Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar UKP Talks sesi pertama yang bertajuk Victim Blaming and Self Blame in Sexual Violence, Senin (26/6). Bertempat di gedung G-100 Fakultas Psikologi UGM, acara tersebut dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, peneliti, profesional, dan pihak-pihak yang concern terhadap kasus kekerasan seksual.
Acara yang diadakan secara luring dan daring ini diisi oleh Visiting Researcher University of Oxford, Dr. Diana Batchelor. Membuka acara, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menyampaikan, “Semoga acara ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita semua. Bersama kita belajar, bersama kita mengembangkan diri, bersama kita meningkatkan kemampuan kita untuk menjadikan diri kita, UGM, masyarakat, dan bangsa kita lebih baik dengan penanganan-penangan dan pencegahan-pencegahan kasus kekerasan seksual”.
Diana menuturkan berbagai respons yang sering diberikan masyarakat kepada korban kekerasan seksual, “Masyarakat memercayai korban tetapi seringkali masih memberikan tanggapan negatif kepada korban, seperti kamu sengaja menempatkan dirimu dalam risiko, kamu yang menyebabkan hal itu terjadi, kamu pantas mendapatkan perlakuan seperti itu, kamu yang sebenarnya pelaku bukan korban”.
Bukan hanya itu saja, biasanya masyarakat juga menyalahkan respons korban terhadap pelaku dan gejala trauma yang ditunjukkan. Berikut penjelasan lengkap Diana, “Contoh menyalahkan respons korban terhadap pelaku seperti mengapa tidak menyerang baik, mengapa tidak menghubungi seseorang, mengapa tidak menghubungi polisi, mengapa keluar sendiri, dsb. Sementara contoh menyalahkan gejala trauma dan metode koping seperti mengapa tidak bisa tidur/tidur terlalu banyak, mengapa cemas dan tidak pernah meninggalkan rumah, mengapa tidak melakukan meditasi, dsb”.
Alasan masyarakat memberikan respons yang seolah menyalahkan korban turut serta dibahas oleh Diana, “Secara umum dalam mengomentari sesuatu kita masih cenderung pada keyakinan bahwa hal baik datang kepada orang yang baik dan hal buruk datang kepada orang yang tidak baik. Sehingga ketika menyaksikan korban kekerasan, kita menggunakan pemikiran itu dalam menilai”.
Victim blaming yang terjadi pada akhirnya mendorong korban untuk menyalahkan diri sendiri (self blaming), “Self blame memberikan efek negatif terhadap kesehatan mental korban. Korban dapat menyalahkan perilakunya (ini salahku) dan memiliki citra diri yang rendah (aku jelek) sehingga membuat korban merasa cemas, memiliki kesejahteraan yang buruk, dan harga diri pun menurun”.
Acara berjalan khidmat dan mengundang banyak pertanyaan dari para peserta. Sebagaimana harapan Rahmat, acara ini cukup memberikan pemahaman kepada para peserta tentang victim blaming dan self blame.
“Semoga pemaparan ini akan semakin menambah kesadaran masyarakat terkait dinamika psikologis korban pelecehan seksual sehingga bersedia menciptakan ruang aman bagi mereka yang membutuhkan”, ucap pembawa acara, Sasa, pada di akhir acara.
Penulis : Relung