Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) gelar Angkringan #1 bertajuk Rumah Untuk Kembali: Cara Komunitas Maiyah Merawat Common In-Group Identity, Jumat (1/3). Tema ini merupakan hasil thesis salah satu mahasiswa program studi Magister Psikologi Sains Fakultas Psikologi UGM, Sofyan Hadi Surya.
Penelitian dilatarbelakangi oleh keresahan Sofyan dalam mengamati fenomena sekitar, “Keresahan bermula saat saya tinggal di Bante, di sana saya melihat bahwa salah satu cara untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah dengan mengeruk bebatuan di pegunungan, para pengeruk mayoritas mantan buruh dan petani yang tidak memiliki basic kerja di proyek. Setelah itu, keresahan juga saya rasakan saat tahun politik 2019. Ketika gejolak panas politik itu saya mengenal dan tertarik dengan Maiyah karena mendengar Mbah Nur berceramah bahwa kekayaan dan kepangkatan itu palsu jika tidak digunakan untuk membantu kaum-kaum yang lemah”.
Maiyah sendiri merupakan sebuah gerakan keagamaan dalam masyarakat akar rumput yang dengan kreatif mengkombinasikan unsur mistisme, fundamentalisme, dan politik.
“Masyarakat Indonesia banyak mengalami fragmentasi sosial karena perbedaan agama dan kelompok, kemudian muncul istilah in group dan out group. Akibatnya, dua istilah itu memunculkan depersonalisasi dan diskriminasi terhadap kelompok lain. Sehingga, diperlukan ruang yang dapat mempertemukan dan menjembatani interaksi masyarakat dari berbagai latar belakang dan golongan. Satu-satunya ruang yang saya ketahui bernama Maiyah,” jelas Sofyan.
Sofyan memaparkan hasil penelitian mengenai Maiyah, “Maiyah memberikan identitas baru yang inklusif kepada jamaah. Akibatnya, para jamaah melepas sekat pemisah yang menghalangi untuk bersatu, jamaah saling memberikan dukungan sehingga terbentuklah kepercayaan dan rasa aman. Simbol pemersatu di Maiyah yaitu sosok Mbah Nun, jamaah sering berbagi cerita tentang perjalanan figur Mbah Nun, pengalaman bermaiyah, dan berbagi nilai serta aspirasi”.
Di akhir sesi diskusi Sofyan berkata, “Ikatan persaudaraan dan kepercayaan antar jamaah turut menjaga keharmonisan komunitas Maiyah. Kebersamaan yang terjalin mendorong jamaah untuk turut berkontribusi menjaga keharmonisan komunitasnya. Inklusifitas dalam Maiyah berperan dalam membentuk identitas Maiyah”.
Penulis : Relung