Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih Juara 1 sebagai Pelaksana Terbaik dalam proyek Inovasi Pembelajaran Inklusif yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Penghargaan ini diterima pada hari Minggu (15/12), dalam acara seminar akhir yang diselenggarakan sebagai bagian dari acara tersebut.
Proyek Inovasi Pembelajaran Inklusif bertujuan mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan inklusif bagi mahasiswa berkebutuhan khusus di perguruan tinggi. Sebagai bagian dari inisiatif ini, setiap tim dari universitas penerima pendanaan diwajibkan merancang rencana pembelajaran, buku teks, dan video edukasi yang ramah bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, tim juga diminta untuk melakukan penelitian yang menghasilkan artikel jurnal yang mengkaji efektivitas strategi pembelajaran yang diterapkan.
Tim UGM, yang beranggotakan Dosen Fakultas Psikologi UGM, dipimpin oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., dan Edilburga Wulan Saptandari, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog, merancang strategi pembelajaran yang mengintegrasikan metode Photovoice tradisional dengan Photovoice berbasis AI. Strategi ini dirancang khusus untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan dan Pengembangan Karakter.
Proyek ini melibatkan beberapa anggota tim yang berperan kunci dalam pengembangan strategi pembelajaran. Di antaranya adalah Naida Shafa Ghozalba, mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) Psikologi UGM Angkatan 2021, dan Ukhtina Duhi Anindita, S.Psi., M.Psi., Psikolog, lulusan Psikologi Profesi UGM. Mereka berkontribusi dalam pengembangan materi pembelajaran dan bertindak sebagai teman peneliti bagi rekan-rekan peneliti lainnya.
Selain itu, proyek ini juga melibatkan tiga mahasiswa Psikologi UGM dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), sebagai rekan peneliti, yang turut berkontribusi dalam merancang strategi pembelajaran inklusif. Para rekan peneliti ini memainkan peran penting dalam memastikan bahwa strategi yang dirancang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam, terutama bagi mahasiswa dengan kondisi khusus. Menurut salah satu mahasiswa yang terlibat, proyek ini membuatnya merasa bersyukur karena keluhan selama di kuliah didengar dengan sangat baik dan diberikan solusi serta bantuan.
Prof. David Evans dari University of Sydney, Australia, juga turut berperan dalam proyek ini dengan memimpin diskusi kelompok terarah dan memberikan masukan berharga sepanjang pelaksanaan proyek.
Elga Andriana menyampaikan, “Penghargaan ini adalah pengakuan atas pentingnya menghadirkan pembelajaran yang inklusif, di mana setiap mahasiswa dapat merasa diterima dan didukung untuk berkembang sesuai potensinya. Ini juga menjadi pengingat bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang memperkaya proses pembelajaran. Ke depan, kami semakin termotivasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih adaptif, mendukung, dan memberdayakan bagi mahasiswa dengan berbagai kebutuhan.”
Elga juga berpesan kepada masyarakat akademik, “Hargai keberagaman sebagai kekuatan. Jadilah individu yang terbuka, dan dukung rekan-rekan Anda, apa pun latar belakang atau kebutuhannya. Dengan saling mendukung, kita tidak hanya menciptakan komunitas belajar yang inklusif, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih adil dan manusiawi,” pungkasnya.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati