CICP Gelar Angkringan 2 Bertajuk Psikologi Indigenous dan Kultural dalam Kajian Integrasi Antaretnis di Indonesia

Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Angkringan 2 bertajuk “Psikologi Indigenous dan Kultural dalam Kajian Integrasi Antaretnis di Indonesia” pada hari Selasa, (26/03). Acara yang dilaksanakan secara hybrid di gedung C-103 Fakultas Psikologi UGM dan zoom meeting ini dihadiri oleh dua puluh peserta. 

Dua narasumber hadir untuk mengajak peserta mengenal lebih dekat integrasi antaretnis yang merupakan aspek krusial dalam konteks Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya dan etnis. Narasumber pertama adalah Dr. Joevarian Hudiyana, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Narasumber kedua merupakan Manajer Projek Pendidikan Canva, Cahya wulandari, M.Sc.

“Manusia adalah makhluk yang selalu berusaha menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi daripada berujung harmonis lebih sering berujung ke perselisihan. Hal tersebut disebabkan oleh konflik dan ancaman realistik, aspek kepribadian, dan nilai-nilai, budaya, serta ancaman simbolik. Akibatnya, hubungan antarkelompok terkadang terisi oleh prasangka dan distrimisani,” ujar Joevarian. 

“Belum lagi fenomena in-group bias, yakni kecenderungan individu untuk memberikan perlakuan lebih positif atau menguntungkan terhadap anggota kelompok mereka sendiri dibandingkan dengan anggota kelompok lain,” lanjut Joevarian.

Selanjutnya, Wulandari memaparkan hasil riset tentang strategi akulturasi, penghambat integrasi, dan peningkatan keterjadian integrasi yang dialami siswa Papua di Indonesia. Menurut Wulandari, faktor yang memengaruhi akulturasi di antaranya adalah sifat kepribadian, motivasi internal, dukungan dari universitas, hambatan akademik/bahasa, dan kontak sebelumnya dengan anggota kelompok luar.

Lebih lanjut Wulandari menjelaskan faktor-faktor penghambat dan pendorong integrasi, “Penghambat integrasi dapat disebabkan oleh motivasi yang rendah, kurangnya dukungan dari lembaga pendidikan, beban kerja akademik yang tinggi, dan kesulitan bahasa. Sementara faktor-faktor yang dapat meningkatkan integrasi adalah sikap kepribadian yang positif, motivasi tinggi, dan lingkungan universitas yang dapat memfasilitasi dan melindungi dari pengalaman negatif seperti streteotip dan diskriminasi”. 

Penulis : Relung Fajar Sukmawati