, kalian adalah bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada dan itu diteguhkan di dalam nama keluarga alumni Universitas Gadjah Mada, KAGAMA, maupun alumni Fakultas Psikologi disebut sebagai KAPSIGAMA,” tambah Dekan.

I Marannu Andi Khalisha, sebagai salah satu mahasiswa berprerstasi dengan IPK tertinggi dari program IUP, memberikan sambutan mewakili seluruh wisudawan. “Kami merasakan berbagai perasaan campur aduk—mulai dari kebahagiaan, kebanggaan, terharu, puas, hingga perasaan sedih dan kosong,” ujarnya mengawali sambutan.

I Marannu Andi Khalisha mengenang masa-masa studinya di Fakultas Psikologi dari momen PPSMB, bimbingan skripsi, hingga akhirnya lulus menjadi sarjana. “Saat ini kita semua adalah orang-orang hebat tersebut dan saya yakin dengan segala keunikan itu kita tetap setara… saya harap kita semua bisa memanfaatkan keunggulan itu untuk mencapai apa yang selama ini dicita-citakan,” ungkapnya.

“Hal-hal yang kita capai tidak luput dari adil orang-orang di sekitar kita… Terima kasih,” pungkasnya.

David Haliyanto, S.T., orang tua dari Laura Aurelia Dinda Sekar Devanti mewakili orang tua wisudawan menyampaikan rasa bangga dan syukur, “Kami menyampaikan kegembiraan dan kebanggaan kami karena anak-anak kami telah berhasil menyelesaikan satu tahapan pendidikan yang mungkin akan menjadi tahapan pendidikan dan mungkin juga akan menjadi bekal bagi pekerjaan”, ujarnya.  

Perwakilan Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), Dr. Moordiningsih,  M.Psi, Psikolog, menyambut wisudawan sebagai keluarga baru KAPSIGAMA. “Selamat datang di KAPSIGAMA… Selamat bergabung, selamat berkiprah, selamat mengukir sejarah selanjutnya,” ujarnya pada seluruh wisudawan.

Pada pelepasan ini, Ketua Pelaksana Pengelolaan IUP, Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., menyerahkan transkrip kepada wisudawan/wisudawati IUP. Selanjutnya, Ketua Program Studi Sarjana Psikologi, Dr. Ridwan Saptoto, S.Psi., M.A., Psikolog, menyerahkan transkrip wisudawan/wisudawati program reguler. Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., mengalungkan syal alumni kepada perwakilan wisudawan, Kania Dwi Kinanti dari program reguler dan Fanesa Putri Riyadi dari IUP, diikuti pengalungan syal secara mandiri oleh seluruh wisudawan/wisudawati.  

Acara ditutup dengan penampilan lagu oleh Maria Kezia Carolina Sibarani dan pembacaan doa oleh Nur Abidin, serta sesi foto bersama sebagai penutup.

Penulis: Erna Tri Nofiyana

UIPTB Fakultas Psikologi UGM Gelar Pelatihan Perangkat Lunan Statistik Jamovi

Unit Informasi dan Pengembangan Teknologi Belajar (UIPTB) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan Tech in Training yang khusus membahas tentang perangkat lunak statistik Jamovi, Jumat (20/08). Pelatihan diadakan di gedung D-607 Studio Visual UIPTB Fakultas Psikologi UGM dan dihadiri oleh mahasiswa dengan jumlah 32 orang. Dimoderatori oleh Regizki Maulia, UIPTB mengundang Ramadhan Dwi Marvianto, S.Psi., M.A., dosen muda Fakultas Psikologi UGM sebagai narasumber.

“Jamovi adalah perangkat lunak statistik open-source yang dirancang untuk analisis data dan pemodelan statistik. Jamovi memiliki antarmuka pengguna grafis yang intuitif, membuatnya mudah digunakan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang statistik yang kuat,” jelas Marvianto pada awal sesi pemaparan materi. 

Jamovi sangat berguna di bidang pendidikan, penelitian, dan industri untuk analisis data yang cepat dan efektif karena memiliki empat fitur utama, “Pertama analisis statistik, menyediakan berbagai metode statistik seperti regresi, analisis varians (ANOVA), uji t, dan banyak lagi. Fitur kedua visualisasi data, memungkinkan pengguna untuk membuat grafik dan visualisasi data dengan mudah. Ketiga ekstensi, mendukung pengembangan ekstensi, sehingga pengguna dapat menambah fungsionalitas sesuai kebutuhan. Dan terakhir yakni fitur kompatibilitas, dapat mengimpor dan mengekspor data dalam berbagai format, termasuk CSV dan SPSS,” lanjut Marvianto. 

Berkenaan dengan perbedaan antara SPSS dan Jamovi, Marvianto menjelaskan, “Jamovi sangat baik untuk pengguna yang mencari solusi gratis dan mudah digunakan, sementara SPSS lebih cocok untuk mereka yang memerlukan alat analisis yang lebih komprehensif dan canggih, meskipun dengan biaya yang lebih tinggi. Pilihan antara keduanya tergantung pada kebutuhan spesifik dan tingkat keahlian pengguna”.

Sesi kedua diisi dengan praktik yang secara langsung dikomentari oleh narasumber, seluruh peserta diminta mengolah data kuantitatif penelitian yang dipunyai atau dengan menggunakan data dari narasumber berdasarkan apa yang sudah dipelajari. Peserta merasa puas karena dapat menambah pengalaman analisis data menggunakan perangkat lain selain SPSS. 

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Sebanyak 40 Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Psikologi Fakultas Psikologi UGM Siap Mengikuti LPPPU

Program Pendidikan Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan pertama mempersiapkan diri untuk melaksanakan Layanan Psikologi Profesi Psikolog Umum (LPPPU) di empat setting layanan, yaitu setting tempat kerja, setting pendidikan, setting komunitas, dan setting kesehatan. LPPPU merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi mahasiswa profesi guna mendapatkan gelar Psikolog yang dikeluarkan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Pembukaan Pra LPPPU diadakan pada hari Senin, (19/08) bertempat di gedung A-203 dan dihadiri oleh 40 mahasiswa. Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi, Dr. Yuli Fajar Susetyo, M.Si., Psikolog, membuka acara dengan memberikan gambaran terkait LPPPU secara umum.

Pembahasan lebih spesifik terkait LPPPU dijelaskan secara rinci oleh Zahra Frida Intani, S.Psi., M.Psi., Psikolog melalui materi Bedah Buku Panduan LPPPU. Tidak kalah penting, mahasiswa juga dibekali materi Alur Layanan Psikologi yang disampaikan oleh Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., Psikolog.

Keberhasilan intervensi dilihat dari ketepatan diagnosis. Oleh karena itu, calon peserta LPPPU mendapatkan booster materi tentang alur diagnosa yang disampaikan oleh Dosen Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog. Diana menyampaikan, “Terdapat berbagai informasi yang perlu diwaspadai sebelum Psikolog memutuskan untuk menegakkan diagnosa, salah satunya adalah cerita pasien yang terus berubah selama proses asesmen berlangsung”.

Kegiatan Pra LPPPU terus berlanjut selama tujuh hari ke depan. Selasa (20/8), merupakan penyampaian materi terkait setting kesehatan dan dilanjutkan pada hari Rabu (21/8). Kamis (22/8), adalah kegiatan yang diisi oleh mahasiswa Pra LPPPU berupa pendalaman materi . Pemaparan materi tentang setting pendidikan dilaksanakan selama satu hari, yakni pada hari Jumat (23/8). Sementara hari Senin (26/8) diisi dengan sharing session Puskesmas dan Perusahaan.

Pembekalan untuk setting tempat kerja dan komunitas dilaksanakan selama dua hari, Selasa (27/8) dan Rabu (28/0). Pra LPPPU ditutup dengan latihan blind case sekaligus presentasi setting komunitas.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

publikasi-sesi mentoring yang berfokus pada penulisan laporan kasus

Gama JPP Selenggarakan Mentoring Menulis Laporan Kasus

Pada hari Jumat, 16 Agustus 2024, Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM mengadakan sesi mentoring yang berfokus pada penulisan laporan kasus. Kegiatan mentoring ini bertemakan “Dari Ruang Praktik ke Jurnal Ilmiah” dan dihadiri oleh 20 peserta yang dibagi menjadi 5 kelompok kecil, masing-masing didampingi oleh seorang mentor. Kelima mentor tersebut adalah Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D., Psikolog; Dr. Muhana Sofiati Utami, M.Si., Psikolog; Sutarimah Ampuni, Ph.D., Psikolog; Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si., Psikolog, dan Dra. Sri Kusrohmaniah, M.Si., Ph.D., Psikolog.

Mentoring dalam penulisan adalah pendekatan yang melibatkan bimbingan secara personal antara seorang mentor berpengalaman dan seorang atau beberapa penulis. Dalam sesi mentoring ini, peserta mendapatkan perhatian khusus dan bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Setiap penulis bekerja satu per satu dengan mentor mereka, yang memberikan umpan balik konstruktif, saran, dan wawasan berharga untuk membantu meningkatkan keterampilan menulis mereka.

Kegiatan mentoring ini merupakan lanjutan dari workshop yang diselenggarakan oleh Gama JPP pada bulan Juli lalu. Salah satu tujuan utama dari sesi ini adalah untuk menjaring naskah berkualitas yang nantinya akan diterbitkan di Gama JPP. Sesi pertama di setiap kelas diawali dengan presentasi dari peserta, dilanjutkan dengan sesi diskusi, dan kemudian sesi menulis mandiri. Sesi terakhir dari kegiatan ini adalah pemberian umpan balik dan reviu pencapaian target penulisan dari para mentor kepada semua peserta.

Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kegiatan ini menekankan pentingnya layanan dasar seperti akses pendidikan dan kesetaraan dalam kesempatan belajar. Dengan menyediakan platform bagi penulis yang bercita-cita tinggi untuk mengembangkan keterampilan mereka, Gama JPP berkontribusi pada peningkatan literasi dasar dan akses pendidikan di dalam komunitas akademik.

Selain itu, kegiatan ini juga berfokus pada praktik konsumsi yang bertanggung jawab. Untuk mengurangi sampah, penyedia jasa konsumsi menyajikan konsumsi dalam wadah yang dapat digunakan kembali, mempromosikan keberlanjutan dan mengurangi dampak lingkungan. Inisiatif ini sejalan dengan seruan SDGs untuk pola konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Sesi mentoring ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis, tetapi juga membangun rasa kebersamaan di antara peserta. Dengan bekerja dalam kelompok kecil, peserta dapat berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain, menciptakan lingkungan inklusif yang mempromosikan kesetaraan dan kolaborasi.

Saat peserta terlibat dalam diskusi dan latihan menulis, mereka didorong untuk berpikir kritis tentang laporan kasus mereka dan bagaimana kontribusi mereka terhadap bidang psikologi yang lebih luas. Praktik reflektif ini sangat penting untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi dan meningkatkan kualitas karya mereka.

Para mentor memainkan peran penting dalam membimbing peserta melalui proses ini, menawarkan keahlian dan wawasan mereka untuk membantu membentuk tulisan peserta. Keterlibatan mereka tidak hanya memberikan pengetahuan berharga tetapi juga menginspirasi peserta untuk berusaha mencapai keunggulan dalam upaya akademis mereka.

Sebagai kesimpulan, sesi mentoring yang diselenggarakan oleh Gama JPP di Fakultas Psikologi merupakan langkah signifikan menuju promosi pendidikan berkualitas dan membangun budaya menulis di dalam komunitas akademik. Dengan fokus pada keterampilan dan praktik berkelanjutan, kegiatan ini berkontribusi pada pencapaian SDGs, terutama dalam bidang pendidikan, kesetaraan, dan konsumsi yang bertanggung jawab.

Penulis: S. Fauzi

Disiplin dan Kerja Keras dalam Bekerja sebagai Wujud Pengamalan Nilai-nilai Kepramukaan

Yogyakarta, 14 Agustus 2024 – Salam Pramuka! Pada hari ini, sebuah acara penting berlangsung di Taman Sisi Selatan Fakultas Psikologi, Sussanti, salah satu tendik Fakultas Psikologi berbagi cerita berharga tentang nilai-nilai  kepramukaan. Acara ini bertujuan untuk menekankan pentingnya disiplin dan kerja keras dalam bekerja sebagai komponen penting dalam pengembangan karakter.

Nilai-nilai kepramukaan adalah prinsip-prinsip positif yang ditanamkan kepada anggota melalui Tri Satya dan Dasa Dharma. Tri Satya berfungsi sebagai janji yang mencerminkan nasionalisme dan tanggung jawab sosial anggota pramuka, sementara Dasa Dharma adalah kode moral yang harus dihafal, dipahami, dan dipraktikkan untuk membentuk karakter yang baik. Nilai-nilai ini bukan sekadar teori; nilai-nilai tersebut adalah pedoman praktis yang membentuk perilaku dan pola pikir setiap anggota pramuka.

Nilai-nilai kepramukaan mewakili proses pendidikan yang terjadi di luar lingkungan sekolah dan keluarga. Ini melibatkan kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis, sering dilakukan di alam terbuka. Tujuan akhirnya adalah untuk membentuk karakter, moral, dan budi pekerti luhur di kalangan generasi muda.

Dalam konteks kepramukaan, kegiatan pembentukan karakter menekankan sifat-sifat seperti percaya diri, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, berpikir logis dan kritis, kreativitas, kemandirian, keberanian, ketekunan, disiplin, visi, kesederhanaan, semangat, dinamisme, pengabdian, ketertiban, dan konstruktivitas. Sifat-sifat ini sangat penting untuk pengembangan pribadi dan berkontribusi pada pencapaian SDGs, terutama dalam bidang kesetaraan dan akses pendidikan.

Disiplin dan kerja keras sangat penting dalam dunia kerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin dan kerja keras menjadi fondasi untuk mencapai cita-cita seseorang. Dalam dunia pendidikan, tingkat disiplin dan kerja keras yang tinggi sangat diperlukan, ini mencerminkan karakter yang kuat, memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan dan mengejar tujuan dengan tekad yang kuat.

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Ini melibatkan kepatuhan terhadap aturan, ketentuan, etika, norma, dan standar yang berlaku. Kepatuhan terhadap disiplin ini mendorong individu menuju kesuksesan yang diharapkan.

Dari berbagai sudut pandang, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tindakan untuk mengembangkan integritas moral dalam individu sambil menghormati sistem yang diatur oleh aturan dan ketentuan. Kesadaran diri dan kepatuhan sukarela ini sangat penting untuk pertumbuhan pribadi dan harmoni sosial.

Di sisi lain, kerja keras berarti usaha yang dikeluarkan untuk mencapai hasil yang optimal. Karakter kerja keras erat kaitannya dengan kinerja individu. Kinerja adalah hasil dari proses kerja, mencakup pencapaian, pelaksanaan, dan hasil keseluruhan. Mereka yang menginginkan kesuksesan harus memulai dengan komitmen yang kuat terhadap kerja keras dan disiplin, karena kedua kualitas ini tidak dapat dipisahkan dan harus menjadi prinsip dasar dalam hidup, termasuk juga saat bekerja dalam organisasi/institusi.

Sebagai kesimpulan, acara di Taman Sisi Selatan Fakultas Psikologi ini menyoroti pentingnya disiplin dan kerja keras dalam mengamalkan dan menghayati nilai-nilai kepramukaan. Mengadopsi prinsip-prinsip ini tidak hanya membentuk karakter kita tetapi juga akan berkontribusi pada performa kinerja institusi dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan setara, yang pada akhirnya bekerja menuju lingkungan yang lebih baik untuk semua.

Penulis: S. Fauzi
Gambar: https://unsplash.com