Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Konferensi Pascasarjana Psikologi (KPP) 2024 bertajuk “Menyala Indonesiaku: Psikologi sebagai Pilar Kesehatan Mental Generasi Emas” pada hari Jumat (11/10) dan Sabtu (12/10). Acara diadakan secara online dan dihadari oleh 169 peserta yang merupakan mahasiswa magister dan doktor psikologi.
Hari kedua konferensi menghadirkan dua keynote speakers. Keynote speaker pertama, Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi UGM, membahas tentang peran psikologi dalam menciptakan generasi yang tangguh dan berbudaya. Keynote speaker kedua, Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, khusus membahas mengenaiperan psikologi dalam mempersiapkan angkatan kerja yang kompeten, berdaya saing, dan berintegritas melalui riset disertasi.
Prof. Subandi menjelaskan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi fenomena generasi strawberry dan maraknya kasus Non Suicidal Self-injury (NSSI). Padahal, generasi saat ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Psikologi menyumbang tiga topik kunci utama guna membentuk generasi emas, yaitu sehat (psikologi klinis), unggul (psikologi positif), dan berbudaya (psikologi budaya).
“Salah satu aspek dalam psikologi positif yang dapat dipelajari adalah kesabaran. Tanpa kesabaran, individu akan mengalami kesukaran dalam menjalani ujian hidup. Kesabaran mencakup pengendalian diri, menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur, sikap tenang tidak terburu-buru, tabah, dan gigih,” jelas Subandi.
Narasumber kedua Prof. Seger memberikan motivasi pembuka sebelum memaparkan materi, “Menjadi sebuah ironi saat ini adalah saat hasil riset melimpah namun praktik yang dilakukan oleh para praktisi hanya berdasarkan pada common sense saja. Oleh karena itu, sebelum menentukan topik disertasi, mahasiswa perlu menentukan tujuan ke mana arah akan berjalan”.
Lebih lanjut, Prof. Seger menjelaskan secara gamblang berbagai macam tujuan riset, “Apakah kita akan membuat konstruksi baru? Apakah kita akan meletakkan argumentasi yang menguji teori dominan? Apakah kita akan melakukan sintesis perspektif terhadap teori-teori yang ada untuk memberi cara pandang baru terhadap suatu masalah? Atau apakah kita akan melakukan identifikasi pendekatan baru terkait topik teoritis yang ada saat ini? Semua perlu ditentukan sedini mungkin”.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati