Dalam sebuah pertemuan Zoom baru-baru ini, Wida Septia Putri, salah satu tenaga kependidikan Fakultas Psikologi yang saat ini sedang cuti di luar tanggungan UGM, berbagi cerita saat mendampingi suaminya yang sedang melanjutkan studi S3 di Southern Illinios University. Bersama dengan kedua putranya, Wida saat ini tinggal di sebuah apartemen di kota kecil di Illinois bagian selatan namanya Carbondale.
Diskusi ini sangat relevan bagi banyak individu yang menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan aspirasi pendidikan. Wida menekankan pentingnya persiapan mental dan pemahaman sebelum pindah (sementara) ke Amerika. “Ketika pasangan kita mendapatkan kesempatan untuk studi di luar negeri, itu sering kali berarti harus meninggalkan kenyamanan di tanah air,” jelasnya. Transisi ini bisa menjadi menakutkan, dan sangat penting bagi pasangan untuk siap secara mental menghadapi perubahan yang datang dengan tinggal di negara baru.
Salah satu poin kunci yang diangkat Wida adalah perbedaan tekanan akademis antara universitas lokal dan luar negeri. “Studi di kampus asing datang dengan beban kerja yang lebih berat dan tekanan mental yang lebih besar,” catatnya. Dalam konteks ini, peran istri menjadi sangat penting sebagai support system. Terkadang, ini berarti mengesampingkan ambisi pribadi untuk fokus pada apa yang dibutuhkan suami selama masa ini.
Wida juga menyoroti pentingnya menjaga cerita pribadi. “Penting untuk memiliki rutinitas yang membuat kita tetap produktif, sementara suami fokus pada studinya,” sarannya. Terlibat dalam olahraga rutin, membaca, menulis, atau mencoba hobi baru dapat memberikan makna dalam hidup selama periode penyesuaian.
Bagi mereka yang terbiasa bekerja sebelum mendampingi suami, ia menyarankan untuk mencari pekerjaan paruh waktu atau bekerja sebagai sukarelawan, dengan catatan peraturan imigrasi mengizinkan. “Banyak organisasi yang mencari sukarelawan, dan ini bisa menjadi cara yang baik untuk bertemu orang baru dan mungkin menjalin persahabatan,” ungkap Wida. Ini tidak hanya membantu membangun jaringan sosial tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan pribadi dan kesetaraan pendapatan. Wida-pun pernah merasakan bekerja paruh waktu sebagai babby sitter, host dan cashier restaurant.
Menjaga pola pikir positif dan produktif sangat penting, tetapi Wida memperingatkan agar tidak terlalu banyak berkomitmen pada aktivitas. “Penting untuk tidak mengisi jadwal kita begitu banyak sehingga akan kehilangan waktu untuk suami,” peringatnya. Menemukan keseimbangan antara pencarian pribadi dan mendukung pasangan sangat penting untuk hubungan yang harmonis. Komunikasi adalah kunci lain dari kemitraan yang sukses selama waktu ini. “Istri dan suami perlu menjaga saluran komunikasi terbuka,” tegas Wida. Membangun pemahaman bersama dan rutinitas yang disepakati dapat membantu pasangan menavigasi kehidupan yang sibuk tanpa kehilangan satu sama lain.
“Sangat penting untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama,” tambahnya. Menjelajahi Carbondale dan menemukan atraksi lokal dapat memperkuat ikatan dan menciptakan kenangan yang abadi. “Jangan hanya tinggal di rumah; ada banyak tempat menarik di kota lain di US yang bisa dikunjungi,” ujar Wida.
Sebagai kesimpulan, cerita Wida menjadi panduan berharga bagi mereka yang sedang menghadapi kompleksitas ketika mendampingi pasangan saat melanjutkan studi di luar negeri. Dengan mendorong kesetaraan dalam tanggung jawab, memastikan akses pendidikan, dan menjaga standar hidup dasar, pasangan dapat berkembang bahkan dalam keadaan yang menantang.
Penulis: S. Fauzi
Foto: Wida