Kulon CPMH: Stres Akademik, Ancaman atau Tantangan?

Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menggelar kuliah online yang bertajuk Stres Akademik Ancaman atau Tantangan, Jumat (17/6). Kuliah ini merupakan rangkaian Kulon Series 2023 yang diadakan setiap hari Jumat siang. Turut hadir sebagai pemandu acara, Anggit Nur Sasmito. Kuliah online diikuti oleh mahasiswa, praktisi, dosen, psikolog, dan juga pengajar dari beberapa wilayah yang ada di Indonesia. 

“Stres akademik sering dialami oleh kalangan pelajar atau mahasiswa, terutama saat menjelang ujian,” ucap Anggit sebagai pemantik kuliah online. 

“Stres adalah istilah yang menggambarkan perasaan tidak nyaman karena adanya tekanan yang menuntut adanya adaptasi diri,” jelas Wirdatul Wirdatul Anisa, S.Psi., M.Psi., Psikolog, sebagai pemateri pertama. Tingkat stres bergantung pada persepsi seseorang terhadap sumber stres. Satu situasi dapat dipersepsikan berbeda oleh beberapa manusia. Oleh karena itu, manusia tidak akan pernah berhasil menyamaratakan tingkat stres seluruh orang. 

Lebih lanjut Wirdatul menjelaskan, “Manusia membutuhkan stres karena dari situlah ia belajar tentang adaptasi dan problem solving. Seseorang yang mengalami stres bukan berarti tidak sehat jiwa, World Health Organization (WHO) menerangkan bahwa salah satu kriteria orang sehat mental adalah kemampuan dalam mengelola stres. Sehingga, keberadaan stres dapat dikatakan sebagai suatu hal yang wajar dan normal”.

Sedikit dan banyaknya stres turut serta memengaruhi performa seseorang. Wirdatul mengatakan, “Jika seseorang memiliki sedikit stres, maka besar kemungkinan ia memiliki performa keaktifan yang rendah. Namun sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat stres yang tinggi, maka juga dapat menjadi potensi kelelahan yang berujung pada kecemasan. Stres yang baik berada pada tingkat optimum (sesuai kapasitas diri)”.

Mengerecut ke dunia perkuliahan, stres di kalangan mahasiswa biasanya berhubungan dengan masalah akademik atau disebut stres akademik, yaitu ketegangan dan tekanan psikologis yang dialami siswa sebagai respons terhadap tuntutan dan harapan lingkungan akademik mereka. Stres akademik dapat memengaruhi kesehatan mental dan well being mahasiswa. 

“Apabila stres akademik ini terjadi terus-menerus dan menjadi kronis, maka dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, masalah perilaku, masalah emosional (marah dan frustasi), dan pikiran bunuh diri. Stres akademik dapat menurunkan motivasi, menghambat prestasi akademik, dan menyebabkan angka putus sekolah,” terang Wirdatul. 

Stres akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yakni faktor psikologis (rendahnya self esteem, rendahnya self confidence, kesepian), faktor akademik (prokrastinasi, beban kerja akademis, hubungan negatif dengan guru/dosen/staf, kurang menguasai materi, dll), faktor biologis (kesehatan fisik, jenis kelamin, usia), faktor life style (kurang tidur, gangguan makan, kurangnya aktivitas fisik, dll), faktor sosial (tuntutan keluarga, kompetisi kelas, kurangnya jejaring sosial yang suportif, dll), dan faktor finansial (kemiskinan, rendahnya pendapatan keluarga, kurangnya dukungan finansial). 

“Antara satu faktor dengan faktor lainnya saling berkaitan. Faktor- faktor risiko ini perlu diperhatikan dan dikenali untuk meningkatkan faktor protektifnya sehingga faktor risiko dapat diminimalisir dan tidak menjadi penyebab terjadinya stres,” jelas Wirdatul. 

Selanjutnya, Wirdatul menyebutkan berbagai faktor protektif yang bisa membantu seseorang untuk menghadapi stres akademik, “Penilaian seseorang terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, kemampuan beradaptasi, daya resiliensi, optimisme, kemampuan manajemen waktu, dukungan sosial, dan kesejahteraan spiritual”. 

Selanjutnya, Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi. Psikolog, pemateri kedua dalam kuliah online ini memaparkan tanda-tanda seseorang mengalami stres akademik, “Sering mengalami kesulitan belajar, sulit fokus atau perhatian mudah teralihkan, memiliki masalah tidur dan pola makan, mengalami keluhan somatik (sakit kepala, sakit perut, dll), ketidakpuasan terhadap performa akademik, menghindari aktivitas akademik (sering absen kelas), menarik diri dari lingkungan, dan pelarian ke hal-hal negatif”. 

Nurul Kusuma juga membagikan tips self help untuk menanggulangi stres, “Istirahat yang cukup dan berkualitas, makan yang bergizi dan teratur, melakukan aktivitas fisik (olah raga), menjaga jarak sejenak dari sumber stres, melakukan kegiatan yang dapat memunculkan emosi positif, menyusun ulang skala prioritas, fokus pada hal yang masih dalam kendali, menjalin interaksi sosial, mengoptimalkan sumber daya yang yang dimiliki, dan melakukan konseling jika dibutuhkan”. 

 

Penulis: Relung