Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkomitmen untuk mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan sivitas akademika melalui program “Jumat Sehat Bugar” yang digelar pada Jumat (19/7). Acara ini berlangung pukul 07.30 hingga 09.30 WIB, dimulai dari Fakultas Psikologi UGM, melewati jalur Wisdom Park, dan berakhir di Wisma MM UGM.
SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil langkah konkret dalam upaya mengurangi limbah dengan menerapkan kebijakan baru mengenai penyajian konsumsi yang lebih ramah lingkungan. Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Rektor UGM nomor 6627/UN1.P4/PL.00.00/2024 yang mengatur tentang pengurangan limbah dalam penyajian makanan dan minuman.
Ia berhasil meraih juara tiga Pilmapres UGM kategori Sarjana setelah bersaing dengan 26 peserta yang diumumkan pada Sabtu (30/3). Sebelum memperoleh prestasi ini, Nadia telah dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat satu Fakultas Psikologi UGM.
Fakultas Psikologi kembali menggelar Kajian Ramadan 1445 H untuk ketiga kalinya secara bauran pada Kamis (28/3). Kajian kali ini menghadirkan Ustaz K.H. Syatori Abdul Rauf, Al Hafidz, yang membawakan materi bertajuk “Tazkiyatun Nafs: Muhasabah Diri Menjadi Pribadi Mulia”.
Pada hari Kamis (21/2), dua mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Relawan Psikologi Gadjah Mada (REPSIGAMA) turut serta dalam misi kemanusiaan sebagai relawan dalam penanganan bencana banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dua mahasiswa tersebut adalah Raisa Annisa Zahra (2022) dan Ararya Rayhan Maulana (2022).
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali menggelar Kajian Ramadan bertajuk “Unlock Ramadan 1445 H: Dengan Muhasabah, Hidup Lebih Berwarna”. Kegiatan ini akan berlangsung setiap pekan selama Ramadan dengan menghadirkan sejumlah tokoh dan ulama sebagai pembicara. Tokoh dan ulama tersebut adalah Drs. Haryanto, M.Si., Psikolog, DR.dr. Probosuseno, SpPD-KGer, SE, MM, K.H. Syatori Abdul Rauf, dan Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang berlangsung Kamis (15/2) di ruang Sidomulyo Hotel Santika Premiere. Seremonial penandatangan PKS dilakukan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Psikologi UGM, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., dan Pemimpin Cabang Utama Bank BPD DIY, Efendi Sutopo Yuwono.
“Penting bagi kami untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah melalui BPD, itu menjadi suatu alasan yang menguatkan niat kami untuk seterusnya kedepan menjalin kerja sama,” tutur Wenty.
Menyambut baik inisiasi kerja sama oleh Bank BPD DIY, Wenty juga turut menyampaikan bahwa kebutuhan investasi seperti properti sangat penting bagi dosen muda dan tenaga kependidikan muda yang menginginkan hunian tempat tinggal.
“Dosen muda kami belum memadai sebenarnya dari sisi penghasilan, sehingga untuk investasi besar seperti tanah, rumah itu mungkin jelas akan perlu bantuan, dan juga ada tendik-tendik. Untuk masa depan mereka juga menjadi sangat rentan jika tidak segera diselesaikan. Step berikutnya adalah bagaimana securing livelihood mereka salah satunya melalui bantuan Bank BPD DIY,” tambah Wenty.
Selain dapat membantu dosen muda dan tendik muda melalui kerja sama ini, Wenty juga menyampaikan peluang terkait kerja sama lain yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran bagi mahasiswa. Fakultas Psikologi UGM berupaya untuk dapat memfasilitasi proses pembelajaran mahasiswa melalui terciptanya tempat berdiskui yang nyaman seperti co-working space yang saat ini masih belum terwujud.
“Kami berpikir mungkin BPD tertarik untuk menjadi bagian dari proses itu nantinya… Bagaimana kami bisa memfasilitasi mahasiswa kami untuk memiliki tempat yang seperti itu. Karena banyak juga sekarang ini kurikulum kami mengharuskan project-based learning, jadi diskusi, membuat projek menjadi salah satu bagian esensial dari proses pembelajaran,” ungkap Wenty.
Efendi Sutopo Yuwono menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesempatan kerja sama ini. Ia berharap dengan kerja sama terkait dengan pengelolaan keuangan dan pemberian kredit bagi pegawai Fakultas Psikologi UGM ini dapat pula memberikan manfaat bagi DIY. Bank BPD DIY merupakan bank umum milik pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota di seluruh DIY, yang hampir sebagian besar dividennya dimanfaatkan untuk pembangunan DIY.
“UGM ada di DIY, kami ada di DIY, harapan kami kerja sama ini memberikan manfaat juga pada akhirnya ke DIY sebagai tempat kita beroperasi, tempat kita melakukan kegiatan operasional,” kata Efendi Sutopo Yuwono.
Produk-produk Bank BPD DIY telah mendukung berbagai kegiatan masyarakat melalui berbagai layanan digitalnya yang tidak kalah bersaing dengan berbagai layanan bank nasional maupun swasta, bahkan pemanfaatannya juga untuk mendukung berbagai UMKM di DIY, hal ini dijelaskan oleh Efendi Sutopo Yuwono.
“Karena ini PKS, begitu efektif, setelahnya langsung bisa kami memberikan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh Bapak, Ibu, dosen dan pegawai yang ada di lingkungan Fakultas Psikologi UGM. Nanti bisa dibandingkan dari sisi bunga itu sangat bersaing, jangka waktunya 15 tahun. Biasanya di Yogya itu yang mahal adalah tanah dan rumah, kalau terus kemudian kita terlambat sedikit saja, tanah, rumah atau hunian yang saat ini harganya 100 jutaan, sedangkan satu tahun lagi bisa sudah menjadi 120 juta,” tegas Efendi Sutopo Yuwono.
Penulis: Erna
Foto: Santi
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja sama Fakultas Psikologi UGM, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., membuka kegiatan secara resmi pada Senin (29/1).
Tes Kognitif AJT adalah alat tes yang disusun oleh Fakultas Psikologi UGM, bekerja sama dengan Yayasan Dharma Bermakna dan dibimbing langsung oleh Dr. Kevin S. McGrew, seorang ahli teori Cattell–Horn–Carroll (CHC) dan pengembang tes Woodcock-Johnson III & IV. Tes Kognitif AJT dikembangkan untuk mengukur inteligensi dan kemampuan kognitif yang dipergunakan di lingkungan pendidikan. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi secara kognitif untuk individu yang berusia 5-18 tahun.
“Tes ini sangat penting untuk dikenal lebih lanjut karena tes ini dibuat khusus untuk mengukur potensi kognitif anak-anak Indonesia dan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Harapannya dengan semakin dikenalnya Tes Kognitif AJT, semakin banyak anak-anak Indonesia yang menggunakan tes ini untuk mengukur kemampuan kognitifnya dengan lebih komprehensif,” terang Aisha Sekar Lazuardini Rachmanie, S.Psi., M.Psi., Psikolog., Dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus salah satu trainer kegiatan ini.
Ervina Marimbun Rosmaida., M.Psi., Psikolog, salah seorang peserta pada Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT menyampaikan turut menyampaikan kesan selama mengikuti sertifikasi.
“Selama mengikuti kegiatan sertifikasi AJT ini saya merasa bisa belajar dan diskusi, apalagi AJT ini merupakan hal yang baru. Meskipun cukup merasa pusing dalam belajarnya karena AJT baru dan juga ada praktiknya. Bisa kita jalani karena narasumber dan para panitia ramah serta kooperatif ketika peserta mengalami kesulitan,” tuturnya.
Laela Siddiqah., M.Psi., Psikolog, peserta lain berharap dengan Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT yang ia ikuti dapat memberikan kebaikan bagi Masyarakat, “Bismillah bisa segera mengaplikasikan alat tesnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan”.
Peserta mengikuti serangkaian kegiatan dari pemberian materi, praktikum, hingga verifikasi, Aisha Sekar Lazuardini Rachmanie menjelaskan lebih lanjut mengenai rangkaian pelatihan yang diikuti seluruh peserta, “Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT terdiri dari serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh sertifikasi sebagai tester dalam tes kognitif AJT. Agenda ini meliputi pemberian materi, praktikum yang disupervisi oleh para ahli AJT, dan wawancara verifikasi. Dalam agenda ini, peserta akan mempelajari konsep dasar tes kognitif, berlatih secara langsung, dan dievaluasi terkait pemahaman dan kemampuan mereka dalam mengadministrasikan Tes Kognitif AJT. Kegiatan ini merupakan kesempatan penting untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan serta membuka wawasan mengenai praktik Tes Kognitif AJT”.
Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT Hari Pertama
Rangkaian hari pertama, Senin (29/1) dimulai dengan Pengenalan Tes Kognitif dan Teori CHC oleh Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D.; Penyusunan Tes Kognitif AJT & Konstruk Tes Kognitif AJT oleh Dra. Retno Suhapti, S.U., M.A.; Pengantar Administrasi Tes Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 1-2 oleh Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D.; dan Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 3-5 oleh Dr. Maria Goretti Adiyanti, M.S.
Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT Hari Kedua
Setelah mengikuti rangkaian pelatihan hari pertama, peserta mengikuti pelatihan hari kedua yaitu Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 6-8 dan 17-18 oleh Dr. Wisjnu Martani, S.U.; Pengenalan Sistem Skoring oleh Wahyu Widhiarso, S.Psi., M.A.; Pengenalan Konversi Skor AJT oleh Aisha Sekar Lazuardini Rachmanie, S.Psi., M.Psi., Psikolog; Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 9-12 oleh Dian Mufitasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT Hari Ketiga
Melanjutkan pelatihan pada hari ketiga ini, yaitu Rabu (31/1) peserta mengikuti materi Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 13 oleh Dra. Retno Suhapti, S.U., M.A.; Administrasi Tes Kognitif AJT Tes 14-16 oleh Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D.; dan sesi praktikum yaitu supervisi secara individual oleh supervisor.
Sertifikasi Tester Tes Kognitif AJT Hari Keempat
Pelatihan Dasar dan Sertifikasi Administrasi Tes Kognitif AJT ditutup pada Kamis (1/2) dengan sesi praktikum yaitu supervisi secara individual, Skoring Tes & Input Data, serta Asesmen & Verifikasi Individual.
Penulis: Erna
Foto: Tim AJT UPAP Fakultas Psikologi UGM
Dr. Rita Eka Izzaty, S.Psi., M.Si., selaku Ketua DWP UP Fakultas Psikologi UGM membuka seminar. Dalam sambutannya Rita bercerita bagaimana maraknya kasus negatif terjadi di kalangan generasi milenial dan gen Z. Menurutnya, hal ini perlu diperhatikan orang tua untuk mengetahui pendampingan yang tepat bagi anak yang berbeda generasi darinya.
“Ternyata prevalensinya atau data-data untuk bunuh diri ini semakin lama semakin memprihatinkan. Pertanyaan yang mendasar, ini ada apa dengan anak-anak kita, bagaimana hubungannya dengan keluarga, bagaimana hubungannya dengan Ibu dengan Ayah,” tutur Rita.
Melalui seminar ini Rita juga berharap, Ibu dan Ayah dapat mengidentifikasi ciri generasi milenial dan gen Z sehingga mampu memberikan perlakuan dan menerapkan pendekatan yang sesuai.
“Kalau saya simpulkan dari hasil-hasil kajian riset, sebenarnya kesalahan pendidikan dan pengasuhan terletak dari perspektif yang salah dari orang tuanya, menggunakan perspektif ala orang tua untuk diterapkan pada anak-anak,” tambah Rita.
Diwakili Dr. Rita Eka Izzaty, S.Psi., M.Si., Ratna Syifa’a Rahmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog, dan Widi Ariyani Sudarsono, M.Psi., Psikolog, DWP UP Fakultas Psikologi UGM pada kesempatan yang sama juga menyerahkan bantuan pendidikan kepada penerima dari unsur tenaga kependidikan, tenaga outsource keamanan, dan tenaga outsource kebersihan Fakultas Psikologi UGM.
“Walaupun memang ini tidak seberapa tapi kami harapkan dapat dipakai untuk membantu dan mendukung proses pendidikan yang dijalani oleh Ananda, jadi bukan besarnya sekali lagi tetapi di sini spirit dari Dharma Wanita itu adalah berbagi, tagline kita dari kita untuk kita,” harap Rita.
Seminar dan Diskusi
Seminar dimoderatori oleh Dosen Fakultas Psikologi UGM, Zahra Frida Intani, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
“Hal yang menarik adalah saya dan mungkin di sini ada beberapa ibu Dharma Wanita yang juga sebenarnya masih dalam generasi milenial, jadi nanti mungkin kami juga sambil belajar mengenali diri sendiri,” kata Zahra membuka sesi seminar.
Mengawali pemaparan materinya, dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ (K), menceritakan berbagai peran seorang perempuan, dari seorang Ibu yang mendampingi anaknya hingga berkarir sebagai profesional dengan segudang kesibukan. Peran-peran tersebut bahkan dilaksanakan secara bersamaan, yang kemudian tidak dapat dipungkiri dapat memicu berbagai kerentanan.
“Ternyata perempuan itu rentan mengalami stres, melansir dari Women’s Agenda menurut studi terbaru itu ternyata 50% di dunia ini mengalami burn out, jadi perempuan itu selain strong woman ternyata juga punya potensi untuk mengalami burn out. Ternyata lebih dari 8% orang dewasa berusia di atas 20 tahun melaporkan mengalami depresi selama periode dua minggu, hampir dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibanding laki-laki,” ucap Ida.
Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ (K), merupakan seorang psikiater di RSUD Wonosari Gunungkidul Yogyakarta, dan penggiat suicide prevention, Ida juga merupakan seorang penulis buku serta giat membagikan beragam video edukasi di media sosial Instagramnya.
Seminar ini membahas topik perempuan sebagai perempuan, perempuan dalam ikatan pernikahan, perempuan sebagai Ibu, pendekatan pada milenial dan gen Z.
“Depresi itu ada tiga gejala utama, murung, hilang minat, mudah lelah. Ada tujuh gejala tambahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan nafsu makan, harga diri rendah, perasaan bersalah atau menyalahkan diri berlebihan, pikiran tentang masa depan yang suram, ide kematian sampai percobaan bunuh diri. Dua gejala utama dua gejala tambahan minimal dua minggu disebut depresi ringan, dua gejala utama tiga gejala tambahan disebut sebagai depresi sedang, tiga gejala utama empat gejala tambahan disebut depresi berat,” terang Ida.
Melanjutkan pemaparannya, Ida menyampaikan pentingnya sebagai seorang Ibu untuk mengetahui kondisi diri sebelum mendampingi anak, “Perempuan perlu mengenal kondisi mentalnya, menolong dan merawat dirinya sendiri agar bisa menjalankan perannya sebagai Ibu, istri dan anggota masyarakat”.
Idealnya, suami dan istri dalam mengasuh anak harus menjadi satu tim dan bertanggung jawab bersama. Realitanya ketimpangan terjadi, seolah-seolah mengasuh menjadi tanggung jawab Ibu seorang, “Banyak kasus di dalam pernikahan saya bisa katakan 90% lebih rumah tangga itu tidak ada yang benar-benar mulus baik-baik saja.”
Pendekatan sebagai orang tua kepada anak khususnya Ibu, harus dilakukan dengan memahami karakter milenial dan gen Z. Kunci dalam pendekatan generasi milenial menurut Ida ada tiga, yang pertama asertif, kedua empati, dan ketiga adalah equal.
“Kita belajar untuk melihat anak-anak kita sebagai manusia, bukan sebagai milik kita,” tegas Ida.
Penulis: Erna