Berbagi Cerita Inspiratif Dosen Muda dari Negeri Kincir Angin

Memulai studi di luar negeri adalah pengalaman yang tak ternilai. Hidup di lingkungan baru, belajar mandiri, bertemu dengan orang-orang baru, dan menghadapi budaya serta bahasa baru dapat menciptakan kenangan seumur hidup. Namun hal tersebut juga bukan tanpa tantangan. Dosen muda Fakultas Psikologi, Mbak Nisa (Dr. Rizqi Nur’aini A’yuninnisa, S.Psi., M.Sc.) dan Mas Ardian (Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog), menyampaikan bahwa mereka perlu melakukan banyak adaptasi ketika pertama kali pindah dan tinggal di Belanda.

Belanda adalah negara dengan empat musim. Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki dua musim. Bagi Mbak Nisa dan Mas Ardian, salah satu adaptasi yang cukup besar dilakukan adalah terkait perbedaan musim tersebut. Suhu yang dingin terutama di musim dingin serta cuaca di Belanda yang sering berubah-ubah menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, perbedaan musim juga berpengaruh pula dengan perbedaan waktu sholat sehingga perlu menyesuaikan, termasuk ketika berpuasa.

Di Belanda jika ingin melihat kebun tulip, bisa menuju kota Lisse dan sekitarnya ketika musim semi tiba. Ketika naik kereta antar kota, kerap kali juga kita bisa melihat padang tulip yang membentang luas di Belanda di banyak lokasi. Pada saat musim semi, bunga tulip juga banyak sekali dijual di berbagai kota di Belanda. Orang Belanda pun sangat senang dengan bunga tulip sehingga kerap juga menanam bunga tulip di halamannya atau membeli dan meletakkan di dalam rumahnya. Belanda juga terkenal dengan kincir angin yang bisa di temui di banyak kota di Belanda. Selain itu, di Belanda juga banyak ditemui bangunan-bangunan dengan arsitektur lama yang masih sangat dijaga. Pada kota-kota tertentu, kanal-kanal di Belanda juga sangat menarik untuk dikunjungi. Banyak orang yang khusus mengambil tur kanal menggunakan kapal kecil untuk menyusuri kota melalui kanal. Dalam hal transportasi, orang-orang di Belanda banyak menggunakan sepeda untuk bepergian. Hal ini mungkin bagian dari kultur di Belanda sehingga hampir tiap orang pasti memiliki sepeda.

Berbicara tentang kuliner, Belanda memiliki beberapa kuliner khas, seperti stroopwafel, bitterballen, haring, poffertjes, oliebollen, stamppot. Yang menarik, di Belanda ternyata makanan Indonesia cukup mudah ditemui karena banyaknya pendatang dari Indonesia. Ada pula toko-toko Asia yang menjual bahan makanan Indonesia cukup lengkap sehingga hal ini tentu memudahkan para mahasiswa Indonesia yang kangen dengan makanan Indonesia. Tidak hanya kecap, sambal, mie instant, namun tempe, tahu, kerupuk pun juga cukup mudah ditemukan di Belanda.

Orang Belanda dikenal cukup ramah. Orang Belanda biasa menyapa orang dengan sapaan sederhana, seperti “hallo”, “hoi”, “morgen”. Menjadi sangat berkesan bagi Mbak Nisa dan Mas Ardian memiliki teman dari Belanda sehingga dapat banyak belajar mengenai kebiasaan dan budaya yang berbeda di sana.

Salah satu tips yang disampaikan oleh Mbak Nisa dan Mas Ardian ketika hidup di negeri orang adalah pentingnya untuk bisa beradaptasi, tangguh, ulet, dan selalu bersyukur. Rasa syukur tidak henti-hentinya dipanjatkan oleh keduanya karena dapat dipertemukan dengan orang-orang baik di Belanda yang banyak membantu mulai dari mencari tempat tinggal/apartemen, mengurus surat izin tinggal, mengurus asuransi, ataupun hal-hal lainnya.

Hal lain di Belanda yang disampaikan Mbak Nisa dan Mas Ardian adalah mengenai sistem kesehatan di sana, salah satunya ketika hamil dan melahirkan di Belanda. Berdasarkan pengealaman Mbak Nisa dan Mas Ardian, peran bidan sangatlah besar di Belanda dimulai dari pemeriksaan kehamilan sampai dengan persalinan. Proses persalinan di rumah juga merupakan hal yang sudah menjadi hal yang biasa dan banyak ditemukan di Belanda. Selain peran bidan, ada pula bantuan dokter atau spesialis, terutama ketika pasien memiliki kasus medis khusus dan membutuhkan referral. Ada tradisi yang menarik di Belanda ketika seseorang baru saja melahirkan. Ketika bayi yang dilahirkan adalah laki-laki, maka biasanya keluarga akan menyediakan muisjes (a traditional Dutch bread topping) berwarna biru dan putih. Namun jika bayi yang lahir adalah perempuan, maka biasanya keluarga akan menyajikian muisjes berwarna pink dan putih.

Hal menarik lainnya yang dibagikan adalah bahwa hampir di setiap kota seringkali ada festival “Pasar Malam”. Dalam festival tersebut, banyak dijumpai wahana-wahana permainan yang serupa dengan di Indonesia, seperti bianglala, bombom car, rumah hantu, komidi putar, dan lain sebagainya. Ada pula beberapa kedai yang menjual snack-snack, termasuk terkadang dijumpai pula kedai yang menjual kuliner Indonesia. Hal ini cukup menarik karena banyaknya orang Indonesia yang tinggal di Belanda atau memiliki relasi dengan Indonesia, entah keluarganya, teman, atau bahkan orang Indonesia sendiri. Selain itu, banyak juga orang Jawa (Suriname) yang masih fasih berbahasa Jawa tinggal dan menetap di Belanda.

=

Penulis: S. Fauzi