Islamic Psychology Summit (IPS) 2024 menggelar pre-conference workshop bertajuk “Suicide Prevention” pada hari Kamis, (25/10). Workshop ini berlangsung di Hotel Porta Ambarrukmo, Yogyakarta, dan berhasil menarik perhatian peserta dari berbagai negara. Acara ini dihadiri oleh 20 peserta, terdiri dari 11 peserta asal Indonesia, 6 peserta asal Malaysia, serta masing-masing 1 peserta dari Oman, Australia, dan Singapura.
“Tujuan saya mengikuti acara ini adalah untuk memahami psikoterapi dengan menggunakan pendekatan Islam, mengingat saya sendiri adalah non-Muslim yang berpraktik sebagai psikolog di negara Malaysia yang sangat terkenal dengan kereligiusannya,” ujar Yen Li, salah satu peserta dari Malaysia.
Psikolog klinis dan forensik sekaligus Vice President International Association of Muslim Psychologist (IAMP), Dr. Hanan Dover, hadir sebagai narasumber acara. Dr. Hanan menjelaskan perbedaan antara kesehatan mental dan penyakit mental, “Saya rasa kita sering menggunakan istilah “penyakit mental” (mental illness) dan “kesehatan mental” (mental health) secara bergantian. Namun, keduanya berbeda. Tidak semua orang memiliki penyakit mental, tetapi setiap orang memiliki kesehatan mental”.
Narasumber kedua merupakan psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog. Dr. Diana memantik diskusi peserta tentang stigma yang diberikan masyarakat terhadap fenomena bunuh diri.
“Terdapat berbagai hambatan dalam mendeteksi dan mencegah bunuh diri. Di antaranya adalah stigma, kegagalan untuk mencari bantuan, kurangnya pengetahuan dan kesadaran bunuh diri di kalangan profesional kesehatan, dan anggapan bahwa bunuh diri adalah peristiwa yang langka,” jelas Dr. Diana.
“Psikoedukasi tentang pencegahan bunuh diri adalah penegasan agar tidak menormalisasi, tetapi mencari cara untuk mengatasi fenomena ini agar tidak semakin marak terjadi. Ide bunuh diri biasanya dimiliki oleh individu yang merasa putus asa dengan masalah yang sedang dihadapi, tentunya juga turut diikuti oleh faktor yang lain,” kata Dr. Hanan.
Dr. Hanan menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan praktisi untuk membantu seseorang dengan permasalahan mental tertentu sebagai upaya preventif pencegahan bunuh diri, “Psikolog dapat menggunakan terapi Acceptance and Commitment Therapy (ACT) dengan konsep tawakal, Cognitive Behavior Therapy (CBT) dengan membingkai ulang pikiran melalui sudut pandang Islam, dan membentuk resiliensi melalui konsep ihsan dalam Islam”.
Lebih lanjut, Dr. Diana menjelaskan faktor-faktor yang dapat menjaga individu dari bunuh diri, “Terdapat tiga faktor yang perlu diperkuat untuk mencegah seseorang melakukan bunuh diri. Pertama adalah memiliki alasan untuk hidup. Kedua berasal dari kekuatan internal, seperti contohnya kemampuan pemecahan masalah dengan efektif. Ketiga berasal dari kekuatan eksternal, seperti contohnya dukungan sosial yang positif, hubungan yang sehat, komunitas yang supportif, dan keluarga”.