Arsip:

Rilis

Bright Children Bright Future

Laboratorium PAUD Fakultas Psikologi UGM bekerja sama dengan Fastrack Funschool menyelenggarakan seminar akademik dan parenting yang bertema “Bright Children Bright Future; Investing In Eced To Support Early Childhood Development” (25/07/15). Supra Wimbarti, M.Sc, Ph.D selaku dekan Fakultas Psikologi UGM tampil sebagai  keynote speaker.  Pembicara lain yakni  Alissa Wahid, Psikolog selaku Direktur Utama Fastrack Funschool Yogyakarta dan Prof. Adele Diamond, Ph.D, FRSC, selaku Scientist and Educational Innovator dan Professor of Developmental Cognitive Neuroscience dari The University of British Columbia, Canada. Moderator yang memandu jalannya seminar dan diskusi adalah Ammik Kisriyani, S.Psi, M.A yang merupakan dosen di Fakultas Psikologi UGM sekaligus Ketua Laboratorium PAUD. Acara ini  bertempat di G-100, peserta  seminar didominasi oleh orangtua anak didik dan pendidik dari berbagai institusi.

Pada saat membuka seminar, Supra menekankan pentingnya EF (Executive Function) bagi manusia. EF  merupakan keterampilan untuk regulasi diri, yaitu fungsi mental yang memungkinkan manusia untuk membuat perencanaan, memusatkan perhatian, mengikuti instruksi, dan berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan sukses (shifting), diperlukan sejak seseorang kecil hingga dewasa. Pada usia 4-6 tahun EF berkembang cepat. EF akan terus berkembang hingga usia 30 tahun namun setelah itu perkembangannya landai. Mengetahui hal ini maka sudah sewajarnya bahwa the golden moment yaitu perkembangan anak-anak pada usia 4-6 tahun jangan disia-siakan. “Seperti topik seminar ini, bright future tidak akan tercapai tanpa bright children, dan bright children tidak akan tercapai tanpa EF yang baik”, pungkasnya.

Acara berikutnya adalah pemaparan dari  Alissa Wahid mengenai Five Minds for the Future. Ia menjelaskan lima kemampuan berpikir yang mendasari skill anak, yaitu : (1) discipline thinking: merupakan hasil dari keterampilan berpikir terdisiplin. Ada 3 aspek yaitu, melatih kebiasaan (bangun pagi, membereskan mainan), melatih disiplin ilmu dasar (sains, sejarah, seni, matematika), dan mendalami satu disiplin ilmu; (2) synthesizing thinking : thinking skill yang sangat erat kaitannya dengan multitasking; (3) creative thinking: yaitu melihat suatu hal dapat digunakan untuk apa saja dan memunculkan hal yang berbeda-beda dari suatu hal yang sama; (4) respecful thinking, bagian ini sering tertinggal biasanya karena kita fokus mencari ilmu dan materi, baru setelah itu beramal. Repecting mind berbicara sinergi, menghargai orang lain, membuat kebaikan bersama; (5) ethical thinking: berbicara soal benar dan salah. Lima hal inilah yang harus dikembangkan oleh orangtua dan guru.

Pemaparan dari narasumber selanjutnya yaitu Prof Adele adalah mengenai Executive Function. Terdapat tiga aspek dari EF yaitu pengendalian hambatan, working memory, dan fleksibilitas kognitif. “What activities can improve EF with also improve social, emotion, and physic? For example: dance. But the most important thing is the child want to follow that activity. Things that your children can put their heart and soul in it. We need to care for the whole child (cognitive, social, emotion, spiritual, physical)”, tuturnya ketika menjelaskan mengenai jenis aktivitas yang dapat melatih EF. Untuk melatih EF pada anak, orangtua harus melatih dan menantang anak melakukan berbagai kegiatan dan dilakukan berulang-ulang. EF dapat bekerja lebih baik apabila anak merasa senang dan rileks, stress dapat menggangu fungsi EF. Oleh karena itu, buat anak-anak senang dan rileks dulu sebelum belajar. Sudah tugas orang tua, pendidik, dan orang dewasa di sekitarnya untuk ikut bertanggung jawab dalam menstimulasi anak-anak.

Selamat Jalan Dr. Magda Bhinnety Etsem

 

 

Innalillahi wa innalillahi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Ibu Dr. Magda Bhinnety Etsem, M.Si. di Rumah Sakit Modern Hospital – Guangzhou pada Senin, 29 Juni 2015, sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT, diampuni dosa-dosanya, khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepulangannya. Amin YRA.

Motivasi Berkuasa Pengaruhi Kesuksesan Berwirausaha

Keberadaan Usaha Kecil Menengah (UKM) memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bahkan lebih dari 50 persen pendapat nasional disumbang oleh keberadaan unit-unit usaha ini.

Kendati demikian, tidak sedikit UKM yang mengalami kegagalan usaha dan berujung pada kebangkrutan. Umumnya kegagalan dalam pengelolaan usaha dikarenakan struktur usaha yang belum kuat, kurangnya kompetensi teknis produksi dan keahlian serta manajerial dan keuangan, dan keterbatasan pengusaan teknologi maupun permodalan. Sementara dari sisi karakteristik kepribadian kegagalan mengelola usaha sebagian besar terjadi akibat sikap kurang proaktif, mudah menyerah, dan kurangnya dukungan lingkungan.

“Kesuksesan dalam berwirausaha dipengaruhi oleh faktor intrenal dan eksternal pelaku usaha,” kata Mulya Virgonita Iswindari Winta, S.Psi.,M.Si., Rabu (17/6) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang ini menyebutkan faktor internal yang dimaksud adalah motivasi berprestasi, motivasi berkuasa, kompetensi orientasi berprestasi, dan kompetensi orientasi berkuasa. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan sosial.

Menurutnya, dalam mencapai kesuksesan berwirausaha keterkaitan antara motivasi dan kompetensi adalah hasrat yang besar untuk mencapai keberhasilan. Apabila hal itu tidak diikuti dengan tindakan yang efektif efisien, kerja keras tidak akan mencapai kesuksesan. Demikian pula memiliki kemampuan yang baik namun tidak memiliki semangat untuk maju maka sulit untuk mendapatkan kesuksesan berwirausaha.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 200 wirausahawan UKM di wilayah DIY, Jawa tengah, dan Lombok Tengah NTB diketahui bahwa motivasi berprestasi berefk langsung terhadap kompetensi orientasi berprestasi yang lebih kecil dibandingkan motivasi berkuasa terhadap kompetensi orientasi berkuasa. Berbagai tindakan kompeten yang berorientasi pada prestasi selain dipengaruhi hasrat berprestasi juga dilakukan karena doringan agar usahanya bisa bertahan. Temuan lain memperlihatkan bahwa motivasi berprestasi memiliki efek tidak langsung yang relatif kecil terhadap kesuksesan wirausaha dibandingkan efek tidak langsung antara motivasi berkuasa terhadap kesuksesan dalam mengelola usaha.

Saat mempertahankan disertasi berjudul "Model Kesuksesan Berwirausaha Pada Wirausahawan Usaha Kecil Menengah" Mulya mengatakan kesuksesan berwirausaha pada pelaku usaha kecil menengah diIndonesia lebih dipengaruhi motivasi berkuasa dan tindakan berorientasi berkuasa dibandingkan oleh motivasi berprestasi dan tindakan yang berorientasi untuk berprestasi. Dorongan untuk mengarahkan dan mengendalikan karyawan dan orang sekitar tampaknya lebih menimbulkan kepusaan atau perasaan sukses. Sementara itu kompetensi orientasi berkuasa mampu berperan sebagai penguat dalam hubungan antara motivasi berkuasa dengan kesuksesan dalam berwirausaha pada wirausahawan usaha kecil menengah.

“Dukungan sosial dari pasangan, keluarga, dan kolega juga terbukti berperan besar terhadap kesuksesan berwirausaha,” terangnya. (Humas UGM/Ika)

sumber: https://ugm.ac.id

Teliti Pengaruh Psikoedukasi Penderita Hipertensi, Esti Raih Doktor

Penurunan fungsi fisik yang diakibatkan oleh hipertensi dapat menurunkan kualitas hidup. Hipertensi ini dapat dipicu oleh emosi, yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pengelolaan emosi untuk mencegah berkembangnya hipertensi menjadi penting.

Untuk mengetahui kualitas hidup orang dengan hipertensi ini dapat dilihat melalui pengaruh psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal. Terdapat tiga cara berbeda yang dapat dilakukan, yaitu ceramah disertai bimbingan, booklet disertai bimbingan dan booklet tanpa bimbingan dengan mengendalikan optimisme.

"Bagaimanapun optimisme merupakan salah satu faktor personal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Karena itu, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi, dengan metode pre test control group design," kata Esti Hayu Purnamaningsih, Fakultas Psikologi UGM, Senin (15/6) saat menjalani ujian terbuka Program Doktor.

Melalui desertasi "Pengaruh Psikoedukasi Strategi Regulasi Emosi Reappraisal Terhadap Kualitas Hidup Orang Dengan Hipertensi", Esti mengaku penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal terhadap kualitas hidup orang dengan hipertensi. Psikoedukasi merupakan salah satu jenis intervensi psikologi dengan memberikan informasi atau pengetahuan tentang psikologi guna mendukung hidup sehat.

"Dalam disertasi ini, informasi yang diberikan adalah materi tentang hipertensi, emosi, dan cara mengelola emosi, yaitu cara melakukan regulasi emosi reappraisal untuk mendukung kesehatan", ujar dosen Fakultas Psikologi UGM.

Secara implikasi teoritis disertasi Esti Hayu berkesimpulan pemberian psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal baik yang disampaikan melalui ceramah disertai bimbingan, maupun dengan cara memberikan booklet disertai bimbingan, keduanya ikut berperan dalam meningkatkan kualitas hidup orang dengan hipertensi. Meski begitu, penyampaian dengan ceramah lebih efektif dibanding menggunakan booklet.

Sementara psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal yang disampaikan melalui booklet tanpa bimbingan hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan. Artinya proses pemberian bimbingan menjadi hal yang sangat diperlukan dalam proses psikoedukasi semacam ini.

"Terutama mengingat subjek rata-rata memiliki pendidikan tidak tinggi, usia rata-rata diatas 50 tahun dan materi yang diberikan relatif baru", tuturnya didampingi tim promotor Prof. Johana E. Prawirasari, Ph.D, Dr. Neila Ramdhani, M.Si. M.Ed dan fathul Himam, M.Psi., Ph.D. (Humas UGM/ Agung)

sumber: www.ugm.ac.id

Orang Tua Berperan Penting Bagi Prestasi Siswa

Orang tua diharapkan dapat selalu berada disisi siswa, mendukungnya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dukungan akademik orang tua tentu bermanfaat dalam membantu siswa terus bersemangat dalam belajar.

Menurut Muna Erawati, S.Psi, M.Si, dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, seberapa besar orang tua berperan dalam mensosialisasi aturan dan nilai-nilai yang bermanfaat berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Aturan dan nilai-nilai tersebut disosialisasikan melalui pikiran, sikap, verbalisasi, dan tindakan ditinjau dari religiusitas, nilai-nilai pendidikan, dan ekspektasi akademik orang tua.

"Siswa diharapkan dapat menginternalisasikan aturan dan nilai-nilai tersebut, serta mengintegrasikan dorongan eksternal menjadi dorongan inetrnal yang bekerja lebih efektif dalam memotivasi siswa untuk mencapai prestasi akademik", ujar Muna Erawati saat ujian terbuka program doktor di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, Senin (8/6).

Mempertahankan desertasi berjudul Prestasi Akademik Siswa Dalam Kaitannya Dengan Motivasi Akademik, Persepsi Terhadap Dukungan Akademik dan Peran Orang Tua, promovenda didampingi promotor Prof. Dr. Saifuddin Azwar, M.A dan ko-promotor Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama dengan melibatkan 231 siswa kelas tujuh dan delapan.

Hasil riset menunjukkan bahwa orang tua berperan penting dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Ada beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan peran orang tua terhadap prestasi akademik siswa.

Diantaranya, prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh motivasi akademik dan persepsi mengenai peran dan dukungan orang tua. Bahwa secara individual, motivai akademik, persepsi mengenai dukungan akademik, dan ekspektasi akademik berkontribusi langsung terhadap prestasi akademik siswa.

"Sedangkan, secara individual pula persepsi mengenai religiusitas dan nilai-nilai pendidikan tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa", papar Muna.

Selain itu, motivasi akademik dipengaruhi persepsi siswa mengenai ekspektasi akademik, religiusitas, nilai-nilai pendidikan, dan dukungan akademik orang tua. Secara individual, persepsi mengenai ekspektasi akademik, nilai-nilai pendidikan, dan dukungan akademik orang tua berkontribusi langsung terhadap motivasi akademik siswa.

"Persepsi mengenai religiusitas ayah berkontribusi terhadap motivasi akademik siswa melalui persepsi mengenai dukungan akademik ayah", jelas Muna. (Humas UGM/ Agung)

sumber: www.ugm.ac.id

Mengenal Psikologi Kebencanaan Lebih Dekat

Setelah dua minggu sebelumnya mengadakan peluncuran web-based training, Senin (18/5) CPMH kembali mengadakan kuliah umum dengan topik psikologi kebencanaan. Kuliah umum bekerja sama dengan BKM Repsigama (Relawan Psikologi Gadjah Mada) dan Unit Kerjasama Fakultas Psikologi UGM. Sebanyak 50 orang menghadiri acara ini di A203 dan 13 orang mengikuti webinarnya
   
Kuliah umum menghadirkan Lusi Nuryanti, S. Psi, M. Si, Psi , kandidat doktor psikologi bencana di Universitas Leeds Beckett, Inggris. Berdasarkan penjelasan Lusi, bencana adalah gangguan fungsi yang tidak mampu diatasi oleh manusia. Bencana merupakan hasil interaksi antara tingkat bahaya (banjir, longsor, kebakaran hutan, dsb) dan tingkat kerentanan (fisik, demografis, lingkungan, ekonomi, dan pendidikan/informasi). Hingga tahun 1990-an, paradigma kebencanaan terbagi menjadi dua, yaitu  (1) paradigma teknokratik yang menangani bencana dari segi teknis dan  (2)  paradigma struktural yang berfokus pada kerentanan. Kedua paradigma tersebut mulai bergeser menjadi mutually paradigm, paradigma yang memfasilitasi psikologi untuk ikut dalam penanganan kebencanaan.

Selama ini di dalam penanganan kebencanaan, psikolog  masih berkutat di dalam tahapan respons seperti pemberian treatment. Padahal ilmu  psikologi mampu berada di tahap yang lebih tinggi yaitu mitigasi, tahap untuk memperkecil risiko bencana. Psikolog dapat berkontribusi dalam tahap mitigasi dengan kemampuan berkomunikasi dan melakukan psikoedukasi terhadap masyarakat.

Setelah mengangkat tema persepsi masyarakat pascaerupsi merapi 2010 sebagai judul tesisnya, Lusi merasa bahwa kajian kebencanaan di Indonesia sangat penting. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di daerah rawan bencana seperti gempa dan gunung meletus. Maka tidak heran jika Indonesia sering disebutkan dalam literatur kebencanaan. Namun sangat disayangkan literatur tersebut ditulis bukan oleh orang Indonesia. Padahal apabila terdapat literatur mengenai kebencanaan dan keadaan geografis Indonesia, penanganan psikologi kebencanaan akan lebih mudah diberikan kepada msyarakat luas. Semoga di masa depan lebih banyak penelitian dan buku mengenai psikologi kebencanaan. [Marsa, Alifah]

Dosen STAIN Kudus Raih Doktor Usai Teliti Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

Dosen STAIN Kudus, Saliyo, S.Ag., M.Si.,  memperoleh gelar doktor usai menjalani ujian terbuka program doktor dari Fakultas Psikologi UGM, Kamis (7/5). Dalam kesempatan tersebut Saliyo mempertahankan disertasi berjudul “Intensitas Zikir, Religiusitas, Makna Hidup dengan Subjective Well Being Santri Spiritual Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah”.

Dari penelitian yang dilakukan pria kelahiran Kebumen, 43 tahun silam ini pada tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen diketahui bahwa intensitas zikir, religiusitas, dan makna hidup yang dimiliki oleh pengikut tarekat tersebut secara bersama-sama tau mandiri berpengaruh terhadap pemenuhan fungsi kesejahteraan psikologis individu berkaitan dengan kehidupan lingkungannya (subjective well being). Anggota tarekat yang secara teratur dan berkualitas dalam berzikir, pengalaman agama dan makna hidupnya akan meningkat subjective well being-nya. “Secara psikologis, kata dia, orang yang baik subjective well being-nya akah melahirkan rasa tenang, damai, bahagia, dan kualitas hidup yang lebih baik. Orang itu akan dihiasi dengan sifat pasrah, ikhlas, ridho, legowo dan selalu bersyukur menjalani hidup,” terangnya.

Saliyo menyebutkan bahwa anggota tarekat yang melakukan zikir secara intensif, pengalaman keagamaan yang berkualitas, hidup bermakna dan memiliki kesejahteraan psikologis serta teratur berolahraga berpengaruh terhadap kesehatan hidupnya. Hal tersebut terbukti banyak anggota yang memiliki umur panjang dan sehat.

Menurutnya, pendidikan spiritual tarekat Naqsabandiyah Holidiyah ini merupakan pendidikan yang positif dan menyehatkan secara psikologis dan fisiologis dan dapat diterapkan pada usia dewasa. Sehingga pendidikan spiritual tarekat ini dapat dijadikan contoh bagi pendidikan lainnya karena mendidik karakter yang menciptakan peserta didik berakhlak mulia. (Humas UGM/Ika)

sumber: www.ugm.ac.id

Meningkatkan Mental Sehat dengan Web-based Training CPMH

Pada Senin (4/5) lalu, Center for Public Mental Health (CPMH) salah satu unit penelitian  Fakultas Psikologi UGM mengadakan kuliah umum Prof. Harry Minas sekaligus peluncuran web-based training (webinar). Sebanyak 150 orang mengikuti acara tersebut di auditorium G100 dan sekitar 10 orang mengikuti secara online.

Saat pembukaan acara, Supra Wimbarti selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM berharap isu kesehatan mental berkembang tidak hanya pada lingkup PUSKESMAS dan Rumah Sakit tetapi juga di sekolah dan perusahaan. Hal ini seiring dengan kebutuhan masyarakat mengenai kesehatan mental yang semakin meningkat. Pada era teknologi informasi dan komunikasi saat ini, webinar hadir untuk memenuhi pertemuan antara psikolog dan masyarakat. “Semoga web-based training menjadi rujukan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan mental masyarakat,” tutur Supra di penghujung sambutan.

Pada web-based training tahap pertama, CPMH mengangkat topik Promoting Leadership in School dan Suicide Prevention. Tim CPMH akan mengunggah modul mengenai kedua topik tersebut di situs web per minggu yang dapat diakses oleh masyarakat. “Untuk informasi lebih lanjut sekaligus pendaftaran, masyarakat dapat mengakses http://kesehatanjiwamasyarakat.net”, jelas Diana Setiyawati, dosen Fakultas Psikologi UGM selaku direktor CPMH.

Setelah peluncuran web-based training oleh dekan dan direktor CPMH, selanjutnya kuliah umum oleh Prof. Harry Minas. Profesor di Universitas Melbourne tersebut membawakan kuliah dengan judul “Kepemimpinan dalam Pengembangan Sistem Kesehatan Mental dan Sasaran Pembangunan yang Berkelanjutan”, salah satu topik utama dalam web-based training. Dalam kuliahnya sore hari itu, Harry menyebutkan bahwa dibutuhkan anggaran pemerintah yang lebih besar untuk kesehatan mental serta anak-anak muda yang mau berkarier di kesehatan mental guna tercapainya sistem kesehatan mental publik yang baik. Sebuah fakta menunjukkan bahwa banyak disabilitas individu pada umur produktif disebabkan oleh gangguan mental, hal ini membuat kesehatan mental semakin mendesak untuk diperhatikan. “Seharusnya insan psikologi tidak hanya menyampaikan opini, tetapi juga ikut mengambil keputusan terkait kesehatan mental public”, tutur Harry menutup kuliah tersebut.

Wahyu Nhira Utami, peserta webinar dari Kalimantan, pada akun media sosial-nya mengatakan terkesan mengikuti webinar CPMH. “Setahun yang lalu, aku kembali ke kampung halaman dan satu hal yang saya benar-benar kehilangan adalah kesempatan untuk bertemu orang pintar dan inspiratif dari seluruh dunia. Webinar ini untuk memudahkan saya (dan yang lain  seperti saya) untuk dapat memperbarui pengetahuan kita dari rumah kita sendiri”, ujar Nhira. [Marsa, Alifah]

Alumni Berbagi : Workshop Lumina Park

Sebagai implementasi dari upaya menjalin komunikasi dengan alumni, kali ini Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Workshop Lumina Spark (27/5/2015). Alyeen Wisudha dari Lumina Global Partner untuk Indonesia tampil sebagai narasumber. Alumni yang mengkoordinir acara ini adalah Drs. Widyarto Adi, alumni angkatan 1971. Workshop bertempat di ruang G-100 Fakultas Psikologi dan jumlah partisipan sebanyak 71 orang, terdiri dari dosen, mahasiswa Magister Psikologi Profesi, dan psikolog Puskesmas dari Dinas Kesehatan Yogyakarta.

Alyeen menjelaskan Lumina Spark sebagai generasi model pengembangan kepribadian yang mendukung individu, tim, dan organisasi untuk bekerja lebih efektif. Lumina Spark menggunakan kerangka berwarna-warni yang sangat interaktif untuk pemahaman diri yang lebih baik, dan membantu orang mengidentifikasi bagaimana meningkatkan hubungan kerja mereka dengan orang lain.

Perempuan lulusan University of Westminster, London ini mampu memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi perkembangan salah satu cabang ilmu psikologi khususnya untuk mahasiswa yang sedang menempuh studi lanjutan pada bidang keprofesian psikologi.

Informasi lebih lanjut mengenai Lumina Spark silakan mengunjungi situs resminya, https://www.luminalearning.com

Sosialisasi PPAN di Psikologi UGM

PPAN (Pertukaran Pelajar antar Negara) merupakan program tahunan hasil kerjasama antara pemerintah RI dengan negara-negara sahabat. Kamis (12/3) yang lalu Fakultas Psikologi UGM berkesempatan menjadi tuan rumah sosialisasi PPAN. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan sekaligus mengabarkan adanya proses seleksi PPAN.

Bertempat di gedung G-100, acara dibuka oleh Dian Nasrah Marissa, staff pengajar Fakultas Psikologi UGM yang belum lama ini meyelesaikan S3 di Universitas Maryland, Amerika. Kemudian acara diambil alih oleh dua orang dari Purna Caraka Muda Indonesia DPD DIY, organisasi alumni PPAN daerah DIY. Keduanya memberi penjelasan mengenai PPAN beserta syarat pendaftaran.

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara full English, terdapat enam program PPAN. Program-program tersebut adalah ICYEP (Indonesia-Kanada), AIYEP (Indonesia-Australia), SSEAYP (ASEAN-Jepang), IMYEP (Indonesia-Malaysia), IKYEP (Indonesia-Korea), dan CHIYEP (Indonesia China). Keenamnya mengusung topik yang berbeda, contohnya: ICYEP yang mengusung tema community development, sedangkan CHIYEP menawarkan entrepreneurship. Selain topik yang berbeda, durasi pertukaran dan syarat umur untuk mendaftar pun tidak sama. Program terunik ialah SSEAYP karena kegiatan pertukaran dilaksanakan di dalam kapal.

PPAN yang telah diadakan sejak 1973 ini merupakan program yang patut diikuti oleh generasi muda. Hal ini disebabkan PPAN memang bertujuan untuk mendidik dan memberikan pengalaman untuk lebih menghargai Indonesia dan bangsa-bangsa lain untuk bekerja sama dalam pembangunan global. Sayangnya, tidak banyak mahasiswa yang mengikuti sosialisasi PPAN ini. Mungkin akibat jadwal sosialisasi yang berbarengan dengan jadwal kuliah. [Marsa,Alifah]