Upaya peningkatan kesehatan mental lintas generasi menjadi semakin penting di tengah dinamika kehidupan modern, terutama bagi remaja yang menghadapi tantangan kompleks dalam lingkup keluarga, pendidikan, dan dunia digital. Menjawab kebutuhan ini, Center for Public Mental Health (CPMH) yang dipimpin oleh Dr. Diana Setiyawati, M.HSc., Psikolog., bekerja sama dengan Center for Life-Span Development (CLSD), yang diketuai oleh Aisha Sekar Lazuardi Rachmanie, M.Psi., Psikolog., – keduanya di bawah Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), menyelenggarakan International Course on Public Mental Health (ICPMH) 2025 dengan tema “Bridging Generations: Thriving Youth, Supportive Families, Collaborative Schools.” Kegiatan ini bertujuan untuk menggali strategi efektif dalam memperkuat kesejahteraan psikologis remaja melalui dukungan keluarga yang hangat, kolaborasi sekolah yang aktif, serta keterlibatan komunitas yang berkelanjutan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada 27–31 Oktober 2025 dan diawali dengan sesi pembuka pada 23 Oktober 2025. Sesi pembuka menghadirkan “Livingroom Talks with Diana and Derin”, sebuah percakapan hangat antara Dr. Diana Setiyawati, M.HSc., Psikolog., dan Prof. Dr. Süleyman Derin dengan tema “Supportive Family for Youth Mental Health Development.” Dialog ini menekankan pentingnya peran keluarga sebagai pondasi kesehatan mental, di mana kelekatan emosional dan dukungan timbal balik antara orang tua dan anak dapat menjadi faktor pelindung yang kuat dalam perkembangan remaja.
Selama sepuluh sesi, ICPMH 2025 menghadirkan narasumber dari Indonesia, Malaysia, Australia, Türkiye, Inggris, hingga Amerika Serikat — termasuk perwakilan dari UNICEF dan berbagai universitas ternama. Program ini disampaikan dalam bahasa Inggris dengan terjemahan langsung ke Bahasa Indonesia, serta terbuka untuk akademisi, praktisi, pendidik, orang tua, dan masyarakat umum. ICPMH menjadi wadah pertukaran ilmu dan praktik lintas disiplin, sekaligus menegaskan bahwa promosi kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama dari berbagai pihak.
Rangkaian sesi menghadirkan beragam pandangan inspiratif. A/Prof. Dr. Fonny Dameaty Hutagalung dari University of Malaya membuka minggu pertama dengan membahas pola pengasuhan adaptif yang menggabungkan nilai budaya dan komunikasi terbuka. Tanti Kosmiyati Kostaman, S.Psi., M.Sc., mengulas peran komunitas dalam menopang kesehatan mental remaja melalui jejaring dukungan lokal yang berkesinambungan. A/Prof. Holly Erskine memaparkan temuan kunci dari survei nasional Indonesian National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sekaligus menyerukan penguatan sistem kesehatan mental berbasis sekolah dan penghapusan stigma dalam mendapatkan layanan. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti menegaskan bahwa keluarga bukan sekadar penonton, melainkan mitra utama dalam promosi kesehatan mental — dengan menekankan prinsip “kedekatan sebelum koreksi.”
Diskusi semakin kaya dengan kontribusi dari berbagai perspektif. Teodora Pavkovic, M.Sc., Clin Psy., memaparkan isu tentang kesejahteraan digital dan tanggung jawab bersama antara keluarga dan sekolah dalam mendampingi remaja di era teknologi. Dr. Elga Andriana, M.Ed., dan Christopher Florensco Raditya Sadewa berbagi pengalaman mengenai pendidikan inklusif melalui pendekatan co-design yang memberdayakan pemuda dengan disabilitas intelektual. Joy Marchese memperkenalkan pendekatan Positive Discipline bagi guru dan orang tua, yang menekankan empati, rasa hormat, dan kemampuan mengatur diri dibanding hukuman. Dr. Annie Gowing dari University of Melbourne membahas praktik trauma-informed untuk membantu sekolah dan keluarga menciptakan lingkungan yang aman dan suportif. Menutup rangkaian sesi, Dr. Fuad Hamsyah, M.Sc., membahas keseimbangan antara tuntutan karier dan peran pengasuhan, menekankan bahwa ketahanan keluarga terbentuk melalui tanggung jawab bersama dan dukungan komunitas.
Melalui sepuluh sesi pembelajaran dan kolaborasi lintas negara, ICPMH 2025 menegaskan bahwa kesehatan mental bukan semata urusan individu, tetapi komitmen kolektif yang dimulai dari keluarga dan diperkuat oleh sekolah serta komunitas. Inisiatif ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDG), khususnya Tujuan ke-3: Good Health and Well-Being, dengan mendorong praktik kesehatan mental berbasis ilmiah yang menyatukan berbagai generasi dan menumbuhkan ketangguhan. Dengan menghubungkan remaja, orang tua, dan pendidik dari berbagai belahan dunia, ICPMH 2025 memperkuat visi menuju masyarakat yang sehat secara mental — tempat setiap individu dapat tumbuh, belajar, dan berkembang bersama.
Penulis: Akmal Naseery, S.Psi., MSc.