Arsip:

Rilis

Peserta dari Berbagai Kota Banjiri Seleksi Penerimaan International Undergraduate Program (IUP) Fakultas Psikologi UGM

Pada hari Sabtu dan Minggu, tepatnya tanggal 4 dan 5 Mei 2019, Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan penerimaan International Undergraduate Program (IUP). Sekitar 100 peserta telah mengikuti pada intake pertama dan 77 peserta pada intake kedua. Peserta berasal dari daerah yang beragam diantaranya Jakarta, Pekanbaru, Bandar Lampung, Yogyakarta, Palembang, Denpasar bahkan juga Malaysia.

Di tahun ini Fakultas Psikologi menerima  40 orang. Setidaknya skor Gadjah Mada Scholastic Test (GMST), skor Academic English Proficiency Test (AcEPT), hasil interview, dan Leaderless Group Discussion (LGD) yang menjadi pertimbangan dalam penerimaan ini. Seleksi berjalan lancar dan kondusif. Pada hari pertama GMST dan AcEPT diselenggarakan. Peserta yang dinyatakan lolos seleksi dapat  melanjutkan ke tahapan interview dan LGD yang diselenggarakan di hari kedua.

Pada  intake pertama telah diselenggarakan tanggal 23 Februari 2019, intake kedua berlangsung tanggal 4 – 5 Mei 2019, dan terakhir Intake 3 akan berlangsung 6-7 juli 2019. Seluruh peserta yang dinyatakan lolos  setelah pengumuman, diwajibkan untuk melalukan registrasi ulang. Hasil dari intake ke 2 sendiri telah diumumkan pada tanggal 10 Mei 2019.

Atlet Judo Psikologi Raih Medali Perak di Judo Championship Circuit 2 Malaysia

I Gusti Agung Dyah Cahyaninggrat, mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, berhasil mengharumkan nama UGM pada kejuaraan internasional yang diadakan oleh Penang Judo Association. Dyah beserta 11 mahasiswa lain dari UKM Judo UGM mengikuti kejuaraan Judo Championship Circuit 2 tahun 2019 di Penang, Malaysia pada tanggal 23 April 2019.

Kejuaraan ini merupakan kejuaraan tahunan yang pada tahun ini diikuti oleh 124 peserta yang berasal dari 16 negara di Asia. Kejuaraan ini dilaksanakan selama 2 hari. Terdapat dua kategori yang diperlombakan pada ajang ini, yaitu kategori seni (kata) dan kategori perorangan. Kategori seni (kata) dilaksanakan pada hari pertama dilanjutkan kategori perorangan kelas senior dan junior pada hari kedua.

Tim Judo UGM menurunkan 1 pasangan putra untuk kategori kata dan 10 atlet untuk kategori perorangan. Pelatih UKM Judo UGM, Mochamad Zamroni, berpasangan dengan Adyawarnan Putut Putrama dari Sekolah Vokasi turun di kelas kata (seni). Sementara 10 atlet yang diturunkan di kategori perorangan adalah Ainurrizqi dari Fakultas Biologi, Gregorius Panji Pramudya dari Fakultas MIPA, Ma’rifatus Sa’adah dari Fakultas Ilmu Budaya, Fakhrul Islam dari Fakultas Hukum, I Gusti Agung Dyah Cahyaninggrat dari Fakultas Psikologi, Kautsar Muhammad Wiroto dari Fakultas Psikologi, Afina Yolla Tima dari Fakultas Kehutanan, Adyawarnan Putut Putrama dari Sekolah Vokasi, Rayna Ahmadasfran Hadiyantono dari Sekolah Vokasi dan pelatih UKM Judo, Mochamad Zamroni. Selain itu ada Talitha Sahda Fermana dari Sekolah Vokasi bertindak sebagai manajer tim.

Hasil yang dicapai Tim Judo UGM dalam kejuaraan kali ini berupa 5 medali perak dan 3 medali perunggu. Medali perak pertama didapat dari kategori kata (seni) oleh Mochamad Zamroni dan Adyawarnan Putut Putrama dari Sekolah Vokasi, untuk kategori perorangan tim UGM berhasil mendapatkan 4 medali perak atas nama I Gusti Agung Dyah Cahyaninggrat di kelas junior putri 48kg, Afina Yolla Tima di kelas junior putri 44kg, Adyawarnan Putut Putrama di kelas senior putra 60kg, dan Mochamad Zamroni di kelas senior putra 66kg. Tiga medali perunggu diraih di kategori perorangan oleh Ma’rifatus Sa’adah di kelas junior putri 57kg, Rayna Ahmadasfran Hadiyantono di kelas junior putra 81kg, dan Fakhrul Islam di kelas senior putra 90kg.

Hasil yang didapat Tim Judo UGM memang belum maksimal karena dari 10 atlet yang bertanding belum ada yang berhasil membawa pulang medali emas. “Tim Judo UGM sebenarnya mampu meraih hasil yang lebih, namun ternyata pertandingan ini banyak di dominasi oleh Tim Pelatnas Malaysia. Semua medali perak yang kita dapatkan, adalah hasil dari partai final yang semua atlet Judo UGM berhadapan dengan atlet Pelatnas Malaysia. Ajang ini kemungkinan besar diselenggarakan untuk mempersiapkan atlet-atlet Malaysia dalam menghadapi Sea Games Filipina 2019. Saya pun menjadikan ajang ini sebagai persiapan atlet-atlet Judo UGM dalam menghadapi POMNAS yang akan diselenggarakan beberapa bulan kedepan. Dari pertandingan ini, saya mengerti masih banyak hal yang harus saya perbaiki untuk meningkatkan prestasi UKM Judo UGM,” ujar Zamroni, Kamis (2/5) di Dojo Judo Gelanggang Mahasiswa UGM.

Mahasiswa Psikologi Raih Medali Emas pada Kejuaraan Judo Walikota Cup X 2019

Pada tanggal 28-30 Maret 2019, I Gusti Agung Dyah Cahyaninggrat, mahasiswa Fakultas Psikologi UGM menjadi atlet wakil dari kota Denpasar untuk berlaga pada ajang Walikota Cup X 2019. Kompetisi ini berlangsung di Gor Lila Bhuana, Denpasar, Bali. Event ini diselenggarakan setahun sekali oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Denpasar.

Perlombaan Walikota Cup X pada tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya memperlombakan kategori junior. Event Walikota Cup X tahun ini menjadi tolak ukur untuk seleksi senior yang akan mengikuti kejuaraan di PORPROV pada bulan September 2019. Oleh karena itu, semua daerah di Provinsi Bali mengirimkan wakilnya untuk mengikuti kejuaraan ini.

“Awalnya saya ragu untuk mengikuti kejuaraan ini, karena saya merasa belum maksimal pada saat latihan dan kebetulan saat itu berat badan saya melebihi dari kelas yang biasanya saya ikuti. Tetapi mau tidak mau saya harus turun karena diwajibkan. Kategori yang saya ikuti adalah kategori senior untuk kelompok berat badan dibawah 48 kg putri”, ungkap Dyah.

Dyah merasa bersyukur karena ia mampu menyelesaikan pertandingan hingga selesai final untuk menghadapi semua lawan yang ada di kelas yang ia ikuti. Dikarenakan saat itu sistem pertandingannya adalah “Timbang Main”, yang artinya hari dimana atlet harus melakukan penimbangan berat badan bersamaan dengan hari ia melaksanakan pertandingan, itu bukan menjadi hal yang mudah bagi serorang atlet karena harus menahan lapar dari hari-hari sebelumnya.

Tidak akan ada usaha yang mengkhianati hasil, berkat usaha dan kerja kerasnya, Dyah berhasil meraih medali emas pada Kejuaraan Walikota Cup X 2019.

 

“Studi Pentas” KRST Psikologi UGM

Sebagai kelanjutan dari kegiatan diklat keanggotaan Keluarga Rapat Sebuah Teater (KRST) yang diadakan setiap tahunnya, maka diadakan Studi Pentas (Stupen) berjudul “Bayam”. Pementasan ini diadakan pada hari Jumat (03/05) malam hari dan panitia mengundang berbagai mahasiswa di Fakultas Psikologi UGM untuk hadir menyaksikan.

Puti Indah Julito mahasiswa semester 4 Psikologi UGM ini merupakan salah satu dari mahasiswa yang aktif di kepengurusan KRST dimana ia menjabat sebagai Manajer Artistik. Sementara dalam Studi Pentas, ia mendapat kepercayaan sebagai pimpinan produksi. Dirinya bercerita bahwa antusiasme dan enjoy merupakan suasana yang dapat dirasakan selama pementasan berlangsung. Walaupun diakui oleh Puti bahwa ada juga beberapa kebingungan yang dirasakan oleh penonton selama menyaksikan, namun hal ini dapat terjawab pada saat sesi diskusi bersama tentang pementasan ini.

Di teater kali ini, “Bayam” diambil sebagai judul. Bayam merupakan objek konstan yang ada selama pementasan dan menjadi tema konstan yang membawa alur cerita pada pementasan sendiri. Sayur bayam dipilih karena bayam merupakan salah satu sayuran yang sering dibeli orang di penjual sayur, “ Terang Puti Indah Julito saat dirinya menjelaskan alasan dibalik pengambilan judul “Bayam”.

Lebih lanjut Puti menceritakan bahwa Studi Pentas tersebut menampilkan kisah tentang seorang tukang sayur yang terlibat masalah keluarga dari salah satu pelanggan tetapnya. Melalui teater ini dirinya berharap bahwa dirinya dan teman-temannya dapat menyampaikan pesan bahwa moral itu tidak hitam dan tidak putih, tetapi sangat kompleks dalam pemahaman maupun pelaksanaannya di kehidupan sehari-hari. Di dunia tidak ada orang yang benar-benar baik atau benar-benar jahat, ia menjelaskan pula bahwa tidak ada prosentase yang sempurna dari benar ataupun salah.

Salah satu keterbatasan yang dialami berasal dari segi sarana dan prasarana menjadi kesulitan tersendiri selama penyelenggaraan teater. Sekitar 33 mahasiswa terlibat dalam proses pementasan ini. Sementara untuk persiapannya sudah dimulai sejak 5 minggu sebelum hari pementasan, dan lebih intensif lagi 3 minggu menjelang pementasan.

Puti juga menceritakan bahwa pengalaman unik yang dirasakan selama persiapan dan pementasan tentu ada. Persiapan adalah masa-masa dimana komitmen dan rasa memiliki akan pentas diuji bagi setiap individu, tantangannya adalah menyelaraskan jadwal latihan dan kegiatan perkuliahan serta kehidupan sehari-hari untuk persiapan pentas ini. Bahkan panitia juga sempat bekerja ekstra untuk memikirkan perpindahan lokasi pelaksanaan, karena tempat yang sebelumnya sudah diplotkan di G-100 akhirnya berganti sekitar 5 hari sebelum pementasan. Panitia diberikan kabar bahwa ruangan tidak dapat digunakan pada hari-H karena akan direnovasi, akhirnya panitia memutuskan untuk menggunakan kantin gedung F sebagai venue pentas demi menyelamatkan agar pentas tetap dapat dilaksanakan.

 

Esai Tim Psikologi Raih Juara Harapan 2 LKTIQ

Lomba Karya Tulis Ilmiah Qurani (LKTIQ) merupakan bagian dari Festival Qurani  ke-7 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa-Pengembangan Tahfidhul Qur’an (UPTQ) UIN Sunan Ampel Surabaya. LKTIQ ini bertema”Mengintegrasikan Nilai-Nilai Al-Qur’an & Revolusi Industri untuk Mewujudkan Indonesia Kompetitif”.

Perlombaan ini memiliki 3 tahap seleksi, yaitu abstrak, full paper, dan presentasi. Tim dari fakultas Psikologi UGM yang terdiri dari Lulu’ul Jannah, Hastinia Apriasari dan Ariska Ayu Setyaningsih, mahasiswa Fakultas Psikologi UGM angkatan 2018 mengusung tema Al-Qur’an dan Pendidikan dengan judul karya ilmiah “Pengoptimalan Peran Ayah Berbasis Qur’an untuk Mewujudkan Indonesia yang Kompetitif”. Karya tulis ini mengulas surat Al-Luqman ayat 13-19 tentang metode dasar seorang ayah dalam medidik anaknya. Tema ini dipilih karena terinspirasi oleh kajian peran ayah yang diisi oleh Bu Diana Setyawati Dosen Psikologi UGM sekaligus menjadi pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah quran ini. Karya ilmiah ini berhasil mengantarkan tim psikologi lolos hingga tahap presentasi.

Lulu’ul Jannah, ketua tim LKTIQ dari UGM mengungkapkan “karya ini semakin menyadarkan kita bahwa antara ayah dan ibu memiliki porsi pendidikan keluarga masing masing yang tidak terpisahkan dan harus dipenuhi. One good father can change a generation of lives, satu orang ayah yang baik dapat mengubah satu generasi.”

Proses penyeleksian LKTQ ini dimulai dari bulan Maret dengan pengiriman abstrak. Ada 300 abstrak yang diajukan oleh berbagai mahasiswa dari seluruh Indonesia. Selanjutnya 300 abstrak ini diseleksi menjadi 100 abstrak terpilih untuk siap mengikuti seleksi full paper. Dengan berbagai proses seleksi ketat akhirnya terpilihlah 15 full paper yang menjadi finalis untuk presentasi di UINSA Surabaya.

Dengan presentasi 15 finalis yang sangat memukau pada bidangnya masing masing, akhirnya Tim LKTIQ UGM mampu membawa pulang gelar juara Harapan 2.

Workshop Policy Brief Mengajarkan Peneliti untuk Membangun Rekomendasi Kebijakan

Jumat (03/05) Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) menyelenggarakan Workshop Pengembangan Rekomendasi Kebijakan yang materinya dipaparkan oleh Eddy Kiswanto, S.Si., M.Si., dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Workshop ini dikhususkan bagi research intern CICP yang sedang menempuh program S2. Workshop berlangsung dari pukul 9 pagi sampai dengan pukul 4 sore. Bertempat di Gedung B-104, workshop ini dihadiri oleh research intern yang berasal dari berbagai peminatan di Program Magister Psikologi. Acara diawali dengan pemaparan materi terlebih dahulu. Kemudian para peserta diminta untuk melakukan review terhadap seluruh rekomendasi kebijakan yang hendak diusulkan oleh CICP. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa CICP sebagai unit yang menghasilkan banyak penelitian. Sehingga dengan adanya wadah penelitian tersebut mampu melahirkan sebuah kebijakan yang bermanfaat bagi problematika masyarakat.

Policy brief merupakan dokumen singkat yang bertujuan sebagai rekomendasi kebijakan untuk masyarakat yang berdasarkan hasil penelitian. Penelitian yang menjadi dasar policy brief tidak mesti hanya menghasilkan 1 policy brief tapi juga kondisinya bisa menghasilkan beberapa policy brief. Policy brief sendiri sebenarnya harus berangkat dari suatu topik khusus yang menjadi concern pemecahan masalahnya. Selain itu dalam penyusunan policy brief diperlukan adanya objektivitas penulis.

Dalam merancang sebuah policy brief yang harus diperhatikan adalah tampilan, karena hal ini akan sangat menarik perhatian pembaca. Hal lain yang dapat menarik perhatian pembaca, diantaranya dengan membuat judul yang menarik, melampirkan grafik yang singkat dan jelas, menyesuaikan template yang menarik, memperhatikan kata-kata yang ada.

Dikarenakan dokumen ini dirancang memang bertujuan untuk diketahui oleh masyarakat luas. Sehingga penulis rekomendasi perlu secara detail memperhatikan hal-hal teknis yang dapat mempersuasi masyarakat untuk membaca dan menyadari masalah yang membangun hadirnya rekomendasi kebijakan.

Policy brief berdasarkan strukturnya terdiri dari executive summary dimana dalam bagian ini tujuannya adalah untuk menyaring esensi dari policy brief, memberikan gambaran umum bagi pembaca yang sibuk, menarik pembaca untuk terus membaca, dan muncul dibagian atas halaman pertama. Selanjutnya adalah pengantar dimana menjelaskan lebih lanjut berkenaan dengan pertanyaan “mengapa”, kemudian juga penulis diminta untuk menjelaskan pentingnya masalah yang ditulis, menggambarkan tujuan penelitian, memberikan gambaran tentang temuan, simpulan, serta menumbuhkan rasa ingin tahu. Bagian ketiga dari struktur policy brief adalah pendekatan dan hasil, dimana didalamnya memuat mengenai ringkasan fakta, gambaran tentang permasalahan dan konteks, gambaran tentang penelitian dan analisa, sifatnya sendiri tidak terlalu teknis, hal yang penting dari bagian ini adalah penulis perlu memberikan penekanan kepada benefit dan kesempatan apa yang bisa didapat melalui rekomendasi kebijakan. Selanjutnya penyusunan kesimpulan yang dibuat untuk interpretasi data, dimana penulis memberi simpulan yang konkret, kemudian juga perlu untuk mengekspresikan gagasan dengan tegas, ide harus seimbang dan dapat dipertahankan, seandainya hipotesis tidak terbukti maka penulis perlu menjelaskan mengapa demikian. Yang terakhir barulah implikasi dan rekomendasi.  

 

Michael Raih 2 Juara dalam UGM Tennis Cup 2019

Michael Robert A. T., mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, berhasil menyumbang 2 prestasi dari turnamen UGM Tennis Cup 2019. Michael berhasil meraih runner-up pada kategori beregu dan medali emas pada kategori ganda putra.

UGM Tennis Cup 2019 adalah turnamen tenis antar universitas se-Indonesia, baik untuk mahasiswa S1 maupun S2 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Lapangan Universitas Gadjah Mada. Turnamen ini mempertandingkan lima kategori yakni, beregu, tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran. Turnamen yang diikuti puluhan pemain dari 11 perguruan tinggi se-Indonesia ini diselenggarakan pada hari Selasa hingga Minggu (23/4–28/4) di Lapangan Tenis Outdoor Lembah UGM. Turnamen ini berlangsung sangat kompetitif pada seluruh kategori perlombaan dengan total hadiah mencapai Rp 45.000.000.

Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Lapangan Universitas Gadjah Mada mengikuti pertandingan beregu dan perorangan dengan mengirimkan 2 regu yang beranggotakan masing-masing 4 orang mahasiswa yaitu Deo Gustirandra P., Michael Robert A. T., Iswandaru Kusumo Putro, Hernanda Melia Cholis pada regu UGM A, serta Dicho Dickita Handoko, Muhammad Aji Wiyuda, Ni Made Nindya Desivyana, dan Rifki Zidan pada regu UGM B. Selain bertanding pada nomor beregu, kedelapan mahasiswa ini juga bertanding pada kategori perorangan.

Pada kategori beregu, Michael bersama dengan regu UGM A berhasil menumbangkan Universitas Siliwangi, Universitas Pendidikan Indonesia, serta UNY B dengan skor menang telak. Di babak semifinal, UGM A berhasil mengalahkan Universitas Brawijaya dengan sengit. Namun di babak final, UGM A harus puas menerima kekalahan dari UNY A dengan selisih skor yang tidak terpaut banyak dan keluar sebagai Runner-up.

Pada kategori perorangan, Michael berpasangan dengan Iswandaru Kusumo Putro mengikuti pertandingan pada kategori Ganda Putra. Pertandingan seru sudah mulai terjadi pada babak 8 besar ketika bertanding melawan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November yaitu pasangan Anggoro Diasdan Adi Asprila Akbar. Tim Ganda Putra UGM berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 8-3. Setelah memenangkan pertandingan babak kuarter final, maka pasangan unggulan UGM ini pun memasuki babak semifinal.

Pada babak semifinal, pasangan UGM ini bertanding melawan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yaitu pasangan Deo Riesky Kurniawan dan Vistor Syapri Maulana yang merupakan salah satu pasangan pemain tenis unggulan universitasnya. Melalui perlawanan sengit, akhirnya kemenangan pun diraih dengan skor tipis 8-6. Pada babak final Michael dan pasangannya Iswandaru telah dinantikan oleh pasangan unggulan lainnya asal Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Afrizal Ivanisevic dan Rafidhiya Mohammad. Babak final yang dilaksanakan pada siang hari Minggu, 28 April 2019 ini menghasilkan pasangan UGM Michael Robert A.T. dan Iswandaru K. P. menjadi juara dengan perlawanan cukup sengit dari pasangan UNY dengan skor 8-5. Berdasarkan hasil pertandingan pada babak final maka Michael Robert A.T. dan Iswandaru Kusumo P. menjadi Juara 1 Ganda Putra UGM Tennis Cup 2019.

“Saya merasa senang dan terpukau dengan kemegahan serta kelancaran turnamen yang dijalankan kali ini. Atmosfir yang diberikan penonton maupun dukungan yang diberikan bukan hanya dari rekan satu universitas, namun juga dari universitas lain dari seluruh penjuru negara menjadi hal yang begitu berkesan dan tidak sabar untuk mengikuti turnamen ini lagi pada tahun yang akan datang, ungkap Michael.

Perawat Perlu Memiliki Kompetensi Perawatan Spiritual

Asuhan keperawatan merupakan tugas praktik keperawatan yang dilakukan perawat di rumah sakit. Pelaksanaan asuhan pun dilakukan berdasarkan standar keperawatan. Salah satu bagian penting dalam asuhan keperawatan adalah perawatan spiritual. Namun begitu, kompetensi perawatan spiritual yang diberikan perawat kepada pasien ternyata masih rendah, sebab perawat lebih mengutamakan perawatan dan pengobatan secara fisik. Sementara kebutuhan perawatan spiritual mampu menjamin kualitas hidup pasien.

Penelitian yang dilakukan mahasiswa program doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi UGM, Henie Kurniawati, S.Psi., M.A., ditemukan sebanyak 50% dari 130 perawat beberapa rumah sakit di Jawa Tengah kurang kompeten memberikan perawatan spiritual. Selain itu, juga ditemukan masih kurangnya jumlah tenaga rohaniwan di rumah sakit, kurang kerja sama multidisiplin terkait perawatan spiritual dan tingginya beban kerja perawat yang tidak melakukan perawatan spiritual kepada pasien.

Penelitian Henie soal determinan perawatan spiritual yang melibatkan 311 perawat yang bekerja di rumah sakit terungkap bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap perawatan spiritual sehingga meningkatkan derajat kesehatan pasien. Menurut Henie, saat pasien mengalami kondisi yang menuntut sistem melakukan penyesuaian maka dikatakan pasien mengalami ketidakberdayaan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya ekstra secara spiritual, psikologis dan fisiologis untuk mengurangi tekanan tersebut.

Manfaat dukungan sosial pada kesehatan, menurut Henie, mampu mempercepat kesembuhan, memperbaiki penyesuaian terhadap penyakit dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat serta mengurangi frekuensi rasa sakit. “Kehadiran perawat dalam memberikan dukungan sosial kepada pasien berdampak besar bagi kesehatan,” ungkapnya.

Ia menambahkan dukungan sosial merupakan wujud kompetensi perawat dalam melakukan perawatan spiritual karena perawat mampu mengarahkan sikap pasien, memiliki kesediaan untuk memberi bantuan dan merawat orang lain serta berkontribusi nyata bagi sebagian besar orang.

Dari penelitian ini, ia berkesimpulan kompetensi perawatan spiritual yang dilakukan perawat sebenarnya potensial mampu menjawab tantangan dunia kesehatan. Olah karena itu, perawat yang kompeten setidaknya mampu memenuhi kepuasan pasien di rumah sakit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. “Bentuk perawatan spiritual ini mampu mendorong perilaku sehat pasien, memotivasi pasien untuk sembuh dari sakit serta membantu dan memfasilitasi kegiatan ibadah pasien,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson).

Workshop Big Data Menjawab Kebutuhan Penelitian di Era Revolusi Industri 4.0

Kemajuan teknologi semakin hari menuntut setiap orang untuk fleksibel dalam menghadapi tantangan di era ini. Hal ini pula yang menjadi alasan Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi UGM memfasilitasi mahasiswa Psikologi untuk mengenal dan memahami big data, sekaligus peranannya dalam menunjang penelitian yang tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab akademik sebagai mahasiswa. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 30 April 2019 di ruang Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM dan berlangsung di sore hari sampai dengan malam hari . Acara yang diberi nama “Big Data Workshop” didominasi oleh mahasiswa Magister dan beberapa mahasiswa dari S1. Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A. merupakan pembicara dalam kegiatan ini. Beliau merupakan Dosen Universitas Udayana sekaligus Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Sebagai manusia yang hidup di era Revolusi Industri 4.0, dimana segala hal membutuhkan internet menuntut manusia untuk merevolusi informasi. Salah satu peran yang krusial di era ini adalah adanya maha data atau big data. Pemateri menggambarkan bahwa big data adalah gerakan atau inisiatif organisasi-organisasi untuk mengambil, menyimpan, memproses dan menganalisa data-data yang sebelumnya dimana tidak memungkinkan atau tidak ekonomis untuk diambil, disimpan, diproses, dan dianalisis.

Sebagai sebuah unit Fakultas Psikologi yang bergerak di bidang riset terutama dengan pendekatan kualitatif, maka penyesuaian teknik pengambilan data dengan pendekatan ini diperlukan. Yohanes juga mengatakan semenjak teknologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kerja manusia, banyak tools teknologi yang dapat digunakan. Ia menyebutnya sebagai pendekatan baru kualitatif. Dirinya mencontohkan observasi dapat dilakukan dengan melihat CCTV, absensi Biometrik, data wearable gadget (jam tangan, detak jantung, waktu tidur, langkah, jarak). Sementara pengambilan data dengan bantuan angket juga bisa dilakukan dengan online, peneliti dapat memanfaatkan survey monkey atau google forms. Media sosial juga bisa dijadikan salah satu tools dalam mempermudah peneliti misalnya data dari twitter, youtube, facebook, instagram dan lainnya. Berdasarkan data dari survei nasional 2019, Indikator Publik Indonesia pengguna media sosial di Indonesia mencapai 24,34 juta.

Yohanes juga menerangkan bahwa big data memiliki banyak keuntungan seperti peneliti mendapat data melimpah, berbagai hal ada, dan data bersifat open akses. Namun disamping kelebihan ada pula kelemahan seperti limitasi kelengkapan data, adanya ketidakteraturan data, memerlukan software lain untuk mengolah data yang telah diambil

Di akhir kesempatan, Yohanes menjelaskan selama ini big data contohnya dari twitter bahkan digunakan untuk mempengaruhi opini publik sehingga seringkali dimanfaatkan oleh politikus atau partai politik. Sementara trending topik selalu dijadikan barometer persepsi publik. Hal ini menyebabkan “perang” opini menjadi lebih bebas.

Setelah penyampaian materi secara keseluruhan selesai dibahas, pemateri mengarahkan peserta untuk menggunakan salah satu aplikasi atau program yang dapat membantu mengcoding data yang berasal dari big data. Yaitu dengan software MAXQDA.

MAXQDA dapat menjadi salah satu dari program penyimpanan file pengelompokan atribut atau variabel format dengan manajemen data kemudian terjadi proses coding, kategorisasi dan kredibilitas hasil. Proses ini juga merupakan proses yang umum terjadi untuk analisis data kualitatif. Lebih lanjut MAXQDA dapat langsung digunakan untuk memperoleh data dari twitter, youtube dan lainnya. Kemudian diproses untuk selanjutnya dikategorisasikan.

Theory Building Training CICP Fakultas Psikologi UGM (Bagian 2)

Theory Building Training (TBT) yang diadakan oleh Center For Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi UGM berlanjut di hari kedua. Dimana T. Novi Poespita Chandra, M.Si diberikan kepercayaan untuk menjadi pembicara. Beliau sendiri merupakan Dosen Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi UGM sekaligus Ph.D Candidate di Melbourne University dengan penelitian pendekatan Grounded Theory. Dalam training tersebut dirinya membagikan pengalaman menjadi seorang peneliti Grounded Theory dari mulai mengambil data sampai dengan analisis data serta bagaimana implementasinya.
Di awal pertemuan, T. Novi Poespita Chandra, M.Si menyampaikan bahwa pendekatan Grounded Theory merupakan suatu bentuk perlawanan riset positivisme yang hasilnya bersifat konfirmasi. Grounded Theory menuntut peneliti untuk staying, living di tempat penelitian. Peneliti juga harus memahami betul kenapa harus disana. Selain itu penelitian Grounded Theory membutuhkan waktu yang lebih lama. Tidak bisa hanya seminggu, 2 minggu. Minimal waktu yang dibutuhkan 6 bulan atau bahkan juga bertahun-tahun. Grounded Theory juga berbeda dengan fenomenologi, dimana fenomenologi memotret proses terjadinya, ketika telah berada pada tahap aksial coding kemudian bisa langsung dianalisis. Sementara hal yang sama tidak bisa ditemukan pada Grounded Theory.

Peneliti Grounded juga diharapkan untuk tidak pernah berhenti dalam mempertanyakan penelitiannya sendiri, bahkan ketika penelitian tersebut sudah diaplikasikan di lapangan banyak hal yang dapat membuat teori tersebut menjadi harus dimodifikasi. Esensinya, peneliti Grounded Theory adalah harus “gelisah” karena disanalah tanggung jawab moral seorang peneliti yang mengarahkannya untuk dapat memberikan benefit kepada masyarakat dan masalah sosial.

Hal yang membuat dirinya tertarik untuk meneliti dengan pendekatan ini berawal semenjak dirinya pulang ke Indonesia setelah menghabiskan banyak waktu tinggal di Australia. Dirinya melihat fakta anak-anak di Indonesia lebih banyak yang ingin libur sekolah sementara di Australia justru kebalikannya, anak-anak ingin sekolah. Dari pengamatannya inilah yang membuat beliau berupaya untuk menjawab kegelisahannya seputar pertanyaan sekolah seperti apa yang dapat mempromote anak-anak bisa sekolah. Dirinya mengaku bahwa ini juga suatu bentuk kegelisahan tersendiri karena ia memiliki visi yang sangat besar dalam membangun generasi yang cerdas sementara kurikulum di Indonesia masih seperti ini, belum lagi fakta guru-guru yang ada serta rating Indonesia yang belum dapat menyaingi keunggulan pendidikan di negara lain bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara sesama Asia Tenggara. Dalam penelitiannya, Novi memperlihatkan adanya positive dan negative experiences pada kehidupan di sekolah. Hasil penelitiannya pun mengalami proses berkali-kali dimana setelah diimplementasikan kemudian dilakukan riset kembali atas apa -apa yang belum sesuai.

Pada dasarnya, sebuah masalah yang dapat diangkat untuk diteliti dengan pendekatan Grounded juga tidak perlu masalah yang besar. Masalah-masalah sehari-hari juga bisa dijadikan sebagai salah satu dari masalah yang diangkat. Misalnya seperti pengamatannya yang berangkat dari pengetahuannya pula soal dunia perkembangan dan pendidikan. Ia juga menambahkan bahwa proposal Grounded Theory tidak seperti proposal yang bentuknya literature review, namun dari masalah yang kita lihat dapat diramu menjadi sebuah proposal. Walaupun masih banyak yang bingung antara grounded dan pendekatan kualitatif lain seperti etnografi ataupun fenomenologi. Hal ini sebenarnya tidak perlu menjadi sebuah kerisauan karena ketika peneliti mengambil data kemudian memikirkannya, lama-lama peneliti akan menemukan sensing untuk mengkategorikan dengan pendekatan kualitatif lain.

Riset Grounded ini juga cukup panjang, yang membuat waktunya menjadi lama bukan karena teknik yang digunakan, tetapi pada mindset dan semangat menelitinya. “Karena Grounded itu paradigma bukan sekedar metodologi. Artinya bagaimana peneliti percaya untuk membangun konstruk dari bawah, dari Ground”, terang Novi.