Moralitas dan Seksualitas: Tantangan Besar untuk Indonesia

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar webinar online bertajuk “Sex, Morality, and Human Nature” pada hari Jumat, (2/8). Webinar yang merupakan rangkaian acara menuju Islamic Psychology Summit (IPS) 2024 dan diikuti oleh 60 peserta ini dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia yang menjadi pemegang kasus HIV tertinggi dengan semakin maraknya penyakit menular seksual karena hubungan seks bebas dan orientasi perilaku seks menyimpang. Perilaku tersebut dilakukan oleh banyak orang dari lapisan masyarakat, baik yang kaya, miskin, tua, muda, bahkan sampai pelajar sekolah yang mayoritasnya memiliki masalah dalam keluarga.

Seorang Dermatologist dan Venereologist, dr. Dewi Inong Irana Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV, menjadi narasumber pertama webinar IPS 2024 yang bertugas membahas tentang cara membangun keluarga yang sehat dan  sejahtera. Dewi berkata, “Masalah keluarga ini penting sekali. Kursus pranikah itu bukan hanya dari segi agama, tapi juga penting dari sisi psikologis suami istri, menjadi orang tua zaman now, ekonomi keluarga, dan terpenting tentang pendidikan seksual dan KB”.

Berkenaan dengan seks bebas, Dewi berpendapat masih ada hubungannya dengan paparan pornografi. Kecanduan porno merusak bagian otak atau prefrontal cortex yang membedakan antara manusia dengan hewan. Dewi berpesan, “Keluarga adalah unit terkecil suatu bangsa. Keluarga beres, Indonesia beres. Jauhi sex bebas. Ingat mati, ingat keluarga, ingat negara, perbanyak olahraga, dan jauhi pornografi. Berani berkata TIDAK pada kekerasan dan perundungan seksual, siapapun pelakunya!”

Seluk beluk moralitas dibahas oleh narasumber kedua yang merupakan dosen Psikologi Perkembangan di Fakultas Psikologi UGM, Sutarimah Ampuni, S.Psi., M.Si., MPsych., Ph.D., Psikolog. Ampuni berkata, “Moralitas itu yang selama ini kita pahami adalah antara apa yang benar dan yang salah. Apa yang bagus, apa yang tidak. Apa yang boleh dan tidak boleh”.

“Jika menginginkan generasi kedepannya memiliki perspektif moral tertentu, maka pembentukannya harus disosialisasikan sedini mungkin agar menetap sebagai bagian identitas moral. Disinilah pentingnya fungsi keluarga, sebagai pencetak perspektif moral anak. Keluarga punya peran penting untuk membentuk kesehatan mental yang baik. Namun, dari sisi moralitas, perlu ditekankan perspektif apa yang harus diajarkan agar anak memiliki pendirian yang baik,” lanjut Ampuni.

Reportase : Tim Islamic Psychology Summit 2024
Penulis : Relung Fajar Sukmawati