Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan Orentasi Akademik Mahasiswa Baru (OA MABA) Pogram Pendidikan Profesi Psikologi, Angkatan I, secara daring pada 21-23 Maret 2024. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menyambut mahasiswa baru sekaligus memberikan pemahaman mendalam mengenai program studi melalui rangkaian materi yang disajikan.
Setelah resmi melalui serangkaian persyaratan dan tahapan seleksi, 40 mahasiswa baru Program Pendidikan Profesi Psikologi diwajibkan untuk mengikuti seluruh rangkaian OA MABA selama tiga hari. Pada hari pertama, Kepala Program Studi, Dr. Yuli Fajar Susetyo, M.Si., Psikolog, membuka rangkaian dengan sambutan hangat dan menjelaskan rangkaian orientasi yang akan dilaksanakan.
“Nanti akan ada beberapa materi yang bersifat soft skills, baik terkait dengan ketangguhan kemudian yang lain-lainnya, termasuk regulasi diri karena kami pandang menempuh pendidikan profesi psikolog apalagi nanti sudah masuk di wilayah praktik kerja di lapangan membutuhkan kemampuan regulasi diri dan ketangguhan teman-teman menghadapi situasi yang Anda hadapi di lapangan,” ungkap Yuli Fajar.
Yuli Fajar menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa baru termasuklah berat, hal ini disebabkan oleh padatnya standar kurikulum yang harus ditempuh dalam waktu 1,5 tahun atau tiga semester. Kurikulum ini mengacu pada standar yang ditetapkan oleh asosiasi penyelenggara pendidikan tinggi psikologi Indonesia dan HIMPSI.
“Kita mengacu pada standar nasional ditambah dengan standar UGM yang berbeda dengan yang lainnya,” tambahnya.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., yang juga menjadi salah satu pemateri, menekankan pentingnya layanan psikologi yang berbasis bukti.
“Karena adanya pengakuan hukum, yang sekaligus menjadi dua mata pisau. Satu memberikan kepastian praktik, tapi sisi pisau yang lain adalah memaksa psikolog untuk berpraktik menggunakan kaidah elemen evidence-based practice,” kata Dekan menjelaskan mengenai tantangan Profesi Psikolog.
Dijelaskan juga bahwa praktik Profesi Psikologi memiliki risiko tinggi, di mana setiap tahapan asesmen yang dilakukan memiliki potensi risiko. Beberapa risiko tersebut meliputi kegagalan dalam mencegah tindak bunuh diri, dampak merugikan dari keputusan yang salah, dan hasil yang tidak optimal atau bahkan merugikan karena intervensi yang tidak efektif.
“Sikap yang harus kita lakukan, bukannya menghindari risiko dalam praktik profesi, karena nilai profesi kita akan turun, menjadi rendah. Sikap dasarnya adalah menerima risiko profesi, tetapi kita memitigasi risiko tersebut, mengendalikan risiko tersebut dengan perlindungan yang kuat, perlindungannya adalah praktik profesi yang berbasis evidence-based practice,” pesannya.
Selama sesi orientasi selama tiga hari, para peserta juga diajak untuk mengikuti beragam materi yang disampaikan oleh dosen, staf kependidikan, dan narasumber yang ahli di bidangnya. Materi-materi yang dibahas meliputi topik Kurikulum, Keterampilan Belajar, Strategi untuk Menjadi Pembelajar Sukses, Pengenalan Sistem Informasi Akademik, Sosialisasi Laboratorium, Intervensi, dan Asesmen.
Diharapkan, melalui orientasi ini, mahasiswa baru akan lebih siap menghadapi tantangan di lapangan serta memahami pentingnya praktik psikologi yang berbasis bukti dalam menjalankan profesi ke depannya.
Penulis: Erna