Unik Konsultasi Psikologi (UKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan UKP Talks sesi tiga bertajuk Strategies to Implement Culturally Responsive Evidence-based Psychotherapeutic Interventions in Diverse Clinical Setting, Rabu (17/01). Bertempat di Ruang A-203 Fakultas Psikologi UGM, webinar ini dihadiri oleh segenap civitas akademika UGM, peneliti, dosen psikologi, mahasiswa S2 dan S3 di bidang psikologi, dan pihak- pihak yang yang tertarik dalam topik Layanan Psikologi Berbasis Bukti (Evidence-based Practice in Psychology).
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., hadir membuka acara, “Webinar ini mendukung salah satu misi fakultas, yaitu mendorong praktik psikologi yang berbasis kajian-kajian ilmiah”. Ketua UKP UGM, Restu Tri Handoyo, Ph.D., Psikolog, lanjut menjelaskan, “Kita akan belajar strategi bagaimana mengimplementasikan intervensi psikologi berbasis riset yang tidak hanya disesuaikan dengan budaya namun juga setting klinis yang beragam”.
Moderator acara, Smita Dinakaramani, M.Psi, Psikolog memperkenalkan narasumber, Ajeng Puspitasari, Ph.D., LP., ABPP, yang merupakan Regional Executive Director – Clinical, Rogers Behavioral Health, Amerika Serikat. Ajeng menekankan kepada seluruh peserta untuk mempraktikkan meaningfulness, melatih pemikiran agar tidak sibuk memikirkan segala yang telah terjadi ataupun yang akan datang, sehingga seluruh Indera menikmati semua yang sedang berlangsung saat ini.
Gerakan Evidence-based Practice in Psychology (EBPP) merupakan salah satu perkembangan praktik intervensi psikologi, Ajeng menjelaskan, “Sekitar 40 – 50 tahun yang lalu, di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang lainnya, pelayanan psikologi mayoritas tidak berbasis sains dan penelitian, psikolog dapat menggunakan treatment yang mereka pelajari meskipun belum diteliti secara scientific. Baru sekitar 20 tahun yang lalu, pemerintah Amerika Serikat mulai memberi funding penelitian untuk berbagai macam terapi. Bermula dari itu, EBPP mulai berkembang”.
EBPP penting dilakukan agar intervensi yang diberikan kepada pasien sudah terbukti keefektifannya. Ajeng mengatakan, “EBPP merupakan gabungan dari tiga komponen. Penemuan ilmiah, pengalaman psikolog, dan pengalaman pasien. Selamanya, meskipun psikolog expert di bidang profesionalnya, namun psikolog tidak akan pernah bisa expert di pengalaman hidup orang lain”.
“EBPP memiliki beberapa kriteria. Sangat kuat, kuat, lemah, dan bukti yang tidak cukup. EBPP sangat kuat memiliki kriteria yaitu treatment yang dapat memperbaiki symptom, tidak memiliki efek samping, memiliki berbagai resource dan makalah yang dapat membantu psikolog untuk menggunakkan, memiliki metode riset yang kuat, dan sudah diteliti efektifitasnya dengan berbagai jenis pasien,” jelas Ajeng.
Di akhir webinar, Ajeng berpesan, “Terdapat tiga poin penting yang perlu menjadi perhatian psikolog terlepas dari pemilihan intervensi. Cultural humility, kemampuan mempertahankan sikap interpersonal yang berorientasi pada orang lain. Cultural opportunities, memahami identitas dan latar belakang pasien. Cultural comfort, merasa nyaman berinteraksi dengan berbagai macam manusia, cara membangun kenyamanan adalah terbiasa bergaul dengan manusia dari berbagai macam jenis.”