Arsip:

Rilis

CICP Fakultas Psikologi UGM Ikuti 5th AAICP Conference


Dosen dan mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang tergabung dalam Center of Indigenous & Cultural Psychology (CICP) mengikuti 5th Asian Association of Indigenous and Cultural Psychology (AAICP) Conference (10-11/01/14). Beberapa alumni juga ikut konferensi. Bahkan diantara mereka ada yang menerima penghargaan. Konferensi kali ini bertema stress, health and well-being: indigenous, social and cultural perspectives. Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai tuan rumah konferensi dan UGM salah satu pendukungnya.

CICP memfasilitasi tiga mahasiswa program doktor, empat mahasiswa program pascasarjana dan enam tim mahasiswa program sarjana untuk presentasi hasil penelitian. Selain itu ada beberapa mahasiswa yang berpartisipasi atas inisiatif sendiri maupun melalui bimbingan dosen secara individual. Hasilnya, poster yang ditayangkan mahasiswa program sarjana menarik banyak pihak untuk bertanya dan berdiskusi. Pada presentasi oral, beberapa mahasiswa program sarjana mendapat pujian atas presentasi berbahasa Inggris. Lainnya, Siti Rohmah Nurhayati mahasiswa program doktor mempresentasikan penelitian tentang kualitas perkawinan. Tri Rejeki Andayani mempresentasikan penelitian pra disertasinya. Ada juga presentasi dari empat mahasiswa magister psikologi yang merupakan pengembangan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Maida Rahmania diantara alumni Fakultas Psikologi UGM yang hadir, ia mempresentasikan tesisnya tentang pemutusan rantai tawuran pelajar. 

Niken Larasati yang baru lulus sarjana Psikologi menerima Jung Tae-Gon Award atas prestasinya yang aktif dalam forum dan publikasi internasional. Dr. Mirra Noor Milla, alumni program doktor menerima Prk Jung Heung Young Scholar Award.

Petinggi CICP yang ikut adalah Prof. Dr. Faturochman dan Prof. Kwartarini W.Y., Ph.D. Prof. Dr. Faturochman selain presentasi dan penanggungjawab (convenor) dua simposium, juga sebagai chair keynote Prof. Kwang-Kuo Hwang dari Taiwan dan Prof. Rosna dari Malaysia. Prof. Kwartarini W.Y., Ph.D sebagai convenor satu simposium dan chair keynote yang dibawakan Prof. Akira Tsuda dari Kurume University Jepang.

Puncak Dies Natalis ke-49

Fakultas Psikologi UGM genap berusia 49 tahun (8/1/2014). Rapat senat terbuka dengan agenda pembacaan laporan dekan, tasyakuran, dan peluncuran buku "Perkembangan Psikologi Masa Kini: Kajian Berbagai Bidang" merupakan puncak dies natalis sebelum lustrum ke-X.

Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam memimpin rapat senat terbuka pukul 09.00 WIB di ruang A-203. Dekan Fakultas Psikologi UGM Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D selama 45 menit membacakan laporan capaian kerja selama satu tahun di hadapan sekitar 70 anggota Senat. Rapat senat diakhiri dengan foto bersama memakai baju batik dies.

Pada pukul 10.30 WIB, tasyakuran di ruang auditorium G-100. Pada kesempatan tersebut fakultas mengundang hampir 400 tamu yang meliputi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, para purna tugas, rektor dan pejabat dekan fakultas se-UGM, serta tamu undangan.Pada kesempatan berbahagia tersebut, fakultas memberikan penghargaan kepada insan berprestasi yang diberikan kepada  tiga tenaga pendidik, tiga tenaga kependidikan, serta 61 mahasiswa. Fakultas juga memberikan kenangan-kenangan kepada Drs. Moh Asad, S.U., dan Yatiman yang telah purna tugas di tahun 2013. Selanjutnya pemberian hadiah kepada pemenang lomba dies yaitu “lomba bahasa isyarat”, “lomba threesis”, lomba gobak sodor & theklek. Pelantikan & penyerahan SK Pengurus POTMAPSI periode 2013-2017. Potongan tumpeng kali ini diberikan kepada Prof. Dr. Asip F Hadipranata, yang merupakan maha guru Fakultas Psikologi UGM yang sudah purna tugas. Acara dies diramaikan juga oleh pembagian doorprice dari rekanan dan hiburan oleh mahasiswa  “Afriza n friends”.

Berikut daftar para insan berprestasi Fakultas Psikologi 2013.
Tenaga Pendidik
1. Dra. Nida Ul Hasanat, M.Si bidang penelitian.
2. Dra. Budi Andayani, M.A. bidang pengabdian kepada masyarakat.
3. Wahyu Widhiarso, S.Psi., M.A. bidang publikasi.

Tenaga Kependidikan
1. Yudi Vantoro
2. Sussanti
3. Etik Setyaningsih

Daftar mahasiswa berprestasi lihat

Lomba Threesis
Juara 1    Miftahul Mushlih, Mahasiswa S1 Fakultas Biologi UGM judul penelitian Analisis Pola Pewarisan Suara Ayam Pelung (Gallus Gallus Dom., L. 1758) Juara Guna Konservasi Sumber Daya Genetik Lokal

Juara 2    Mahya Nur Rohmah    Mahasiswa S1 Fakultas Pertanian UGM judul penelitian Jenis dan Kepadatan Tungau-Debu Rumah di Pemukiman Sendowo, Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman DIY

Juara 3 (Favorit)    Alifah Yuli Nugraeni    Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi UGM    judul penelitian AB’s C (Averrhoa bilimbi L.’s Candy) sebagai Stabilisator Tensi Darah bagi Penderita Hipertensi

Lomba Bahasa Isyarat
Juara 1    Rafidah    mahasiswa Universitas Brawijaya Malang
Juara 2    Dita Asmara Sofyani mahasiswa Universitas Satya Wacana Salatiga
Juara 3    Sixma Nasta Pitoyo mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lomba Desain Logo Lustrum X Psikologi UGM

Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Psikologi UGM yang ke-50 (Lustrum X). Panitia Lustrum X Psikologi UGM mengadakan lomba desain logo ulang tahun fakultas Psikologi UGM yang ke-50. Logo akan digunakan sebagai lambang acara Dies Natalis yang akan berlangsung selama 1 tahun acara.

poster

Tema Dies Natalis Fakultas Psikologi UGM yang ke-50 : "Menjadi Insan Indonesia yang Tangguh dan Bahagia"

Kriteria penilaian dari logo adalah :
– Kesesuaian dengan Tema
– Filosofi Logo (dilampirkan bersama logo)
– Orisinalitas

Peserta :
– Civitas Akademika Psikologi UGM
– Alumni Psikologi UGM
– Mahasiswa UGM
– Pelajar SMA / sederajat

Hadiah:
– Juara 1 : Rp 3.000.000,-
– Juara 2 : Rp 2.000.000,-
– Juara 3 : Rp 1.500.000,-

Periode Lomba 8 Januari – 8 Februari 2014

Format Pengumpulan :
CD & Hard Copy Print warna A4 [kertas dove/glossy]
Ke Sekertaris Pimpinan Fakultas Psikologi UGM (Gedung A Lt 2)  a.n Veri Kristiningsih

Info Lebih Lanjut :
Twitter : @LustrumXPsiUGM
Fanpage : Lustrum X Psikologi UGM
CP : 083877396917 (Tio)

Raih Doktor Usai Meneliti Perubahan Organisasi Universitas Islam Negeri

YOGYAKARTA – Perubahan merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan dalam kehidupan sebuah organisasi. Berhasil dan tidaknya perubahan di organisasi bergantung pada individu-individu anggota organisasi untuk berubah. Pasalnya, setiap perubahan organisasi cenderung meningkatkan emosi negatif, kecemasan, ketidakpastian, dan ketidakjelasan di antara sesama anggota organisasi. “Perubahan yang diinisiasikan oleh organisasi tidak akan berhasil jika belum menyentuh ranah individu, artinya tidak akan ada perubahan jika belum belum berhasil membuat individu berubah,” kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Erika Setyanti Kusumaputri, dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Psikologi UGM, Senin (6/1).

Penelitian disertasinya ini membahas tentang kontribusi kapabilitas dan partisipasi pada keterbukaan perubahan organisasi di dua institusi perguruan tinggi islam negeri, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Erika menemukan bahwa individu yang memiliki keterbukaan pada perubahan cenderung untuk memunculkan fleksibilitas ketika dihadapkan pada tantangan baru. Lebih jauh, ia menerangkan, anggota organisasi yang secara tipikal terbuka pada perubahan dalam situasi kerja personal akan lebih terbuka pada perubahan organisasi dibandingkan dengan mereka yang tidak terbuka pada perubahan.“Perubahan dapat dilakukan apabila muncul kepercayaan anggota kepada pemimpin, kekompakan sesama anggota serta tingkat persaingan antar anggota yang tidak terlalu mendominasi,” ujarnya.

Dalam hal implementasi perubahan, kata Erika, pemimpin harus mampu mengutamakan proses partisipasi aktif dari anggota. “Pemimpin selalu berada di belakang anggota untuk mendukung, siap membantu menghadapi kendala, melakukan komunikasi mengenai informasi kemajuan dan melakukan evaluasi perubahan,” tukasnya.

Namun begitu, pengembangan komitmen pada perubahan akan lebih optimal lagi apabila ada hasil evaluasi situasi perubahan yang sedang berlangsung. Hal ini terkait erat pada orientasi budaya kolektif anggota organisasi yang mampu mengarahkan usaha mereka untuk mendapatkan identitas sosial. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Sumber: ugm.ac.id

Perilaku Proposial Mahasiswa Masih Rendah

Di sekolah dan kampus usaha peningkatan perilaku proposial telah banyak dilakukan seperti dengan mengadakan gerakan pramuka berdasarkan Keputusan Presiden No. 238/1961 tentang Gerakan Pramuka bagi siswa, mahasiswa, dan pemuda di Indonesia. Gerakan ini sangat positif bagi pembentukan perilaku proposial, yang praktiknya didasarkan falsafah Pancasila dan bertujuan mendidik serta membina kaum muda Indonesia dalam mengembangkan emosi dan perilaku sosial seperti kerja sama, gotong royong, dan membantu orang lain. Semua itu berguna agar mereka dapat menjadi manusia yang berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur.

“Selain itu bisa melalui PMR maupun Korps Suka Rela yang bisa membantu peningkatan perilaku proposial,” kata Siti Mahmudah, M.Si dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Kamis (2/1) di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.

Dalam disertasinya yang berjudul Model Yang Efektif untuk Memprediksi Perilaku Proposial Mahasiswa, Siti melakukan penelitian terhadap salah satu perguruan tinggi di Malang. Berkembangnya perilaku proposial mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Malang tersebut, selain menindaklanjuti usaha preventif yang dicanangkan pemerintah (menerapkan UUD sistim pendidikan nasional, PP, KePres tentang Gerakan Pramuka dan PMI) mahasiswa juga diwajibkan menempuh matakuliah ulul albab selama satu semester dan ditempuh pada awal semester awal yaitu semester satu.

“Matakuliah ulul albab ini menekankan pada adanya individu untuk memiliki keluasan ilmu, kedalaman spiritual, dan keagungan akhlak,” jelas dosen di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang itu.

Menurut Siti selama ini tendensi perilaku yang tidak proposial banyak terjadi di kalangan mahasiswa, sebab pada umumnya mahasiswa hanya mengedepankan kompetensi kognitif, dan kurang membangun kompetensi intrapersonal maupun interpersonal yang sebenarnya sangat berfungsi untuk mengevaluasi diri serta menjaga hubungan yang bermakna dengan orang lain.

“Sebagai bagian kelompok intelektual dan bergabung dalam dunia kerja, mahasiswa harus mengoptimalkan kemampuan kognitif dan afektifnya,” urai Siti.

Dari penelitian yang dilakukan Siti terhadap salah satu perguruan tinggi di Malang itu terlihat bahwa perilaku proposial mereka masih tergolong rendah. Hal itu disebabkan keterbatasan sarana prasarana di kampus dan sebagian besar mahasiswa belum memperoleh praktik kerja lapangan guna mengasah perilaku proposial. Tidak hanya itu, kegiatan kurikuler pun kurang mendukung pengembangan perilaku proposial. Kegiatan ekstra kurikuler yang lebih difokuskan untuk peningkatan kepemimpinan dan pecinta alam guna pengembangan sumber daya manusia yang bersifat pribadi bahkan belum ada.

“Konsep diri, daya sepakat, empati, kedemokratisan pola asuh, dan ekstraversi secara signifikan mendukung terbentuknya perilaku proposial tersebut,” pungkas Siti. (Humas UGM/Satria)

Sumber: ugm.ac.id

Usia, Interval Retensi dan Teknik Wawancara Pengaruhi Akurasi Ingatan Saksi Mata

Teknik investigatif psikologis (teknik wawancara kognitif dan teknik wawancara terstruktur) sangat penting dalam membantu proses penggalian (investigasi dan wawancara) pada anak yang berhadapan dengan hukum terutama kasus pencurian karena mampu menggali ingatan anak dengan akurat. Untuk itu pelatihan tentang teknik investigatif psikologis perlu diberikan bagi pelaku hukum karena mampu menghasilkan ingatan yang akurat.

“Bagi pelaku hukum dalam kurun waktu enam minggu masih dapat dilakukan proses investigasi kasus pencurian dengan menggunakan teknik investigasi psikologis yaitu teknik wawancara kognitif bagi anak usia 10-12 tahun, dan wawancara terstruktur bagi usia 13-15 tahun,”papar Suryani, M.Si pada ujian terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Senin (23/12) di Auditorium Fakultas Psikologi UGM.

Pada kesempatan itu Suryani mempertahankan disertasinya yang berjudul Akurasi Ingatan Saksi Mata Ditinjau dari Usia, Interval Retensi, dan Teknik Wawancara. Penelitian ini menguji bagaimana ingatan saksi mata yang akurat dilihat dari usia, interval, dan teknik wawancara. Usia yang terlibat dalam penelitian ini adalah usia 10 sampai 12 tahun dan usia remaja awal 13 sampai 15 tahun. Sementara itu, interval retensi meliputi interval satu minggu, tiga minggu, dan enam minggu. Teknik wawancara terdiri dari teknik wawancara kognitif dan wawancara terstruktur.

Suryani menuturkan problematika penelitian yang dilakukan tersebut berangkat dari keterangan saksi anak usia di bawah 15 tahun yang dapat menunjukkan dan memengaruhi keyakinan hakim dalam memutuskan perkara sebagaimana tertuang dalam kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 161 ayat (2) dan penjelasan pasal 171. Bukti dan fakta di lapangan menunjukkan bahwa anak usia 15 tahun cukup banyak terlibat dan dilibatkan oleh teman sebaya atau orang dewasa untuk memberikan kesaksian atau keterangan sebagai saksi mata.

“Belum lagi saat investigasi kasus dilakukan dengan masa penundaan dan teknik investigasi yang tidak sesuai kondisi dan situasi anak. Ini jadi fenomena tersendiri di tengah maraknya kasus yang menghadirkan anak sebagai saksi mata,” papar ketua program studi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Ia mengatakan keberhasilan dalam proses peradilan pidana tergantung pada hasil investigasi terhadap saksi. Sebabnya, baik polisi, jaksa, dan hakim tidak melihat langsung kejadian perkara sehingga keterangan saksi atas kejadian penting untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan.

Hasil penelitian yang dilakukan Suryani menunjukkan bahwa ingatan saksi mata yang akurat ditentukan oleh usia. Hal itu ditunjukkan dengan hasil akurasi ingatan saksi mata anak usia 10 sampai 12 tahun sebesar 72%, sedangkan usia 13 sampai 15 tahun sebesar 82%. Hanya saja, akurasi ingatan anak usia 13 sampai 15 tahun jauh lebih akurat dibandingkan usia 10 sampai 12 tahun. Anak usia 10 sampai 12 tahun dan 13 sampai 15 tahun memiliki akurasi ingatan yang baik pada interval retensi enam minggu.

Sementara itu, teknik wawancara kognitif dan wawancara terstruktur sebagai teknik investigatif psikologis menghasilkan akurasi ingatan yang akurat, baik bagi anak yang lebih muda (10 sampai 12 tahun) maupun yang lebih tua (13 sampai 15 tahun). Namun, teknik wawancara kognitif akan lebih tepat bagi anak usia 10 sampai 12 tahun, sedangkan teknik wawancara terstruktur lebih tepat untuk usia 13 sampai 15 tahun. (Humas UGM/Satria)

Sumber: ugm.ac.id

Dua Insan Fakultas Psikologi UGM Mendapatkan Penghargaan

Kamis, 18 Desember 2013, Universitas Gadjah Mada memberikan penghargaan kepada insan berprestasi dalam rangka Dies Natalis ke-64. Penghargaan tersebut diberikan oleh Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc kepada sejumlah kategori seperti Mahasiswa Berprestasi, dosen berprestasi, alumni berprestasi dan tenaga kependidikan berprestasi.

Fakultas Psikologi UGM mendapatkan dua penghargaan yang diwakili oleh Regisda Machdy Fuadhy sebagai Mahasiswa Berprestasi, dan Arifah Sindhika Putri, S.E sebagai Pengelola Administrasi Keuangan Berprestasi.

Saat diwawancarai Regisda berkata, “Terimakasih kepada Fakultas Psikologi UGM yang telah memberikan saya kepercayaan untuk menerima penghargaan ini. Rasa bangga dan senang tentu menyelimuti hati saya. Saya yakin saya bisa belajar lebih banyak lagi dalam kompetisi Mapres nanti karena di sini, saya bertemu banyak orang-orang hebat sesuai bidang keilmuan masing-masing”.

Selanjutnya ia pun berharap seleksi Mapres di Fakultas Psikologi ke depan digebyarkan lagi. “Saya yakin Fakultas Psikologi UGM memiliki banyak mahasiswa berpotensi yang mampu menjadi mahasiswa berprestasi”, sambung Regis.

Fakher, Orang Palestina Peraih Gelar Doktor UGM ke-2105

Fakher Nabeel Mohammad Khalili, mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM asal Palestina telah resmi menjadi doktor UGM ke-2105 (9/12/13). Pria kelahiran Lebanon 35 tahun yang lalu ini menempuh program doktoralnya selama 3 tahun 4 bulan dengan indeks prestasi empat (4) dan berpredikat cumlaude. Fakher mengusung penelitian "cultural dimensions and marital relationship" sebagai judul disertasi. Tim penguji disertasinya pada ujian terbuka terdiri dari Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D., selaku ketua; Prof. Dr. Sofia Retnowati selaku promotor; Subandi, MA., Ph.D dan Prof. Kwartarini W.Y., Ph.D., selaku ko-promotor; serta Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si., Dr. Nuryati Atamimi, S.U., Dr. Tjipto Susana, M.Si dan Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D., selaku anggota tim penguji.

Fakher meneliti dimensi budaya dan hubungan pernikahan dengan tujuan utama menguji peran dimensi budaya pada persepsi pernikahan yaitu kepuasan dan komitmen dalam konteks pasangan Jawa dan Palestina. Ia mengumpulkan data melalui kuisioner online dan wawancara dengan melibatkan 249 orang Jawa dan 354 orang Palestina. Kriteria subjek dari kedua budaya tersebut diantaranya pasangan yang tidak pernah menikah, bercerai, atau janda sebelum pernikahan tersebut, dan mereka yang berasal dari pernikahan monogami; pasangan muslim yang setidaknya memiliki satu anak; sampel orang Jawa adalah orang Jawa yang tinggal di Yogyakarta sedangkan sampel Palestina berasal dari Tepi Barat.
 
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi orang Jawa dan Palestina, penghindaran ketidakpastian memiliki efek penghambat pada kepuasan pernikahan. Selain itu, cinta pertemanan lebih umum dalam budaya kolektif seperti budaya Jawa dan Arab, yang pada gilirannya mendukung kepuasan pernikahan, karena budaya ini menghargai harmonisme interpersonal, menghormati senioritas, dedikasi untuk pasangan dan keluarga", papar dosen Department of Psychology An-Najah National University. Lebih lanjut ia mengemukakan hal yang berbeda yaitu pada komitmen pernikahan. Kolektivisme di budaya Jawa belum berdampak pada komitmen pernikahan, sedangkan kolektivisme di Palestina berdampak pada komitmen pernikahan. Akibatnya, pernikahan Palestina jarang sekali sampai hancur walaupun tingkat kepuasaan pasangan sangat rendah.

Fakher lantas memberikan rekomendasi pada konselor atau terapis keluarga pada kedua budaya tersebut. Dalam konteks Jawa, klien diminta untuk membangun rasa kesetaraan dan orientasi masa depan atara suami istri dengan menekankan pada pemerataan tanggungjawab dan pada masa depan hubungan suami istri bukan pada masa lalu. Sedangkan dalam konteks Palestina, klien lebih diserukan untuk membangun kesetaraan, gaya hidup tersetruktur, harapan yang disampaikan secara jelas, rasa ketahanan antara suami istri dengan menekankan pada pemerataan tanggungjawab dan kesepakatan yang jelas antara keduanya, dan mengelola stres.

Ujian terbuka Fakher di ruang auditorium Fakultas Psikologi UGM. Fariz Mehdawi selaku duta besar Palestina turut menghadiri acara tersebut. Meskipun keluarga Fakher dari Palestina tidak dapat hadir, namun kolega-kolega dari jazirah Arab dan Afrika yang ada di Indonesia datang memberikan ucapan selamat. Ia pun menerima 99 rangkaian bunga dari mahasiswa Fakultas Psikologi UGM. Fakher mendapat sponsor dari pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan program doktor di UGM, dan menjadi orang Palestina  pertama yang  dari lulus dari Fakultas Psikologi UGM. Selamat dan sukses.

Belajar Kawruh dari dusun Mulur-Mungkret Mbalong

Sabtu, (7/12) peserta Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram (SKJS) angkatan I mengadakan kunjungan ke Dusun Mbalong, Gabusan. Empat puluh peserta dan panitia yang berangkat dari kampus UGM tepat pukul 18.30 dan sampai di lokasi kunjungan tujuh malam.

Peserta disambut dengan lilin yang berjajar di kanan dan kiri sepanjang jalan menuju joglo Dusun Mbalong. Warga menyediakan sejumlah 100 sepeda onthel untuk mengantar para peserta menuju tempat njunggringan (pertemuan). “Bapak-ibu yang berkenan ngepit sendiri dipersilahkan, yang tidak bisa kami boncengkan,” kata Ananto, setelah memberi sambutan kepada peserta SJKS di jalan masuk kampung. Begitu gembira para peserta mengambil sepeda masing-masing menuju lokasi acara.

Sepanjang jalan, sentir berjajar menjadi penunjuk jalan bagi peserta. Dipehentia pertama, peserta SKJS disugui gejok lesung yang dimainkan ibu-ibu kampung, lengkap dengan pakaian khas jawa, dan tudung taninya. Tanpa diarahkan peserta yang sebagian besar adalah dosen-dosen psikologi, dan polisi dari berbagai propinsi di Indonesia mengabadikan pertunjukkan gejok lesung, tepat di depan cakruk (red, pos kamling). Sambil berjalan menuju lokasi acara, di kanan jalan peserta disambut dengan shalawat kedatangan.

Di lokasi yang sudah disediakan kursi, peserta disuguhi gending-gending jawa yang dimainkan oleh karawitan komunitas pelajar kawruh jiwa suryomentaran Dusun Mbalong. Tampak puluhan warga, tua-muda, laki-laki dan perempuan tumplek blek di pelataran pendopo dusun.

“Saya sampaikan selamat datang kepada bapak-ibu peserta Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram angkatan pertama. Selamat datang, di dusun kami. Sekaligus kami ingin mendeklarasikan dusun kami sebagai dusun mulur-mungkret, sesuai dengan wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram,” kata Pak Gono mewakili warga.

Setelah sambutan dari warga mbalong, Prof. Koentjoro, ketua panitia sekolah kawruh jiwa suryomentaram giliran memberikan sambutan. “Terimakasih dumateng warga, sampun ditampi. Dan membuat kami terkejut, karena kami tidak mengira akan mendapat sambutan seperti ini. Kami datang ke sini untuk ngangsu kawruh kepada bapak-ibu sekalian, karena bapak-ibu sekalian adalah kakak tingkat kami. Meskipun sebagian besar peserta adalah doktor-doktor, tapi meraka adalah adik kelas panjenengan. Kami baru belajar kawruh jiwa suryomentaram, dalam tiga hari ini,” kata Prof. Koentjoro, dosen Fakultas Psikologi.

“Program ini kami maksudkan agar kita bisa berdaulat atas ilmu pengetahuan bangsa kita sendiri. Sebab selama kita merdeka, kita selalu mengkonsumsi ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia barat,” lanjutnya. Lebih lanjut menurutnya, sekolah ini ingin mengangkat kawruh jiwa suryomentaram sebagai ilmu pengetahuan yang berbasis pemikiran nusantara. Disela-sela sambutan iringan gamelan dimainkan. Sementara diluar, anak-anak kecil bermain permainan-permainan tradisional.

Peserta yang didapuk untuk memberikan sambutan kunjungan mengatakan bahwa pengalaman tiga hari mengikuti sekolah membuat peserta terbuka tentang bagaimana memahami diri sendiri. “Dulu saya pernah minta ayah agar saya disekolahkan di Amerika. Tetapi ayah saya berkata, tidak boleh. Kamu harus sekolah di dalam negeri agar kamu mengetahui alam pikiran bangsamu,” kata Dr. Nani Nurahman, putri pahlawan besar Jendral Sutoyo. “Saya menemukan diri saya di sini. Kawruh jiwa suryomentaram memberikan kita pemahaman tentang bagaimana hidup di bangsa sendiri, dan menemukan diri sendiri,” lanjutnya.

Dalam acara kunjungan, warga dusun mulur mungkret akan membuat prasasti untuk semua yang terlibat dalam Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram angkatan pertama. “Nama bapak-ibu sekalian Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram, akan kami buatkan prasasti di batu marmer yang sudah kami kumpulkan dan akan kami letakkan di dusun kami. Semoga angkatan pertama ini mampu merangsang untuk adanya sekolah-sekolah lanjutan,” tuturnya.

Kunjungan diakhiri dengan penandatanganan prasasti oleh Prof. Koentjoro dari Fakultas Psikologi UGM dan Ir. Prasetyo Admosutidjo dari Komunitas Pelajar Kawruh Jiwa Suryomentaram Jogja. [ryan]

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 32 Sarjana Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada meluluskan 32 sarjana pada wisuda periode 19 November 2013. Jumlah peserta pria ada 13 orang dan peserta putri ada 19 orang. Hingga saat ini alumni sarjana berjumlah 4.332 orang.

Jumlah lulusan yang berpredikat cumlaude sebanyak 10 orang. Mereka adalah Isnan Hidayat, Niken Rarasati, Herjuno Tisnoaji, Berta Dewi Nugraheni, Astrini Arimurti Suhita, Fauziah Nur Wahdhani, Irrestry Naritasari, Nurul Ulfah Puji Lestari, Aisyah Chandra Asri, Sondy Beriyanto.

Lulusan yang memperoleh indeks prestasi kumulatif tertinggi yaitu Isnan Hidayat dengan nilai 3,94. Masa studi tercepat tiga tahun tujuh bulan diraih oleh Berta Dewi Nugraheni. Tampil sebagai wisudawan termuda yakni Herjuno Tisnoaji yang berusia 21 tahun 9 bulan 26 hari.

Acara pelepasan wisudawan bertempat di ruang auditorium fakultas. Agenda pada hari tersebut ialah sambutan, penyerahan transkrip, pemberian penghargaan, dan kenang-kenangan, dan doa sebagai penutup.

Selamat dan sukses.