Kelompok Bidang Keahlian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan Seminar Purna Tugas Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S., Psikolog, Selasa (27/6). Acara yang digelar di gedung G-100 Fakultas Psikologi UGM ini dihadiri oleh segenap anggota Kelompok Bidang Keahlian Psikologi Klinis, para dosen, psikolog, dan juga mahasiswa.
Pembawa acara, Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog, mempersilahkan Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., untuk membuka acara. Rahmat berkata, “Pertemuan kita saat ini adalah merayakan pencapaian, pemikiran, dan ajaran Bu Sofia selama 44 tahun mengabdi di dunia psikologi, khususnya bidang psikologi klinis”.
“Bu Sofia adalah salah satu tokoh yang sangat berjuang dengan hati, cinta, dan waktu untuk menginisiasi adanya psikolog di puskesmas,” ucap Diana Setiyawati, M.HSc.Psy., Ph.D. yang pada kesempatan ini berkesempatan untuk mempresentasikan materi tentang Psikolog Puskesmas Kado untuk Bangsa.
“Ketika terjadi bencana tsunami di Aceh, Bu Sofia merupakan salah satu tim UGM yang terjun langsung membantu masyarakat Aceh di Meulaboh dan Banda Aceh. Bu Sofia bukan hanya memberikan konseling psikologi, melainkan juga turut berkontribusi dalam pengembangan kader kesehatan jiwa,” tutur Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog yang memaparkan berbagai karya fenomenal Sofia.
Sesi selanjutnya diisi dengan rahasia di balik kesuksesan Sofia. Sofia membeberkan alasan menjadi seorang psikolog, “Ketika SMA saya kehilangan ibu, peristiwa itu membuat saya dan tujuh saudara lainnya merasa perlu saling memberikan dukungan. Pada waktu itulah yang pada akhirnya menimbulkan kebutuhan melayani yang sangat besar. Di lain sisi, saya juga orangnya suka untuk melayani dan membantu orang lain yang membutuhkan”.
Sofia memberikan opini terkait hal yang dibutuhkan oleh bangsa, “Bangsa kita membutuhkan profesi-profesi yang menyembuhkan penyakit psikologis. Menyembuhkan bukan hanya kuratif, tetapi juga bisa preventif atau promotif. Jadi, proses untuk mengurangi gangguan jiwa harus dimulai dari promotif, preventif, baru kuratif”.
“Alat intervensi ada di dalam hati kita, ketulusan dan hadir sepenuhnya. Ini sederhana namun sering terlupa. Jangan sampai klien datang dengan sakit hati kemudian pergi semakin sakit hati karena merasa diabaikan,” ucap Sofia.
Salah satu peserta menyatakan bahwa Sofia merupakan salah satu dosen yang selalu memahami kondisi mahasiswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, “Ketika saya menjadi mahasiswa dulu, saya pernah tersentak dengan satu ungkapan dari Bu Sofia kepada saya yang setelah itu berlanjut di sesi konseling secara personal. Awal mendengarnya saya merasa marah, tetapi seiring berjalannya waktu saya menyadari dan memahami apa yang telah disampaikan oleh Bu Sofia. Pada kesempatan ini, saya ingin memberikan hadiah kepada Bu Sofia berupa buku karangan saya sendiri”.
Di akhir acara, Sofia menyampaikan, “Hasil intervensi psikologi berbeda dengan medis yang perkembangannya dapat dilihat secara cepat dan nyata. Jadi, tidak perlu sakit hati atau merasa kecewa ketika ada klien yang tidak menunjukkan perubahan yang cepat, karena bisa saja apa yang kita sampaikan menyerap di dalam otak sebagai bentuk informasi dan akan dibutuhkan oleh klien di kehidupan mendatang”.
Penulis : Relung