Loneliness, Tips Biar Hidup Nggak Ngenes: Sebuah Perspektif Psikologi Islam

Islamic Psychology Summit 2024 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar webinar online bertajuk “Loneliness, Tips Biar Hidup Nggak Ngenes”, diselenggarakan secara online melalui zoom meeting pada hari Jumat, (23/8). Acara yang diikuti 60 peserta ini merupakan respons dari maraknya perasaan kesepian di masyarakat Indonesia, dimana jejaring digital semakin terhubung, namun kesepian menjadi epidemi yang justru semakin luas dirasakan. Hasil riset Health Collaborative Center (HCC) tahun 2023 yang melibatkan 1299 responden di Jabodetabek menunjukkan separuhnya mengalami kesepian dengan derajat sedang dan tinggi.

Ustadz Salim A. Fillah, narasumber utama webinar menjelaskan dua penyebab kesepian, “Kesepian disebabkan karena dua hal. Pertama, kesepian yang disebabkan karena memang tidak memiliki keterampilan bergaul dan bersosialisasi. Kedua, kesepian yang sudah dicoba untuk bersosialisasi namun disebabkan adanya prinsip-prinsip tertentu yang kita pegang justru memberi kesendirian. Nah, akhirnya kesepian terjadi karena prinsip-prinsip kita bertabrakan dengan bagaimana keadaan sosial bekerja”. 

Islam telah menerangkan pentingnya bersosialisasi untuk kekuatan ruhani, “Sesungguhnya kekuatan untuk bersosialisasi dari komunikasi seperti tersenyum, memperkenalkan diri, dan berucap salam akan menjadi kekuatan ruhani yang menandakan bahwa seseorang telah selesai dengan dirinya dan menjadi menarik di lingkungan tertentu,” ujar Salim.

Salim memaparkan tata cara berkomunikasi yang baik dalam perspektif Islam, “Berbicara yang pelan dan menghadap sepenuhnya kepada lawan bicara adalah salah satu cara Rasulullah saw mengajarkan bagaimana beliau menunjukkan antusiasme dalam mengobrol dengan orang lain. Orang yang berbicara dalam pergaulan dengan senyum membawa kenyamanan dalam bergaul. Orang menjadi aman, merasa tidak terancam dengan kedatangannya”.

Selanjutnya, Salim berpesan bagi mereka yang menjadi tempat curhat orang lain, “Kegiatan keagamaan bukan hanya ritual, namun menjadi obat bagi hati yang ternoda dan keruh untuk kembali bersih ketika bergaul kembali. Mendengarkan orang tentunya bukan perkara ringan karena kita menjadi tempat menampung. Ketika masuk ke diri kita, menetralisirnya tentu dengan aktivitas ruhani kepada Allah Swt. Orang yang memiliki kekuatan ruhani yang kuat segala persoalannya telah selesai, dilimpahkan kepada Allah sehingga ketika ia turun ke lingkup sosial, dia dapat menjadi sandaran bagi orang lain”.

Penulis : Relung Fajar Sukmawati