Arsip:

Rilis

Kunjungan Dr. Maya Kassandra Soetoro-Ng ke Fakultas Psikologi UGM

Universitas Gadjah Mada kedatangan seorang guru besar dari University of Hawai at Manoa (UHM), Dr. Maya  Kassandra Soetoro-Ng (11/06/13). Tujuan kedatangan adik tiri dari Barack Obama Presiden Amerika Serikat beserta rombongan untuk melakukan penandatanganan MoA (Memorandum of Agreement) antara UGM dan UHM, Yogyakarta – Honolulu sebagai target penelitian Resilience City, pembukaan Museum UGM di Bulaksumur D6-7, dan kunjungan ke fakultas-fakultas terkait salah satunya Fakultas Psikologi UGM.

“Kita kedatangan ibu Maya karena Fakultas Psikologi  yang terdekat dengan ilmu beliau, yaitu pendidikan. Fakultas menyuguhkan sebuah tayangan dan poster-poster bertema Psychology of Disaster: from Action to Education. Hal ini bertujuan memaparkan kiprah fakultas menangani serta melakukan penelitian tentang kebencanaan di Indonesia, yang dari alam maupun ulah manusia.”, ungkap Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM.

Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D juga menambahkan, “UHM sangat serius menggarap proyek ini (penelitian kebencanaan). Pimpinannya adalah Dolores, beliau adalah chair dari departmen regional and planning social science. Inilah yang menarik saya ingin mengerti regional planning dalam disaster management.”

Psikolog Muda Indonesia Melintas Batas


Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan adanya problem kesehatan mental yang masih membutuhkan perhatian. Prevalensi nasional gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 0,5%. Sementara prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur ≥ 15 tahun adalah 11,6%. Meski profesional kesehatan mental dan layanan kesehatan mental telah tersedia di Indonesia, World Health Organization menyatakan bahwa diskrepansi antara kebutuhan dan layanan kesehatan mental yang diperoleh masyarakat (treatment gap) masih berada di atas angka 75%. Dengan kata lain, baru seperempat dari masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan mental benar-benar mendapatkannya.

Membaca kondisi tersebut, para psikolog muda dari Magister Psikologi Profesi Angkatan 8, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, menyadari perlunya melakukan hal yang melampaui batas sistem pendidikan yang ada. Para psikolog muda ini berinisiatif menciptakan peluang belajar di luar pendidikan profesi yang ada. Centre for International Mental Health (CIMH), University of Melbourne, menjadi tempat belajar yang dianggap paling tepat. Apalagi dengan Melbourne sebagai kota dengan system kesehatan mental yang mapan. Semangat para psikolog ini dibungkus dengan tema “Psikolog Muda Indonesia Melintas Batas”

Inisiatif ini mendapat sambutan yang sangat baik dari Fakultas Psikologi UGM maupun CIMH University of Melbourne. Serangkaian kegiatan dalam tajuk “Intensive Course in Mental Health: Integrating Psychology into Primary Care” selanjutnya disusun dengan bantuan Diana Setyawati, M. Sc., dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus PhD Candidate di University of Melbourne. A/ Prof. Harry Minas selaku direktur CIMH bersama pakar kesehatan mental lainnya juga mendukung penuh dan antusias menyambut program tersebut. Berbagai materi mengenai kesehatan mental disampaikan dengan epic oleh berbagai ahli di bidangnya, yaitu A/ Prof. Harry Minas, A/ Prof. Grant Blashki, Dr. Ruth Wraith, Dr. Erminia Collucci, Dr. Risuko Kokuma. Selain mendapatkan materi, para Psikolog Melintas Batas ini pun berkesempatan untuk mempresentasikan program CPMH dengan dimoderatori oleh Dr. Krishna Hort. Sebagai pelengkap kegiatan, rombongan pun berkesempatan untuk melihat langsung bagaimana St. Kilda Super Clinic dan Beyond Blue Organization bergerak untuk memberikan layanan kesehatan mental di Australia.

Program yang terealisasi pada tanggal 13-17 Mei 2013 ini telah melalui proses persiapan selama kurang lebih satu tahun, baik persiapan yang bersifat administratif, konten kegiatan, maupun finansial. Proses yang tidak singkat tersebut pada akhirnya membuahkan hasil yang melampaui ekspektasi. Sebanyak 18 mahasiswa didampingi 5 orang dosen mendapatkan materi di luar pendidikan Magister Psikologi Profesi yang penting bagi pengembangan sistem kesehatan mental Indonesia ke depan. Proses diskusi juga menghasilkan sejumlah poin evaluasi dan rekomendasi untuk pendidikan profesi calon psikolog di Indonesia.

Mengutip pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Harry Minas, bahwa tanggung jawab seorang psikolog klinis atau professional kesehatan lainnya tidak hanya terbatas pada pasien atau klien yang ditemui di ruang praktik saja, melainkan masyarakat Indonesia secara umum. Untuk itu, sebagai tindak lanjut program, para psikolog muda yang telah melintas batas ini bermaksud mendiseminasikan dan menularkan semangat perubahan positif demi masyarakat Indonesia yang sehat mental. Pada akhirnya, kita layak berharap apa yang dilakukan para psikolog muda ini menjadi satu langkah di antara langkah-langkah lain yang dilakukan di berbagai tempat yang berkontribusi atas perjalanan menuju system layanan kesehatan mental Indonesia yang lebih baik.

Sarasehan Pancasila, Kebhinekaan, dan Suryomentaran

Sarasehan Pancasila, Kebhinekaan, dan Suryomentaram (3/6) dibuka oleh Dekan Psikologi UGM dengan pembicara yaitu, Prof. Drs. Koentjoro, MBs.C, Ph.D., Ki Prasetyo dari Komunitas Suryomentaram Yogyakarta, Drs. M. As’ad, S.U., dan Ryan Sugiarto mahasiswa Pasca Sarjana Psikologi UGM di G-100. Sarasehan unik ini diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana Psikologi, bekerja sama dengan bagian Psikologi Sosial UGM.

Acara tersebut memberikan pandangan lebih mengenai peran psikologi dalam konteks kebangsaan dan kebhinekaan. Perlu disadari bahwa psikologi memiliki peran untuk mengelaborasi keharmonisan dari keragaman etnis dan budaya.

Tanggal 1 Juni terhitung sebagai Hari Sakti Pancasila. Disampaikan dalam sarasehan bahwa hal itu sebagai upaya untuk merepresentasikan Pancasila sebagai falsafah dasar Indonesia. Bhineka Tunggal Ika yang tertera pada lambang Garuda merupakan perwujudan dari kenyataan psikologis bangsa yang terus menerus diperjuangkan.

Ki Ageng Suryomentaram sebagai salah satu intelektual Jawa, memaknai kebhinekaan sebagai jalan komunikasi antar kebudayaan. Pemikirannya sebagai bagian dari perjuangan mempererat rasa kebangsaan. Acara sarasehan mengeksplorasi bagaiman pemikiran beliau dalam konteks kebangsaan. Harapan dari sarasehan ini adalah agar mampu memberikan perspektif kenusataraan di bidang Psikologi di Indonesia. Salam psikologi kenusantaraan!

Sri Lestari Raih Doktor UGM ke-1971

Sri Lestari, mahasiswa Program Doktor Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada telah resmi menjadi doktor UGM ke-1971 (31/05/13). Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Konsep dan Transmisi Nilai-Nilai Jujur, Rukun, dan Hormat". Dewan penguji atas kelayakan disertasinya terdiri dari Prof. Dr. Amitya Kumara selaku ketua, Prof (emr). Dr. Bimo Walgito sebagai promotor dengan ko-promotor Prof. Dr. Faturochman dan Dr. MG. Adiyanti, selanjutnya Prof (ret). Dr. Sartini Nuryoto, Prof. Dr. Tina Afiatin, Dr. Wisjnu Martani, dan Dr. Nanik Prihartanti selaku anggota penguji.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang akrab dipanggil Tari ini menjelaskan penelitiannya melibatkan 120 keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak suku Jawa. Ia ingin mengetahui bagaimana konsep jujur, rukun, dan hormat dalam perspektif orang Jawa dan bagaimana dinamika psikologis transmisi nilai orangtua kepada anak yang terjadi dalam pengasuhan.

"Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsep jujur serupa dengan konsep jujur dalam budaya Barat dan Asia Timur. Perbedaannya dengan budaya Barat, dan serupa dengan budaya Asia Timur adalah dalam penerimaan terhadap ketidakjujuran. Konsep rukun memiliki kesamaan dengan konsep harmoni dalam budaya Asia Timur. Namun dari komparasi literatur diketahui bahwa konsep rukun dilandasi ajaran budaya dan agama, sedangkan konsep harmoni dilandasi filosofi Konfusianisme. Konsep hormat pada orang lain (nguwongke) bersifat universal.", papar wanita kelahiran Sukoharjo saat ujian terbuka.

Tari lebih lanjut mengatakan bahwa orangtua dalam keluarga terbukti mentransmisikan nilai jujur, rukun, dan hormat kepada anaknya, namun nilai jujur yang paling sulit. Kualitas hubungan orangtua-anak dan pemantauan menjadi jalur transmisi nilai dari orangtua kepada anak.

Bertempat di ruang auditorium Fakultas Psikologi UGM dan dihadapan partisipan, ibu dari tiga anak ini menyarankan agar orangtua lebih mengasah kepekaan emosi moral anak, kemampuan mengelola konflik secara konstruktif dan bersikap peduli serta bersikap konsisten.

UGM dan St. Norbert College Berkolaborasi Riset Pendidikan ABK

Untuk memajukan pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia, Universitas Gadjah Mada yang diwakili Dr. Neila Ramdhani, M.Si., M.Ed., dosen Fakultas Psikologi bekerja sama dengan Prof. Robert L. Osgood, Ph.D, pakar special needs education dari St. Norbert College Amerika. Pada 16-22 Mei 2013, keduanya bersama tim melakukan pengumpulan data  dan kolaborasi riset mengenai pendidikan dan pengasuhan anak-anak autis. Pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan ke beberapa sekolah inklusi, sekolah khusus, serta melakukan observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan anak-anak berkebutuhan khusus di yogyakarta.

Selain itu, Dr. Bob sapaan akrab dari Robert L. Osgood juga mengisi seminar mengenai perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Amerika (22/5). "Pada awalnya anak-anak berkebutuhan khusus di Amerika mendapat pendidikan yang terpisah dengan anak-anak biasa. Namun berkat advokasi dari masyarakat, pada akhirnya sekarang ini anak-anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah bersama-sama dengan anak normal", paparnya di ruang auditorium Fakultas Psikologi UGM.

Lebih lanjut Dr. Bob menjelaskan masih banyak isu yang menyangkut pendidikan untuk ABK di Amerika, seperti pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menangani ABK, masalah pendanaan dari pemerintah, juga isu konstruksi sosial mengenai ABK serta pendidikan guru ABK dan guru normal.

Peserta seminar sekitar 50 orang, terdiri dari mahasiswa sarjana, pascasarjana, dan alumni/praktisi yang berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka sangat antusias mengikuti seminar sampai selesai. (Narasumber: Tanti Kostaman)

Psikologi Islam sebagai Ilmu

Jum’at (17/5) pukul 09.30-11.30 di auditorium G-100 diselenggarakan bedah buku format seminar bertajuk ‘Motivasi dengan Perspektif Psikologi Islam’ karangan Dr. Bagus Riyono, M.A. Buku tersebut merupakan bentuk lain dari disertasi beliau pada bulan Mei 2011. Acara ini diketuai oleh seorang dosen muda, Lu’luatul Chizanah, M.Si. Seminar juga dimeriahkan oleh tari Aceh dari komunitas SEPAT. Acara berjalan lancar.

Kerja sama dari Asosiasi Psikologi Islami (API) menggandeng Islamic Psychological Learning Forum dari BKM KMP pun membuahkan hasil. Peserta seminar mencapai 100 orang. Selain peserta berasal dari mahasiswa dan karyawan Psikologi UGM, juga datang dari fakultas lain baik S1 maupun S2, serta dari Universitas Islam Indonesia. Turut hadir di acara, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, Sus Budiharto, M.Si., Psi.

Tiga pembicara dalam seminar ini yaitu Dr. Bagus Riyono, M.A., Fathul Himan, M.Psi., M.A., Ph.D, dan K.H. Hasan Abdullah Sahal. K.H Hasal Abdullah Sahal sendiri merupakan Pimpinan Pondok Modern Gontor saat ini. Perspektif bedah buku ini, berusaha mengkaji psikologi yang bernafas Islam. Psikologi Islam berusaha menganalisis konstrak motivasi tidak hanya di ranah Psikologi, namun juga perspektif Islam. Dasarnya, keilmuan dan agama sifatnya saling mendukung.

Mengajukan konstrak teori baru, yaitu teori R.U.H, motivasi terdiri dari risk, uncertainty, dan hope. Apabila dibandingkan dengan konstrak Islam, R.U.H mirip dengan raja’. Dalam bukunya, beliau juga menegaskan bahwa anchor sebagai inti dari pencarian motivasi tanpa henti. Terutama bagi Indonesia, yang masih berkembang secara perekonomian dan pendidikan. Seperti yang ditulis oleh harian Bernas Jogja di tahun 2010, anchor yang dimaksud oleh beliau memiliki dinamika paradoks antara kebebasan yang dinamis, dengan kecenderungan untuk mencapai kestabilan.

“Sangat suka buku ini, bandingkan teori barat dan Islam, bukti bagaimana teori barat ada yang terlewat dan bagaimana teori-teori baru itu muncul, diambil dari Al-Qur’an,” ujar pembicara undangan, Prof. Djamaludin Ancok, saat seminar. Beliau juga mengatakan bahwa perspektif dasar keduanya sangat berbeda. Perspektif Islam sangat positif, optimis dengan kemampuan psikologis manusia. Sebaliknya, pengambilan data teori barat, diambil dari subjek yang mengalami gangguan jiwa.

“Psikologi sangat subjektif. Seperti gosip. Saling melempar gosip dan kita meyakininya,” terang Dr. Bagus Riyono, M.A. Psikologi penuh dengan opini. Teori psikologi adalah opini pribadi dari pemilik yang diakui. “Jangan percaya pada opini. Percaya pada faktanya,” tegasnya.

“Pemikiran pribadi tidak bisa menjadi pegangan karena bersifat relatif,” imbuh Fathul Himan, M.Psi., M.A., Ph.D. Beliau juga menambahkan bahwa walaupun saat ini lama-kelamaan kita belajar untuk memaklumi ilmu psikologi yang sekarang.

Paparan dari K.H. Hasan Abdullah Sahal pun menggelitik. Ilmu psikologi ternyata bukan hal yang baru dalam Islam. “Asal muasal psikologi di Islam namanya ilmu nafs (diri-red),” ujar beliau. Melalui video call, beliau mengakhiri sesinya dengan mengatakan bahwa semua ilmu pasti punya asumsi dasar, termasuk psikologi. Psikologi Islam pun berasumsi, yang berasal dari Al-Qur’an, hadits, dan pakar ilmu nafs, seperti Al-Ghazali.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.At-Tiin [95:4])

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 50 Sarjana Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada meluluskan 50 sarjana pada wisuda periode 21 Mei 2013. Hingga saat ini alumni sarjana berjumlah 4.235 orang.

Jumlah lulusan yang berpredikat cumlaude sebanyak 23 orang. Mereka adalah Ardian Praptomojati, Mutia Nur Kartika Rahmah, Aulia Tiara Wahyu Mardani, Wisuka Paluphi, Shufi Dinar Artilia, Krysna Yudy Nusantari ,Yunita Fauziah, Karinindya Noorsani, Pauline Pinkan Pantauw, Dwiati Rindra ,Tifani Faradita Muslima, Karlina Noviasari, Bryna Nur Isnani, Emerald Handal Syahranie, Aninda Arlitasari, Fitriana Widyastuti, Deva Riva’a Fassah, Raninta Wulanwidanti, Clara Lukitasari Wibowo, Faisal Adhitya Dirgantara, Muchlis Noor Asdianto, Soraya Januaria, Fajar Ruddin.

Acara pelepasan wisudawan bertempat di ruang auditorium fakultas. Agenda pada hari tersebut ialah sambutan, penyerahan transkrip, pemberian penghargaan, dan kenang-kenangan, dan doa sebagai penutup.

Sambutan pertama dari wisudawan diwakili oleh Karinindya Noorsani. Sambutan dari orangtua diwakili Suwandu Danu Subrata, orangtua Mutia Nur Kartika Rahmah. Sambutan berikutnya dari ketua keluarga alumni (Kapsigama) Drs. Isnanti Bachtiar Senoadi, MM. Terakhir sambutan dari Supra Wimbarti, M.Sc, Ph.D selaku dekan.

Selanjutnya penyerahan transkrip dilakukan Prof. Dr. Amitya Kumara selaku wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan. Wisudawan secara bergantian menerima transkip pencapaian hasil belajar selama menjadi mahasiswa.

Fakultas diwakili Prof. Dr. Amitya Kumara memberikan piagam penghargaan kepada wisudawan berprestasi. Kategori penghargaan akademik perolehan IPK tertinggi 3.81 diraih oleh Ardian Praptomojati. Kategori lulusan tercepat dengan masa studi 3 tahun 5 bulan diraih oleh Karinindya Noorsani.

Sebagai tanda cinta kepada almamater, lulusan memberikan kenang-kenangan untuk fakultas. Penyerahan kenang-kenangan diwakili oleh Aninda Arlitasari dan diterima oleh Rahmat Hidayat, Ph.D selaku wakil dekan bidang keuangan, sumber daya manusia, dan aset. Aninda merupakan lulusan termuda di wisuda periode III TA 2012/2013 dengan usia 20 tahun, 11 bulan, 10 hari.

Pada acara pelepasan tersebut, fakultas juga menerima piala atas kemenangan tim palapa pada Psycho Battle UMM 2013 sebagai juara satu dan dua dan tim futsal juara dua se-jabodetabek yang diadakan oleh Univeristas Gunadarma beberapa waktu lalu.

Selamat dan sukses.

Lembaga Pemasyarakatan Butuh Sistem Layanan Kesehatan Mental

Berdasarkan rapid assessment dan pendampingan psikologis yang dilakukan Tim CPMH Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada terhadap 31 orang tahanan di Lapas Cebongan diketahui bahwa pasca penyerangan tersebut, sebagian besar tahanan mengalami gejala trauma.

"Permasalahan yang ada di LP Cebongan tidak sendirian, namun pada skala yang bermacam-macam terjadi di LP se-Indonesia. Seandainya Pak Wamen (Wakil Menteri Hukum dan HAM, Prof. Dr. Denny Indrayana, S.H.,LL.M), beliau bisa terketuk bahwa LP itu seyogyanya menghadirkan psikolog untuk membantu Bapak/Ibu sekalian yang ada di sana paling tidak permasalahan psikologis", tutur Supra Wimbarti, M.Sc, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UGM saat membuka workshop sehari "Membangun Sistem Layanan Kesehatan Mental di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia" (1/5/2013).

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Sleman, Drs. B. Sukamto Harto, Bc.IP mengatakan banyaknya permasalahan psikologis yang terjadi di lapas. Mereka yang mendapatkan suatu tindakan penahanan apalagi terpidana akan mengalami gangguan psikologis terutama mengubah lingkungan hidup. Mereka yang biasanya hidup bersama keluarga harus hidup di lingkungan penjara. Persepsi mereka sebelum masuk saja sudah macam-macam, nanti diborgol, hidup bersama preman-preman apakah akan diperas atau dipukuli. "Saya di sini menyampaikan secara umum gangguan psikologis yang terjadi di lembaga pemasyarakatan diantaranya rasa takut, cemas, malu, merasa bersalah, kecewa, dendam, hilang kepercayaan diri, frustasi, dan sebagainya", ungkap Sukamto.

Di ruang auditorium Fakultas Psikologi UGM, Dra. Reni Kusumowardhani, M.Psi pada kesempatan yang sama di depan para pejabat lapas menyatakan dukungan adanya sistem layanan kesehatan mental di lembaga pemasyarakatan di Indonesia."Libatkan kami psikologi secara komprehensif dari hulu ke hilir, jadi jangan ujug-ujug ke lapasnya. Karena proses dan masalah itu dimulai dari sebelum mereka masuk ke lapas. Sehingga pra lapas, saat di lapas, pasca lapas, psikologi bisa berperan di dalamnya",ujar Psikolog RSUD Cilacap dan Konsultan Psikologi Kusumowardhani.

"Kami menyambut uluran tangan kalau ada yang membantu menangani permasalahan-permasalahan yang ada di lapas. Sudah kami tangani, namun tidak semua hal bisa kami tangani sendiri di LP", sambut Wakil Menteri Hukum dan HAM, Prof. Dr. Denny Indrayana, S.H.,LL.M.

Kondisi lapas per 30 April 2013, jumlah penghuni lapas 157.684 orang, kapasitas hunian lapas/rutan seluruh Indonesia untuk 104.864 orang. Prosentasi over kapasitas 150,37%. Jumlah petugas pemasyarakatan seluruh Indonesia 30.181 orang. Ini laboratorium psikologis luar biasa kalau ingin mengeksplor, mengaplikasikan ilmu-ilmu psikologis. "Harusnya ini sistem yang menjadi bagian sistem pemasyarakatan yang sekarang masih lepas. Kami akan sangat-sangat terbuka untuk menerima apapun bentuk kerja sama bagi pola pembinaan di pemasyarakatan", pungkas Denny.

Luka Psikologis di Lapas Kelas II Sleman Yogyakarta

Penyerangan yang terjadi 23 Maret 2013 lalu di Lapas Kelas II Sleman Yogyakarta yang saat ini lebih sering disebut dengan Lapas Cebongan merupakan tragedi yang membuat seluruh mata dunia tertuju pada lemahnya penegakan hukum dan perlindungan negara terhadap warganya, termasuk yang berada di bawah perlindungan pemasyarakatan. Penyerangan tersebut telah menewaskan empat orang dan menyisakan luka psikologis bagi sedikitnya 31 tahanan penghuni Kamar Blok A5 dan sebelas petugas keamanan yang berjaga pada malam penyerangan.

Berdasarkan rapid assessment dan pendampingan psikologis yang dilakukan Tim CPMH Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada terhadap 31 orang tahanan di Lapas Cebongan diketahui bahwa pasca penyerangan tersebut, sebagian besar tahanan mengalami gejala trauma. Para tahanan merasa takut, terancam jiwanya, cemas, sulit tidur, tidak dapat rileks dan selalu waspada, serta merasa tertekan dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan dari berbagai pihak. Peristiwa penyerangan telah membuat beban masalah yang mereka hadapi semakin berat. Para tahanan mengungkapkan bahwa sebelum terjadi penyerangan pun mereka sudah bergelut dengan masalah hukum masing-masing yang membuat perasan mereka cemas, tidak menentu, dan bahkan putus asa.

Lembaga pemasyarakat telah memiliki sistem pembinaan yang cukup baik dari aspek finansial. Para warga binaan pemasyarakatan (WBP) dibekali dengan wawasan dan pengetahuan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi, misalnya keterampilan wirausaha. Namun, penghuni lapas merupakan kelompok rentan yang sangat berisiko mengalami masalah dan gangguan psikologis. Sehingga penguatan dari sisi kemampuan wirausaha saja tidaklah cukup. (sumber: press release CPMH)

Fakultas Psikologi UGM Menjuari Psycho Battle UMM 2013

Tim Palapa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berhasil memboyong kejuaraan Psycho Battle UMM 2013. Juara satu diraih oleh tim Palapa 1 terdiri dari Triadi Imron Rosyadi, Taufik Akbar Yunanto, Irfan Halim. Selain itu, Tim Palapa 2 juga tampil sebagai juara 2. Palapa 2 terdiri dari Adelia Khrisna Putri, Ismi Nur Arifah, Tika Faizatul Munawarah.

Universitas Muhammadiyah Malang sebagai tuan rumah psycho battle UMM 2013, menyabet juara 3. Cerdas cermat nasional keilmuan Psikologi tersebut mengangkat tema "Become great psychologist with spiritual power for better nation”. Sebuah kompetisi yang mengkaji dasar-dasar teori dan keilmuan psikologi serta prakteknya dalam konteks spiritualitas serta Psikologi Islam.

Universitas Gadjah Mada berhasil unggul atas Universitas Negeri Malang, Universitas Darul Ulum, UIN Jakarta, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Malang. Selama tiga hari dari tanggal 26 sampai 28 April 2013, UGM melewati enam babak cerdas cermat. Empat babak awal berupa “First Recall Test”, “Attention Distraction”, “Mix and Match Phrase Inside”, terakhir “Pauli Wanna be”. Pada babak semi final “Tension and Anxiety Test” masih tersisih lima peserta. Pada babak final “Detect it Short Clip” hanya tersisa dua tim UGM dan satu tim Universitas Muhammadiyah Malang. Akhirnya dewan juri menobatkan dua tim Palapa Fakultas Psikologi UGM sebagai juara satu dan juara dua.

"Kami hanya bisa mengucapkan Alhamdulillah, karena banyak diberi kemudahan dan kelancaran selama proses psycho battle. Jujur kami sangat tidak menyangka bisa menjuari ini bahkan dua tim. Acara (psycho battle) semakin memberi warna dan pengalaman yang sangat besar. Semakin menunjukkan bahwa setiap hal harus dilakukan secara maksimal dan stay optimis", ungkap Adelia. Hal serupa juga diungkapkan oleh Triadi Imron yang menyatakan bahwa, "Kemenangan yang UGM raih bukanlah semata-mata nilai prestisius semata, namun harus dikembalikan pada semangat pengembangan ilmu psikologi yang berbasis pada kesejahteraan sesuai konteks budaya dan kepercayaan masyarakat di Indonesia serta menyadari bahwa Indonesia membutuhkan banyak solusi hari ini.”