Arsip:

Rilis

Perlu Manajemen Diri Bagi Penyandang Diabetes

Penyakit diabetes merupakan penyakit kronis. Sebagai penyakit kronis, satu-satunya cara yang dapat dilakukan pasien adalah melakukan manajemen diri agar terhindar atau memperlambat munculnya komplikasi.

Menurut Nida Ul Hasanat, M.Si, dosen Fakultas Psikologi UGM, manajemen diri diabetes merupakan keterlibatan pasien terhadap seluruh aspek dalam penyakitnya, berupa diet, olah raga/ aktivitas fisik, pengobatan dan pemantauan kadar glukosa dalam darah. Dari berbagai penelitian di Barat maupun di Indonesia memperlihatkan banyak pasien mengalami kesulitan untuk melakukan manajemen diri, sehingga mengakibatkan kontrol glukosa menjadi buruk.

"Manajemen diri merupakan proses yang kompleks, yang menuntut tanggungjawab pasien, sehingga variabel psikologik relevan untuk diidentifikasi", katanya di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, Senin (26/1) saat menjalani ujian terbuka program doktor.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya, kata Nida Ul Hasanat, ditemukan banyak faktor psikososial berpengaruh dalam manajemen diri. Faktor psikososial tersebut efikasi diri, dukungan sosial, expressed-emotion, dan depresi.

Efikasi diri merupakan keyakinan pasien terhadap kemampuannya untuk mengorganisir dan melakukan tindakan untuk mencapai manajemen diri. Dukungan sosial merupakan persepsi pasien terhadap sumber daya yang diberikan oleh orang lain di sekitar subyek, yaitu pasangan/ keluarga, dokter/ petugas medik, dan teman untuk membantu pasien dalam mengelola penyakitnya.

Sedangkan, Expressed-emotion (EE) merupakan persepsi pasien terhadap respon emosional anggota keluarga kepada pasien, dan depresi merupakan perubahan negatif dalam emosional, kognitif, motivasional, vegetatif dan fisik. Dari hasil penelitian terhadap 219 penderita diabetes rawat jalan di RSUP dr. Sardjito dan RSUD Sleman dengan karakteristik didiagnosis diabetes minimal satu tahun, usia 40 – 75 tahun dan tinggal bersama pasangan atau keluarga, maka disimpulkan efikasi diri memiliki kontribusi sebesar 56,3 persen terhadap manajemen diri pasien diabetes melitus tipe II.

"Artinya, keyakinan pasien terhadap kemampuannya untuk mencapai manajemen diri dapat memprediksi 56,3 persen terhadap keberhasilan atu kegagalan pasien dalam melakukan manajemen diri diabetes", ujar Nida Ul Hasanat saat mempertahankan disertasi "Manajemen Diri Diabetes: Analisis Kuantitatif Faktor-Faktor Psikososial Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II".

Disimpulkan pula bila depresi memiliki kontribusi sebesar 18,4 persen terhadap manajemen diri diabetes melitus Tipe II. Artinya, emosi negatif, cara berpikir negatif, kurangnya motivasi dan kondisi umum fisik yang kurang mendukung akan memprediksi 18,4 persen terhadap keberhasilan atau kegagalan pasien dalam melakukan manajemen diri diabetes.

"Dukungan sosial tidak dapat digunakan dalam hal ini, sementara expressed-emotion negatif berupa respon emosional negatif anggota keluarga yang ditangkap pasien memiliki peran terhadap keberhasilan atau kegagalan pasien dalam melakukan manajemen diri diabetes", papar perempuan kelahiran Yogyakarta, 4 Desember 1962.

Dalam pandangan Nida Ul Hasanat manajemen diri diabetes sangat penting saat ini, mengingat survei WHO tahun 2000 memperlihatkan Indonesia menempati urutan keempat jumlah penyandang diabetes terbesar di dunia (8,4 juta), setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta). Meski masih menempati rangking keempat, jumlah penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan akan mencapai 21,3 juta di tahun 2030.

Oleh karena itu, sebagai salah satu saran dalam desertasinya, Nida berharap dalam hal ekspresi emosi negatif keluarga yang ditangkap pasien maka keluarga belajar bisa mengidentifikasi kalimat negatif yang disampaikan kepada pasien. Sebaliknya, pasien diharap membantu keluarga agar lebih memahami cara komunikasi yang diharapkan pasien.

"Kita berharap pasien dapat meningkatkan keyakinan diri dalam melakukan manajemen diri diabetes dengan cara-cara terlibat dalam komunitas pasien diabetes, misalnya terlibat di Persadia sehingga bisa mendapatkan contoh keberhasilan pasien lain dalam melakukan manajemen diri diabetes", paparnya. (Humas UGM/ Agung)

sumber: ugm.ac.id

Fakultas Psikologi UGM Luluskan 16 Ilmuwan dan 18 Psikolog

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada  kembali menyelenggarakan acara pelepasan wisudawan pascasarjana (22/01/2015). Jumlah lulusan dari Program Magister Psikologi  sebanyak 16 ilmuwan dan 18 psikolog dari Magister Psikologi Profesi. Hingga saat ini, keseluruhan lulusan pascasarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berjumlah 2086 orang.

Magister Psikologi Profesi
Pada periode kedua tahun ajaran 2014/2015, berdasar predikat kelulusan ada sebelas cumlaude, lima sangat memuaskan, dan dua memuaskan. Mereka yang cumlaude adalah Siti Muthia Dinni, Rezky Ariany Aras, Dyah Ratri Ismi Hayuningtyas, Gumi Langerya Rizal, Dian Komalasari, Sellvy Annekinda, Yefita Citrawati, Rizki Kusumadewi Saputri, Rahmah Saniatuzzulfa, Muhammad Yusuf Hadi Mulyanto, Yulinar Friamsari. Gumi Langerya Rizal dan Siti Muthia Dinni tampil sebagai peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi yaitu 3.88. Rata-rata IPK 3,63. Selain itu ada dua lulusan sebagai wisudawan dengan masa studi terpendek 2 tahun 2 bulan yaitu Dyah Ratri Ismi Hayuningtyas dan Siti Muharnis. Rata-rata masa studi 2 tahun 9 bulan.

Pada Magister Psikologi, berdasar predikat kelulusan ada satu cumlaude, lima sangat memuaskan, dan sepuluh memuaskan. Sita Rahmi Bs tampil sebagai peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi yaitu 3,79 dan cumlaude. Rata-rata IPK 3,44. Selain Sita, Theodorus Kanisius Hale juga tampil sebagai wisudawan dengan masa studi terpendek 1 tahun 11 bulan. Rata-rata masa studi 2 tahun 5 bulan.

Fakultas Psikologi memberikan penghargaan kepada Muhammad Yusuf Hadi Mulyanto dan Theodorus Kanisius Hale sebagai lulusan dengan naskah publikasi tesis terbaik. Tesis Muhammad berjudul Structural Model Testing Of Work Value Congruence, Retention Factors, Organizational Commitment And Turnover Intention A Cross-Generational Study In Mining Industry bimbingan Supra Wimbarti, M. Sc., Ph. D. Sedangkan tesis karya Theodorus  berjudul Sepak Terjang Setan Darat Dan Hantu Laut ( Studi Kasus Jaringan Penyelundupan Bahan Bakar Minyak Di Perbatasan Indonesia – Timor Leste) bimbingan Dr. Fathul Himam, M.Psi., M.A.

Angka Gangguan Jiwa DIY Tinggi

Prevalensi gangguan mental di DIY tergolong tinggi terutama untuk gangguan mental berat. Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 mencatat prevalensi gangguan mental DIY sebesar 2,7 per 1000 penduduk. Angka yang lebih tinggi dari prevalensi gangguan mental nasional sebesar 1,7 per 1000 penduduk. Bahkan data profil kesehatan DIY tahun 2012 menunjukkan bahwa gangguan mental termasuk dalam sepuluh besar kasus penyakit yang didiagnosis pada pasien rawat jalan Puskesmas.

“Kondisi ini memperlihatkan bahwa wilayah DIY memerlukan upaya penanganan pasien dengan gangguan mental secara komperehensif,” kata Azlizamani Zubir, Jum’at (16/1) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM.

Dosen Kolej Sastera dan Sains Universiti Utara Malaysia ini menuturkan untuk mendukung pemulihan pasien gangguan mental diperlukan pengobatan medis yang tepat. Hanya saja saat ini belum seluruh penderita memperoleh layanan tersebut. Bahkan masih saja dijumpai di masyarakat fenomena pemasungan pasein oleh keluarga. Sementara di sisi lain jumlah fasilitas maupun tenaga medis untuk penaganan penderita gangguan mental masih terbatas.

“Masih ditambah dengan adanya stigma negatif masyarakat semakin membuat penderita tidak tertangani dengan baik,” jelasnya.

Menurutnya niat keluarga untuk mencari pertolongan bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan mental merupakan hal yang patut diperhatikan. Dengan peran keluarga sejak dini dalam mencari pertolongan untuk pengobatan medis diharapkan dapat menjadi langkah penanganan gangguan mental di DIY secara lebih komperehensif.

Hasil penelitian yang dilakukan Zubir pada 101 keluarga di DIY dengan anggota keluarga yang rentan mengalami gangguan mental menunjukkan bahwa keyakinan terhadap penyebab gangguan mental dapat mempengaruhi niat pencarian pertolongan pada psikiater atau pada ahli pengobatan non-medis. Keyakinan yang berbeda pada penyebab gangguan mental akan memberikan dampak yang berbeda terhadap niat mencari pertolongan. Misalnya, ketika gangguan mental diyakini sebagai bagian dari penyakit medis maka niat pencarian pertolongan lebih mengarah ke psikiater. Tetapi saat gangguan mental diyakini sebagai suatu gangguan dari hal-hal gaib, maka niat mencari pertolongan ditujukan pada dukun ataupun kiai.

“Rata-rata niat pencarian pertolongan tertinggi ke psikiater, lalu diikuti kiai dan dukun,” jelasnya.

Kendati begitu,  terdapat perbedaan niat mencari pertolongan pada masyarakat desa dan kota. Pada masyarakat desa niat mencari pertolongan lebih banyak mengarah pada kiai, sementara masyarakat kota cenderung kepada  psikiater. Hal tersebut terjadi karena masyarakat desa cenderung lebih berkeyakinan bahwa gangguan mental berawal dari gangguan gaib.

Ditambah dengan ciri masyarakat desa yang religius mendorong niat penyembuhan melalui penggunaan ayat-ayat suci oleh kiai. Sementara itu tidak ada perbedaan niatan pencarian pertolongan pada dukun dan psikiater pada masyarakat kota dan masyarakat desa.

Sementara hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa stigma di masyarakat turut mempengaruhi niat mencari pertolongan apabila terdapat perilaku serupa dari dalam masyarakat. Selain itu ketersediaan layanan kesehatan dan biaya pengobatan ikut mempengaruhi niat keluarga mencari pertolongan bagi penderita gangguan mental. (Humas UGM/Ika)

sumber: https://ugm.ac.id/

PALAPSI UGM: The Third International Expedition Spirit of Kiwi Kayaking New Zealand

Pecinta Alam Psikologi (Palapsi) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan eksistensinya di dunia kepecintaalaman khususnya ‘kayaking’ dengan mengadakan ekspedisi yang bertajuk “The Third International Expedition “Spirit of Kiwi Kayaking” New Zealand 2015. Ekspedisi ini akan mengirimkan lima atlet terbaiknya yakni Fasluki Taftozani (2009), Adam Maulana (2011), Fauzi Ardian (2011), Afiq Wiratma (2011), dan Yoga Kusuma (2013). Kelima atlet tersebut akan menjajal kemampuan kayaking mereka dengan mengarungi empat sungai di North Island tepatnya di Sungai Kaituna, Sungai Tongariro, Sungai Wairoa dan Sungai Motu. Perjalanan mereka akan berlangsung mulai 13 Januari – 1 Februari 2015.

Kelima atlet telah mengikuti serangkaian latihan selama setahun penuh, terhitung sejak Januari 2014 lalu. Sungai-sungai dari Provinsi Jawa Barat hingga Jawa Timur dengan grade 4 (level) telah diarungi oleh kelima atlet mempersiapkan skill dalam mengarungi sungai di New Zealand. Sejauh ini belum ada organisasi mahasiswa pecinta alam dari Indonesia yang mengarungi keempat sungai tujuan Palapsi menggunakan kayak. Palapsi menjadi organisasi mahasiswa pecinta alam pertama dari Indonesia yang mengarungi sungai di New Zealand dengan kayak. 

Tak hanya atlet yang mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk ekspedisi ini, seluruh anggota Palapsi pun telah mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan dana, surat-menyurat, perizinan, beserta akomodasi yang dibutuhkan oleh atlet. “Ekspedisi ini bukan hanya milik atlet, atau panitia ekspedisi saja. Ekspedisi ini milik seluruh anak Palapsi, bahkan hingga senior-senior” ujar Endro Winarno selaku Project Officer Ekspedisi New Zealand ini.

Selain ingin mempopulerkan kayaking, ekspedisi internasional ini juga menjadi hadiah dari Palapsi kepada fakultas dan Palapsi itu sendiri yang memperingati Lustrum X Fakultas Psikologi UGM serta Lustrum VIII Palapsi pada tahun 2015.

Palapsi UGM yang telah berproses selama 39 tahun ini sebelumnya berhasil melakukan ekspedisi internasional di Serawak dan Thailand. Ekspedisi ini juga menjadi kelanjutan dari sejarah panjang tradisi Palapsi yang sering melakukan first descent sungai-sungai besar di Indonesia. Tak lama lagi, Palapsi akan mengeksekusi ekpedisi ketiga di New Zealand. Semua anggota Palapsi berharap ekpedisi internasional tahun ini berjalan sesuai dengan motto yang diemban “Berangkat Selamat, Pulang Selamat” dan “Never Give Up!”. (arf)

Puncak Setengah Abad Fakultas Psikologi UGM

Akhirnya, tiba acara puncak Lustrum X Fakultas Psikologi UGM pada Kamis (8/1) yang setelah beberapa bulan terakhir menyelenggarakan berbagai rangkaian acara. Dengan tema lustrum “Indonesia Tangguh dan Bahagia”, Fakultas Psikologi ingin memberikan kontribusi melalui karya penelitian dan berbagai hal lainnya untuk menumbuhkan semangat bagaimana agar Indonesia menjadi tangguh dan bahagia.

Sejak awal tahun 2014 telah dimulai rangkaian acara Lustrum X D Fakultas Psikologi Ugm. Salah satu rangkaian acara adalah rakyat bicara. Selama ini kebahagian selalu dilihat selalu dilihat dari sisi teori, namun Fakultas Psikologi UGM ingin mengetahui definisi tangguh dan bahagia versi rakyat Indonesia. “Sebagai orang psikologi kita harus terjun bagaimana membangun mindset ketangguhan dan kebahagiaan yang tidak bisa hanya dipandang dari perspektif psikologi,” ungkap Sumaryono selaku ketua panitia Lustrum X. Fakultas Psikologi UGM berkeinginan membangun sebuah masyarakat yang lebih bahagia. “Kita ingin maksudnya memberi kontribusi ke arah kebahagiaan. Ke arah bagaimana tangguh itu terasakan dengan segala permasalahan yang ada di Indonesia,” tutur Sumaryono.

Tasyakuran Fakultas Psikologi ke-50 diadakan di Aula G-100 dengan mengundang seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi, alumni dan berbagai tamu undangan. Acara dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan untuk pertama kalinya menampilkan mars Fakultas Psikologi UGM oleh paduan suara keluarga Psikologi. Supra Wimbarti, dekan Fakultas Psikologi memberikan kata sambutan sekaligus launching dua buah buku: Kilas Balik 50 Tahun Fakultas Psikologi UGM Setengah Abad Sepenuh Hati dan Menjadikan Indonesia Tangguh dan Bahagia. Kedua buku tersebut menjadi bukti nyata pengabdian Fakultas Psikologi kepada masyarakat.

Peringatan usia setengah abad menjadi momen bagi Fakultas Psikologi untuk mengenang serta menyampaikan penghargaan kepada berbagai pihak. Sebuah penghargaan diberikan kepada tokoh-tokoh yang berperan aktif merintis berdirinya Fakultas Psikologi UGM. Terdapat sembilan orang tokoh yang diberikan penghargaan yaitu Prof Dr Kurt Danziger, Dr Busono Wiwoho, Dr Siti Rahayu Haditono, Drs Sutrisno Hadi, Drs Sumadi Suryobroto, Drs Bimo Walgito, Dra Sri Mulyani Martania, Dra Sri Rahayu Partosuwido dan Masrun, MA. Kemudian dilanjutkan penghargaan Insan Berprestasi tahun 2014 untuk sejumlah mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Sebagai ungkapan rasa syukur, dibacakan rangkaian doa setelah rampung pemberian penghargaan. Kemudian, untuk menandai puncak acara, pemotongan tumpeng dilakukan oleh Supra Wimbarti.

Acara tasyakuran dihadiri oleh seluruh dosen dan staf karyawan, mahasiswa, alumni dari berbagai angkatan, dosen-dosen berbbagai fakultas, dan tamu undangan lainnya. Oleh karena itu, tidak heran jika acara begitu meriah apalagi ketika alumni dan dosen-dosen dari berbagai fakultas unjuk kebolehan dalam bermain musik dan menari cha cha. Acara bertambah meriah sekaligus menegangkan ketika pembacaan doorprize yang jumlahnya tidak tanggung-tanggung yaitu 100 buah dari berbagai sponsor.

Walaupun tasyakuran telah usai, rangkaian lusrum X Fakultas Psikologi belum selesai. Masih ada seminar Seminar dan Bedah Buku Indonesia Tangguh dan Bahagia. Tidak hanya itu, terdapat pertujunkan  wayang yang bertema “Gatotkaca Kalajaya” siap untuk dinikmati Jumat malam (9/1) hingga dini hari. Wayang yang didalangi oleh tiga generasi ini dilakukan bergantian dalam satu malam dari dalang bocah, muda dan sepuh. Lakon “Gatotkaca Kalajaya” dianggap dapat mewakili tema Lustrum X Fakultas Psikologi, Indonesia tangguh dan bahagia. Kejayaan dan kebahagiaan tidak akan pernah tercapai bila tidak melakukan usaha yang didalamnya terdapat kesulitan. “Kebahagiaan itu seperti hasil, prosesnya ada di dalam ketangguhan,” ujar Sumaryono selaku ketua acara Lustrum X Fakultas Psikologi. Selain cerita yang dianggap mewakili tema, Sumaryono menuturkan bahwa wayang adalah budaya Indonesia yang memiliki nilai-nilai dan harus disebarkan kepada masyarakat. “Dengan usia 50 tahun, Fakultas Psikologi UGM ingin berkontribusi dalam menumbuhkan Indonesia yang tangguh dan bahagia,” pungkas Sumaryono. Semoga keinginan tersebut terwujud, Pak! Majulah Indonesia menuju tangguh dan bahagia di tahun 2015. Dan…. jayalah Fakultas Psikologi UGM! [Marsa, Alifah]

Relawan Psikologi UGM Tanggap Bencana

Berita duka muncul dari Karangkobar, Banjarnegara setelah terjadi tanah longsor (12/12) meyebabkan banyak bangunan rumah yang hancur dan menimbulkan korban jiwa. Bencana alam ini membangkitkan simpati banyak orang, tidak heran jika berbagai pihak segera menyalurkan bantuan ke lokasi bencana. Tidak ketinggalan Fakultas Psikologi mengirimkan tim relawan dari REPSIGAMA (Relawan Psikologi Gadjah Mada) yang berkoordinasi dengan unit kegiatan mahasiswa DERU (Disaster Respon Unit).

Tim relawan yang dikirm ke lokasi bencana terdiri atas dua kelompok. Tim pertama terdiri dari enam orang yang merupakan psikolog dan dosen Fakultas Psikologi UGM. Tim kedua terdiri dari tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan mahasiswa aktif S1 Psikologi UGM. Kedua tim diberangkatan dengan jadwal yang berbeda, yaitu tim relawan pertama pada Selasa (16/12) sedangkan tim relawan kedua pada Rabu, (17/12). Para relawan akan membantu  selama satu hingga dua minggu hingga keadaan mulai stabil.

Selain bantuan logistik, tim relawan Fakultas Psikologi UGM juga melakukan penanganan psikologis. Kedua tim relawan memiliki tugas yang berbeda. Ketua REPSIGAMA, Brahma menjelaskan tim psikolog dan dosen akan berperan menangani orang dewasa dan anak-anak yang mengalami trauma pascabencana (PTSD). “Karena mahasiswa S1 belum berhak menangani penderita masalah psikologis, maka tim relawan kedua akan menghibur anak-anak di pengungsian”, tutur Brahma. Sebelumnya REPSIGAMA telah melakukan serangkaian pelatihan kepada para anggota dalam menangani persoalan kebencanaan dan menghadapi hambatan di lokasi bencana.

REPSIGAMA menerima donasi dari berbagai pihak yang digunakan untuk belanja logistik dan transport relawan ke lokasi bencana. Walaupun keberangkatan ke Banjarnegara menguras energi dan menyita waktu, namun tim relawan REPSIGAMA tetap mendedikasikan dirinya untuk menolong saudara-saudara di Banjarnegara. Besar harapan agar para korban, penyintas, dan pengungsi dapat pulih kembali kondisi psikologisnya dan memulai kehidupan seperti biasa. “Mereka bisa menemukan kembali jati dirinya sebagai warga Kecamatan Karang Kobar yang di situ adalah tempat wisata yang baik”, ujar Brahma. Selamat bekerja relawan Psikologi UGM! Semoga kehadiran kalian menjadi angin segar bagi saudara-saudara kita di Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah! [Marsa, Alifah]

Bermain dan Berbagi di Karnaval Psikologi

Fakultas Psikologi UGM menggelar serangkaian acara Lustrum X, Sabtu (20/12) dengan judul Karnaval Psikologi yang diselenggarakan di area parkir dalam bagian timur. Acara ini masih mengusung tema kebahagian sehingga serangkaian kegiatan bukan hanya hura-hura namun juga berbagi dengan sesama. Berikut di antaranya: Jalan Sehat, Servis Motor Gratis, Waton Gayeng, Donor Darah, dan Dolanan Tradisional.

Karnaval Psikologi ditujukan kepada seluruh keluarga psikologi termasuk di dalamnya mahasiswa, dosen, alumni, karyawan, SKKK dan ibu kantin. “Yang menarik, keterlibatan teman-teman mahasiswa tinggi,” tutur Sumayono, ketua Lustrum. Panita acara melibatkan dosen, alumni dan mahasiswa dari berbagai BKM. Berikut di antaranya: REPSIGAMA mengelola acara donor darah, PALAPSI mengelola acara Waton Gayeng, LM mengelolah dolanan tradisional, dan alumni menyelenggarakan servis motor.

Acara dimulai pukul 06.00 WIB dengan jalan sehat dilanjutkan servis motor, Waton Gayeng dan donor darah, sedangkan dolanan tradisional dimulai siang hari. Setelah peserta jalan sehat istirahat sejenak, acara Waton Gayeng dimulai. Acara ini merupakan transformasi dari acara “Psychology Got Talent” yang mengusung tema kebahagiaan. Seluruh keluarga besar psikologi bisa menampilkan apapun kebolehannya seperti menanyi, menari, stand up comedy, puisi dan lain sebagainya. Floribertus Fajar, salah satu peserta Waton Gayeng menampilkan tarian boyband bersama kedua temannya, Satriyo dan Yosi. Penampilan ketiganya disambut heboh lantaran mengundang tawa bagi penonton. Fajar mengaku mengikuti Waton Gayeng untuk meramaikan acara Fakultas Psikologi dan membuat kenangan sebelum akhirnya lulus. “Istilahnya yang terakhirlah sebelum lulus,” tutur Fajar.

Kegiatan service motor diadakan di depan kantin dengan memberikan cuci motor dan ganti oli gratis bagi motor Honda keluaran di atas tahun 2007. Kegiatan donor darah berlangsung di depan pos satpam dengan mobil PMI siap melayani bagi mereka yang ingin mendonorkan darah. “Semoga yang mendonor, yang datang ke sini, semuanya bisa mau mendonor karena darah sangat penting buat kehidupan orang lain dan kehidupan kita sendiri”, ungkap Fajar yang juga merupakan salah satu anggota REPSIGAMA.

Sumaryono selaku ketua panitia acara mengharapkan dengan adanya serangkaian acara Lustrum X dapat mempererat silaturahmi antar warga Fakultas Psikologi. Tidak hanya warga Fakultas Psikologi namun juga diharapkan agar psikologi dapat dikenal luas di masyarakat. “Kami ingin membuat masyarakat semakin aware mengenai psikologi”, ucap Sumaryono. Puncak acara Lustrum X Fakultas Psikologi akan dilaksanakan pada Kamis, 8 Desember dengan berbagai rangkaian acara lainnya. Apa saja rangkaian acaranya? Jangan lupa nantikan liputan kami selanjutnya. (Alifah, Marsa)

Empat Insan Berprestasi dari Fakultas Psikologi UGM

Pada Rabu, 17 Desember 2014 pukul 18.30-selesai bertempat di Balai Senat UGM telah diselenggarakan acara "Malam Penghargaan Insan (dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa) Berprestasi UGM Tahun 2014". Ada 3 orang tenaga kependidikan dan 1 orang mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang berhasil meraih penghargaan Insan Berprestasi UGM Tahun 2014 ini.

Ketiga tenaga kependidikan yang meraih penghargaan tersebut yaitu 1) Rya Mardikawati, M.Acc. sebagai Terbaik III kategori pengelola administrasi keuangan berprestasi; 2) Etik Setyaningsih, S.E. sebagai Terbaik III kategori pengelola adminstrasi akademik dan kemahasiswaan berprestasi; dan 3) Hadianto sebagai Terbaik kategori pengelola administrasi umum dan kepegawaian berprestasi. Adapun Cendy Cahyo Rahmat berhasil meraih penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi UGM Tahun 2014 bersama 16 mahasiswa lainnya se-UGM.

Selamat kepada insan berprestasi UGM Tahun 2014, semoga penghargaan ini mampu memberikan semangat dan memacu untuk berkarya lebih baik dan memberikan kontribusi terbaik bagi Fakultas Psikologi UGM khususnya.

Fakultas Psikologi UGM Melepas 40 Sarjana

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali meluluskan 40 sarjana pada wisuda periode 18 November 2014. Wisudawati berjumlah 26 perempuan dan wisudawan berjumlah 14 laki-laki. Hingga saat ini alumni sarjana berjumlah 4.492 orang. Acara pelepasan wisudawan bertempat di ruang auditorium fakultas.

Sebanyak 16 lulusan dinyatakan cumlaude. Mereka adalah Shiane Anita Syarif, Steffira Anjani, Ismi Nur Arifah, Triadi Imron Rosyadi, Lettytia Ulfa, Rini Andriani Pramita, Puput Saptarina, Arief Rifa’i, Arindah Arimoerti Dano, Ilma Putri Istianda, Puri Utami, Luisa Krismaningrum, Erfan Ariyaputra, Mochammad Luthfi Ardyanto, Yofhi Rio Nicha Dewi, Kinan Diandrapinandita.

Fakultas memberikan piagam penghargaan kepada wisudawan berprestasi. Kategori penghargaan akademik perolehan IPK tertinggi 3,80 diraih oleh Shiane Anita Syarif. Kategori lulusan tercepat dengan masa studi 3 tahun 8 bulan diraih oleh  Steffira Anjani yang juga merupakan lulusan termuda.

Selamat dan sukses.

UGM Kembangkan Teori Psikologi Ki Ageng Suryomentaram

YOGYAKARTA – Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tengah mengembangkan teori psikologi dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram, anak ke-55 dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Tokoh yang lahir dan besar dari keluarga Keraton pada 1892-1962 dikenal sebagai tokoh yang mengajarkan ilmu bahagia lewar konsep kawruh jiwa. Meski belatar belakang budaya Jawa, ajaran Ki Ageng Suryomentaram diharapkan sebagai cikal bakal lahirnya teori psikologi lokal.

“Ki Ageng Suryomentaram menciptakan teori psikologi Jawa karena ia orang Jawa. Tapi ajarannya bisa jadi relevan tidak hanya terbatas bagi orang Jawa saja. Teori psikologi sebenarnya tidak terbatas dengan kewarganegaraan dan letak geografis apalagi etnisitas,” kata psikolog UGM, Drs. Hadi Sutarmanto, M.S., dalam Sekolah Kawruh Jiwa Suryomentaram di Fakultas Psikologi UGM, Jumat (14/11).

Meski tidak mudah mengembangkan ajaran Ki Ageng Suryomentaram menjadi teori psikologi agar bisa diajarkan di perguruan tinggi namun usaha dari beberapa tenaga pendidik UGM untuk terus mengembangkan psikologi lokal ini menurut Hadi sudah selayaknya diapresiasi. Pasalnya sebagian besar teori psikologi yang diajarkan saat ini di Indonesia lebih berkiblat pada teori psikologi barat yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh psikologi dari bangsa yahudi. “87 persen ahli psikologi dunia berlatar belakang yahudi. Tentu teori yang dikembangkan ini sesuai dengan budaya mereka masing-masing,” ujarnya.

Namun demikian, kata Hadi, sumber teori psikologi lokal memang belum banyak diteliti dan dikembangkan. Penelitian psikologi Nusantara yang dilakukan psikolog UGM baru dilaksankan datu dekade terakhir. Beberapa buku yang dihasilkan oleh dosen UGM sebelumnya mengenai psikologi Ki Ageng Suryomentaram ini bahkan telah diadopsi oleh Universitas Santo Thomas Filipina, universitas tertua di Asia, sebagai bahan ajar mahasiswa jenjang S2 dan S3.

Hadi berharap penelitian mengenai psikologi Ki Ageng Mentaram di kemduian hari bisa dijadikan teori psikologi khas Indonesia dengan begitu katanya pendidikan psikologi UGM bisa kenjadi mazhab psikologi Nusantra. “Impian saya psikologi tidak lagi yang diajarkan tidak lagi dari barat namun dari Indonesia sendiri,” katanya.

Dosen Psikologi UGM, Lu’luatul Chizanah, M.A., mengatakan Ki Ageng Suryomentaram dilahirkan dan dibesarkan di keluarga besar Keraton. Meski memiliki wawasan agama luas karena gemar membaca, Ki Ageng tidak pernah berpuas diri sehingga memilih keluar dari Keraton dengan menjadi petani di Desa Bringin, Salatiga. Sepanjang hidupnya, ia mencurahkan perhatian terhadap masalah kejiwaaan. “Ki Ageng melakukan perjalanan spiritualitas dengan pencarian jati diri sehingga mencari makna bahagia itu seperti apa? Bahagia bukan mendapat untung, prestasi atau pengakuan tapi bejo (beruntung),” katanya.

Salah satu ajaran Ki Ageng Suromentaram seperti diketahui, di antaranya memaknai rasa senang dan tidak senang. Menurutnya senang atau tidak senang itu bukan fakta tetapi reaksi kita atas fakta. Manusia itu makhluk dengan rasa, walaupun bermacam tapi dapat diringkas menjadi dua, rasa enak dan tidak enak, Dalam pergaulan seseorang harus mengerti rasa dari yang lain. Ketidak pengertian akan menimbulkan rasa yang tidak enak dan akhirnya timbul perselisihan. Karenanya mengerti rasa orang lain maka harus mengerti rasa diri yang mengahalanginya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

sumber: ugm.ac.id