Yogyakarta, 15 September 2025 – Studi berjudul "An Analysis of Measurement Invariance of the Patient Health Questionnaire-9 Between Indonesia, Germany, and the USA" yang ditulis oleh tim penulis yang terdiri dari: Eric Sucitra, Riangga Novrianto, Yolanda T. Pasaribu, Tania M. Lincoln, dan Edo S. Jaya, diterbitkan di jurnal Assesment.Jurnal ini terindeks Scopus (Q1) dan WoS (SSCI), dengan Impact Factor sebesar (3,4).
fakultaspsikologi
Sheilla Varadhila Peristianto, M.Psi., Psikolog., sukses gelar doktor pada ujian terbuka Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada, Selasa (19/08). Penelitian yang berjudul “Konsep Rasa Rumangsa dan Kaitannya dengan Beban Subjektif Keluarga yang Merawat Individu dengan Skizofrenia” mengantarkan Sheila menjadi doktor ke-6672 yang lulus dari UGM.
Yogyakarta, 17 Juli 2025 – Bayu Soseno dan Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog, berhasil mempublikasikan hasil penelitian mereka berjudul ‘Hypnosis for enhancing subjective well-being in ischemic heart diseases: a feasibility study’ di American Journal of Clinical Hypnosis (2025), sebuah jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus (Q2) dengan SJR 2024 sebesar 0,388 dan Impact Factor (IF) 1,3.
Penelitian ini mengangkat efektivitas Hypnotic Guided Imagery (HGI) sebagai pendekatan non-farmakologis untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif pada pasien dengan penyakit jantung iskemik. Dengan melibatkan sejumlah pasien sebagai partisipan, studi ini menunjukkan bahwa intervensi hipnosis tidak hanya aman dan dapat diterima, tetapi juga memiliki potensi dalam mengurangi stres serta meningkatkan ketenangan dan kualitas hidup. Kontribusi ilmiah ini selaras dengan komitmen Universitas Gadjah Mada dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada aspek kesehatan mental dan pengembangan terapi integratif berbasis bukti.
Dua mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Nayara Azura Deva Rezky (angkatan 2023) dan Meilia Riska Haryanti (angkatan 2024), sukses meraih Juara 3 cabang Badminton Ganda Putri dalam ajang Piala Rektor Universitas Diponegoro 2025 yang berlangsung pada 3–6 Juli 2025 di Semarang.
Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM menyambut kedatangan Prof. Emiko Kashima dari La Trobe University, Australia, pada tanggal 3 Juli hingga 10 Juli 2024. Kedatangan Prof. Emiko Kashima merupakan salah satu agenda visiting professor CLSD dalam rangka kolaborasi riset internasional. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah terjalinnya kerja sama dan kolaborasi riset dengan mitra internasional, publikasi manuskrip penelitian, serta penyusunan proposal riset yang akan diajukan untuk mendapatkan pendanaan internasional di tahu mendatang. Kegiatan ini dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dipimpin oleh Sutarimah Ampuni, S.Psi., M.Si., MPsych., Ph.D., Psikolog selaku kepala CLSD serta peneliti utama, Zahra Frida Intani, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Smita Dinakaramani, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen Fakultas Psikologi UGM, dan para interns (mahasiswa magang) CLSD.
“Psikologi Menyapa Mahasiswa Program Studi Sarjana (Reguler dan IUP)” pada hari Jumat (10/3), pukul 15.00 – 17.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan secara berkala untuk membuka kesempatan berinteraksi secara terbuka antara pengelola fakultas, pengelola program studi, dan mahasiswa.
Case Competition yang diselenggarakan selama ini didominasi oleh topik-topik yang berhubungan dengan bisnis saja, “Keingintahuan kami dalam case competition adalah salah satu alasan kami dalam mengikuti lomba. Apalagi case competition kali ini pada bidang organisasi”. Selain karena kedua alasan tersebut, tim ARLOJI memutuskan mengikuti lomba untuk mencari pengalaman terkait mempelajari berbagai bentuk analisis yang belum ditemui pada sesi kelas di perkuliahan.
“Sekaligus menggabungkan pengetahuan serta pengalaman kami sebagai pengurus Lembaga Mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada (LM Psi UGM) dan passion di bidang psikologi industri dan organisasi”. Saat ini, Pahru dan Gloria sedang menjalankan tanggung jawabnya sebagai Staf Ahli di Biro PSDMO LM Psikologi UGM, sementara Alvin sebagai Wakil Ketua di organisasi yang sama
Untuk Gloria, pengalaman lomba kali ini menjadi yang pertama, sementara untuk Alvin dan Pahru sebelumnya pernah tergabung dalam tim lomba terkait penulisan esai bersama terkait bagaimana menjaga well-being pada employee yang melakukan remote working. “Harapannya, setelah mengikuti perlombaan ini jadi bisa mengimplementasikan apa yang kami pelajari dimana pun kami berada”. Selain itu, tim ARLOJI juga berharap dapat mengikuti lomba yang serupa di lain waktu.
Terkait persiapan lomba, tim ARLOJI mengawali dengan memelajari materi yang diberikan pada pre-event workshop. Tim ARLOJI mengaku bahwa workshop menjadi momen yang sangat insightful karena dapat mempelajari berbagai macam bentuk analisis guna keperluan identifikasi masalah dan potensi sebuah organisasi. Setelah workshop, panitia lomba merilis kasus yang kemudian dibaca oleh masing-masing anggota sesuai dengan pemahaman dan solusi yang dipahami. “Berikutnya, kami bertemu secara daring beberapa kali untuk melakukan brainstorming dan saling memberikan sudut pandang mengenai kasus”. Selain itu, tim juga menggunakan beberapa bentuk analisis yang dipelajari Ketika workshop serta beberapa sumber di internet maupun jurnal. Persiapan pun ditutup dengan tahapan memindahkan coretan ide masing-masing anggota ke dalam presentasi dan berlatih untuk memapaparkan.
Namun, sebelum memulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah masuk, Nurul kembali mengingatkan para partisipan yang hadir dalam KulOn mengenai empat pilar penopang, “Jadi, ketika kita berbicara tentang kesehatan jiwa, maka kita berbicara empat pilar penopang dan empat pilar penopang tersebut bersifat aktif dan harus diupayakan agar tetap berdiri”.
Selain meningatkan tentang empat pilar penopang, Nurul juga mengingatkan tentang salah satu faktor protektif yang dapat dikembangkan dan diupayakan adalah literasi kesehatan mental. Semakin tinggi literasi kesehatan mental, maka semakin tinggi kemampuan memahami diri sehingga lebih peka dan dapat melakukan deteksi dini terkait gangguan kesehatan mental. “Literasi kesehatan mental yang minim sekali di masyarakat menyebakan kesenjangan penanganan yang begitu besar”, ungkap Nurul.
Setelah menjelaskan beberapa hal terkait gangguan mental dan perilaku bunuh diri, para narasumber mulai menjawab satu per satu pertanyaan yang masuk. Salah satunya mengenai kenapa individu bisa sampai memiliki keinginan untuk bunuh diri dan Wirdatul menjawab dengan menganalogikan sebuah tiang yang menopang suatu beban. “Individu yang memiliki keinginan atau pikiran bunuh diri ibaratnya sedang menghadapi beban yang besar, tetapi tiang yang menyokong beban itu sedang rapuh”, jelas Wirdatul.
Beberapa faktor yang membuat tiang itu rapuh disampaikan oleh Wirdatul seperti, faktor sosial, memiliki pengalaman yang traumatis, memiliki diagnosis gangguan mental tunggal maupun komorbid, penyalahgunaan zat-zat dan alcohol, ketidakmampuan dan keengganan dalam meminta bantuan, serta tingkat religiusitas seseorang.
Di akhir sesi, ditutup dengan pertanyaan tentang bagaimana kiat sederhana untuk memiliki mindfull agar tidak mudah terpecah pikirannya dan kembali teringat untuk melakukan bunuh diri. “Punya rutinitas dan catatan. Jadikan diri sendiri sebagai individu yang membutuhkan catatan supaya yang dilakukan tersistematis”, jawab Nurul.
“Pikiran itu liar dan seseorang bisa saja mengalami kemunculan pikiran negative yang tiba-tiba. Sekalinya satu pikiran negatif muncul, maka akan memancing pikiran negatif lainnya untuk muncul. Oleh karena itu, menulis dan memiliki catatan adalah salah satu cara untuk menata dan merapikan pikiran-pikiran (liar) itu serta meminimalkan melakukan aktivitas multitasking”, tambah Wirdatul.
Photo by National Cancer Institute on Unsplash
Menurut penelitian pada tahun 2022 oleh Wang dan kawan-kawan menemukan bahwa remaja perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda dalam melakukan NSSI dan secara statistic perilaku NSSI lebih banyak terjadi pada perempuan. “Kami ingin sampaikan warning ke perempuan bahwa kita lebih rentan untuk melakukan NSSI. Jadi, mohon lebih waspada”, himbau Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog sebagai salah satu pembicara di KulOn kali ini.
Selain itu, Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog juga menjelaskan bahwa perilaku NSSI dapat menyebabkan candu. “Oleh karena itu, perilaku melukai diri sendiri tidak dilihat dari motifnya, tetapi dilihat dari keinginan orang tersebut melukai diri sendiri tanpa ada niat bunuh diri”. Untuk individu yang tidak memiliki gangguan mental, tetapi kemudian menyelesaikan masalahnya dengan melakukan NSSI sebagai salah satu bentuk mengatasi masalah yang instan maka akan berpotensi mengarah pada gangguan mental, depresi, maupun gangguan kecemasan jika dibiarkan terus menerus.
Melalui topik KulOn ini juga dijelaskan tentang kondisi apa saja yang dapat menyebabkan individu rentan terhadap perilaku NSSI atau disebut sebagai faktor resiko. Hal-hal yang dapat menjadi faktor resiko adalah pengalaman buruk di masa kanak-kanak, rendahnya kemampuan dalam mengelola emosi, ketidakmampuan mengungkapkan pikiran atau perasaan, keberhargaan diri yang rendah, toleransi stres yang rendah, kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah, anggota keluarga atau teman sebaya melakukan NSSI, penggunaan media sosial, memiliki gangguan mental, dan pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan. “Bukan berarti kemudian faktor resikonya lebih banyak kok faktor protektifnya lebih sedikit seolah-olah faktor protektifnya kalah, tidak. Akan tetapi, kami ingin menunjukkan bahwa banyak kondisi yang harus diwaspadai dan dicermati supaya bisa diantisipasi”, jelas Nurul.
Sementara untuk faktor protektif sebagai sebuah kondisi yang dapat melindungi atau mengurangi kerentanan individu terkait perilaku NSSI disampaikan oleh Wirdatul. Faktor protektif yang dimaksud terdiri dari 3 hal, yaitu dukungan sosial, memiliki positive coping, dan regulasi emosi yang matang.
“Apa yang harus kita lakukan ketika melihat atau menemukan orang sekitar kita melakukan NSSI? Pertama, tingkatkan literasi mengenai perilaku NSSI mengenai bahaya, konsekuensi, dampak yang tidak terduga yang tidak diketahui sebelumnya karena pelaku NSSI tidak mengetahui bahwa NSSI bisa menjadi sesuatu yang berbahaya”, jelas Nurul disela-sela penyampaian materi.
Photo by Warren Wong on Unsplash
BKM Expo 2022 dilaksanakan agar mahasiswa baru dapat mengenal setiap BKM dan Komunitas di bawah naungan Fakultas Psikologi UGM. Terdapat beberapa BKM yang mengikuti ketigatan expo tahun ini, seperti PMK, KMK, KMP, LM Psi, Repsigama, Palapsi, KRST, BPPM Psikomedia. Sementara untuk komunitas yang tergabung pada expo 2022 adalah Basket, Futsal, Badminton, OpteamA, Psikolens, YES! CPMH, dan Triba.
Selain untuk memperkenalkan BKM dan komunitas yang berada di bawah naungan Fakultas Psikologi UGM, BKM Expo 2022 juga dilaksanakan sebagai wadah sekaligus kesempatan untuk BKM dan komunitas unjuk gigi melalui berbagai macam kegiatan yang telah dijalankan. “Pada awalnya, saya selaku ketua sempat kebingungan bagaimana bentuk kepanitiaan yang paling pas sebab baru kali ini transisi dari acara daring menjadi luring”, tutur Aufa.
Ketika ditanya mengenai apa perbedaan BKM Expo 2022 dengan tahun sebelumnya, Aufa menjelaskan bahwa dua tahun sebelumnya BKM Expo dilaksanakan secara daring dan baru di tahun 2022 BKM Expo Kembali dijalankan secara luring seperti ketika terakhir kali terlaksana pada tahun 2019. Melalui tema yang diusung, “The Sky is where your dream lies, it’s time for you to fly and reach them”, BKM Expo 2022 ingin menyampaikan pesan bahwa langit selalu menjadi sumber keajaiban yang tiada habisnya, zona segala macam inspirasi, sekaligus tempat memperoleh mimpi dan menemukan tujuan. “Ini adalah Langkah awal bagi mahasiswa Fakultas Psikologi untuk terbang dan mencapai semua mimpinya melalui BKM Expo 2022”, jelas Aufa.
Selain itu, harapannya mahasiswa baru Fakultas Psikologi UGM dapat menjadi versi terbaik dari dirinya dengan jalannya masing-masing melalui berbagai macam kegiatan BKM dan komunitas. Harapannya, kegiatan yang ada di BKM dan komunitas dapat membantu para mahasiswa baru untuk berproses, berprogres, mengeksperesikan diri, mewujudkan impian, serta meraih punyak pencapaian.
“Meskipun saya dan seluruh panitia merasa lelah mempersiapkan expo, namun terbayar ketika melihat antusiasme mahasiswa Psikologi 2022 berkeliling setiap stand. Bahkan, energi dari setiap jeritan dan hentakan di puncak acara berupa penampilan dari Trisula Purba (Triba) membuat kami bersemangat menyambut mereka di berbagai organisasi, kegiatan, dan kepanitiaan di Fakultas Psikologi UGM,” terangnya. Aufa saat ditanya bagaimana perasaannya saat mempersiapkan acara BKM Expo 2022.