Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yulia Dini Putri Kharista (angkatan 2024), kembali menorehkan prestasi gemilang di bidang olahraga panahan. Dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) 2025 yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) pada 18–25 September 2025, Yulia berhasil membawa pulang tiga medali perunggu sekaligus.
mahasiswa berprestasi
Tiga mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berhasil menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Psychology Summit 2025 yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 19–20 September 2025 lalu. Tim yang terdiri dari Seravin Afra Secunda, Nida Hafiya Syafruddin, dan Yunintria Imtihanah Sulistyaningrum, mahasiswa angkatan 2022 yang sedang menempuh semester 7, berhasil meraih Juara 1 dalam Lomba Desain Intervensi Sosial.
Dua mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Nayara Azura Deva Rezky (angkatan 2023) dan Meilia Riska Haryanti (angkatan 2024), sukses meraih Juara 3 cabang Badminton Ganda Putri dalam ajang Piala Rektor Universitas Diponegoro 2025 yang berlangsung pada 3–6 Juli 2025 di Semarang.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada memberikan penghargaan kepada 60 mahasiswa yang telah meraih prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional, Jumat (8/12), di Auditorium G-100. Penghargaan ini diberikan pada Tasyakuran Prestasi Mahasiswa 2023, sebagai salah satu rangkaian peringatan Dies Natalis ke-59 Fakultas Psikologi UGM. Tercatat 66 prestasi berhasil diraih mahasiswa Fakultas Psikologi UGM baik sebagai individu maupun tim sepanjang 2023.
Cahya adalah satu dari dua mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang berlaga di PON XX Papua 2021. Bersama Aliffa Milanisty di cabang olahraga Karate, Cahya turut merasakan atmosfer kompetisi empat tahunan yang mempertemukan atlet-atlet terbaik di Indonesia ini.
Cahya menggeluti olahraga Judo sejak kelas 3 SD. Ia mengenal beladiri Judo dari kakak sepupunya. Cahya juga medapat dukungan penuh dari keluarganya ketika orang tuanya mendaftarkan ke klub Judo di Denpasar.
“Karena waktu kecil tuh saya kayak nakal banget gitu. Terus sering main ke luar rumah sama teman-teman. Terus pulang-pulang itu sering luka karena mainnya di luar kan. Terus pulang-pulang bawa luka jatuh dari sepedalah, jatuh di jalanlah atau gimana makanya terus orang tua mungkin was-was juga gitu kan, terus akhirnya didaftarin Judo,” cerita Cahya mengenang masa kecil awal perkenalannya dengan Judo.
Judo sudah menjadi bagian hidup sehari-hari Cahya. Latihan keras dan luka memar yang didapatnya seusai latihan tidak menyurutkannya untuk berhenti berlatih. Beberapa kali sempat berhenti berlatih usai cidera namun pada akhirnya kembali berlatih lagi, kini Cahya sudah memegang sabuk hitam Dan Satu Judo.
Beberapa kompetisi baik lokal, kejuaraan nasional, maupun kejuaraan internasional sudah pernah diikuti Cahya. Dalam keikutsertaannya pada kompetisi-kompetisi tersebut Cahya sering mendapatkan medali dan naik ke podium juara. Beberapa kompetisi Judo internasional yang pernah diikutinya adalah di Singapura dan Malaysia.
Keikutsertaannya pada PON XX Papua di tahun ini merupakan satu pencapaian terbaik Cahya selama karirnya sebagai atlet judo profesional. Tahun ini atlet peserta PON hanya dipilih delapan besar terbaik nasional pada tiap cabang olah raga yang dipertandingkan.
“Untuk mencapai PON tahun ini itu harus dari perangkingan. Jadi hasil dari juara-juara kemarin dikumpulin selama empat tahun. Jadi yang bisa ikut PON ini cuman delapan besar saja,” jelas Cahya.
Pada saat berlaga di PON XX Papua, Cahya bertemu dengan atlet-atlet tangguh yang usianya jauh lebih senior darinya. Walau belum bisa mempersembahkan medali karena kalah dari Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta, Cahya tetap menampilkan performa terbaiknya. Terbukti pada penampilan pertama Cahya berhasil mengalahkan kontingen tuan rumah Papua.
“Legendnya di kelas 48 kg ini ya emang tiga orang ini dari, yang juara satu itu Jawa Timur, Jawa Barat, sama DKI,” cerita Cahya.
Ketika ditanya tentang karir judo setelah masa kuliah nanti, awalnya Cahya seperti sudah berpikir untuk menyudahi karirnya setelah PON XX Papua 2021 ini. Tapi setelah mengikuti pertandingan sampai selesai semangat dan optimisme Cahya untuk menyambut perhelatan PON berikutnya menjadi bertumbuh. Pengalaman yang didapatnya di PON tahun ini dan juga lawan bertanding yang tentunya terus berganti karena ada pembatasan usia atlet akan membuat peluangnya meraih podium di PON berikutnya semakin besar.
“Sekarang mungkin memang belum giliran saya menjadi juara, tapi kayaknya empat tahun lagi udah bisa nih,” ujar Cahya sambil tersenyum optimis.
Mahasiswi berusia 21 tahun asli Wonogiri ini memang sudah aktif berlatih Karate sejak kecil. Berbagai kejuaraan sudah pernah diikutinya yang beberapa diantaranya mengantarkannya meraih medali. Kesibukannya menyelesaikan skripsi tidak menghalangi proses berlatihnya dan keikutsertaannya dalam kompetisi Karate. Ketekunannya dalam berlatih ini mebawanya berhasil berlaga di ajang olahraga tertinggi Nasional tahun ini, PON XX Papua 2021.
Prestasi Aliffa menembus babak utama PON XX Papua 2021 ini patut diapresiasi, karena atlet yang tampil pada ajang olahraga empat tahunan untuk cabang yang diikuti Aliffa ini hanya delapan atlet terbaik se-Indonesia. Aliffa berhasil menembus delapan besar terbaik Indonesia setelah melewati kompetisi ketat di pra PON.
Pada babak penyisihan PON XX Papua 2021, Aliffa pada cabang olahraga Karate nomor Kata mewakili Jawa Tengah berada satu grup dengan Jawa Barat, Bali, Sumatra Barat dan tuan rumah Papua. Aliffa beserta tim Jawa Tengah mampu melewati babak penyisihan dengan meraih urutan ke 3.
Pada babak perebutan medali perunggu kontingen tim Karate Jawa Tengah harus berhadapan dengan DKI Jakarta. Aliffa dan kawan-kawan menampilkan kemampuan terbaiknya pada babak ini. Walau belum berhasil mengalahkan DKI Jakrta, Aliffa dan kawan-kawan memberikan penampilan terbaiknya sehingga skor akhir hanya berbeda tipis.
Untuk persiapan mengikuti PON ini pada bulan Agustus tim Karate Jawa Tengah melakukan sesi tryout di Bali. Aliffa dan tim Karate Jawa Tengah melakukan tryout untuk mematangkan persiapan sebelum berlaga di PON XX 2021 Papua.
“Jadi karena pandemi, awalnya kan memang biasanya tryout ke luar dan lain-lain, tapi kemaren hanya bisa ke Bali saja,” ungkap Aliffa.
Lima bulan proses latihan menuju PON dilewati Aliffa bersama tim Karate Jawa Tengah. Porsi latihan yang dilaksanakan hampir seminggu penuh dengan ritme yang intens dan jadwal yang ketat. Pukul 10 malam semua atlet harus segera tidur untuk menjaga performa mental dan fisik mereka menjalani program latihan.
“Tiap hari latihannya itu pagi siang sore. Pagi itu fisik, kemudian siangnya kita gym, kita fitness, terus sorenya baru teknik” terang Aliffa ketika menjelaskan program latihan di TPU pada dua setengah bulan pertama dari lima bulan persiapan menuju PON XX Papua 2021.
Ketika ditanya bagaimana Aliffa bisa menjalani kuliah sekaligus mengikuti pemusatan latihan, kuncinya adalah bagaimana membagi waktu dengan cermat dan efektif.
“Kalau capek pasti ya. Apalagi kan kemaren itu masih nyambi KKN (Kuliah Kerja Nyata) juga. Jadi harus pinter-pinter membagi waktu. Kalau masalah tertekan sih ya pasti ada pressure, cuman nggak yang sampai dibawa stress,” jelas Aliffa.
Di Papua GOR tempat pelaksanaan pertandingan Karate berada di Politeknik Penerbangan Papua. Karena daerahnya dekat laut maka suhu udaranya sangat panas. Hal itu menjadi salah satu tantangan tersendiri untuk dapat tetap menampilkan performa yang maksimal di Papua.
Terlepas apapun hasil yang didapat, Aliffa sangat bersyukur karena ini merupakan PON pertama yang diikutinya. Sejak kecil orangtuanya memang mendukung penuh karir Aliffa hingga ia berhasil menembus ajang PON di tahun 2021 ini.
Sepulang dari PON XX Papua 2021 Aliffa ingin berfokus dulu menyelesaikan skripsinya di Fakultas Psikologi UGM dan menata karirnya di bidang akademik. Namun jika di tahun-tahun berikutnya Aliffa masih diberi kesempatan, maka Aliffa akan siap untuk kembali berjuang di gelanggang olahraga pada PON berikutnya.
“Jangan nyia-nyiain kesempatan. Ketika ada kesempatan ambil aja gitu. Kalau nggak sekarang kapan lagi?” begitu pesan singkat Aliffa.