Arsip:

Rilis

Tasyakuran Dies Natalis Ke-51, Fakultas Psikologi UGM Luncurkan Buku dan Resmikan Gedung

Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan tasyakuran, Senin (11/1), sebagai puncak rangkaian acara Dies Natalis ke-51. Bertempat di hall gedung D Fakultas Psikologi UGM, acara dimulai pukul 11.00 hingga 14.00 WIB. Hadir di acara tersebut dosen, karyawan, mahasiswa dan alumni Fakultas Psikologi UGM, serta banyak tamu undangan.

Rangkaian Dies Natalis ke-51 ini bertemakan: Positive minds, positive lives, dan positive vibes. Akan tetapi, untuk acara tasyakuran, “berkesenian” diangkat sebagai tema besar. “Tanpa kesenian, hidup akan terasa hampa,” ucap ketua panitia, Idei Kurnia Swasti, M.Psi, dalam laporannya. Di sisi timur panggung memang tim karawitan Fakultas Psikologi UGM siap menghibur hadirin. Ketoprak yang dimainkan oleh beberapa dosen dan karyawan pun berhasil mengundang tawa hadirin berkali-kali.

Seperti tahun sebelumnya, pemberian penghargaan bagi mahasiswa dan tenaga kependidikan berprestasi kembali diadakan. Berbagai doorprize juga dibagikan. Namun, tasyukaran kali ini memiliki agenda unik, yaitu penyerahan piala bergilir perkawinan milik angkatan 1958, angkatan pertama, kepada Fakultas Psikologi UGM.

Tasyakuran juga disemarakkan dengan peluncuran buku Psikologi untuk Indonesia Tangguh dan Bahagia oleh Supra Wimbarti, M.Sc, Ph.D selaku dekan. “Harapannya buku ini dapat bermanfat tidak hanya untuk mahasiswa dan dosen, tetapi juga bangsa,” ucap Supra. Buku kedua dengan judul Psikologi untuk Maju dan Beretika sedang dalam proses penyusunan.

Yang spesial, acara tasyakuran ini menjadi momen bagi Fakultas Psikologi UGM untuk meresmikan gedung enam lantainya (gedung D). Peresmian dilakukan oleh rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. dengan penandatanganan plakat. Dwikorita memberikan pujian kepada Fakultas Psikologi yang berhasil membangun gedung secara mandiri. Ia berharap pencapaian ini dapat menjadi contoh untuk fakultas-fakultas lain.

Melalui tasyakuran ulang tahun ke-51 nya, Fakultas Psikologi UGM ingin menunjukkan buah usaha terbaiknya selama ini. Semoga di tasyakuran berikutnya Fakultas Psikologi UGM dapat mempersembahkan pencapaian yang lebih hebat dan menghibur lagi. [Marsa]

Dies Natalis ke-51, Fakultas Psikologi UGM Selenggarakan Berbagai Kegiatan

Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan serangkaian acara untuk menyemarakkan ulang tahunnya (dies natalis) yang ke-51. Rangkaian acara dibuka dengan senam bersama Korpagama dan penerbangan balon pada Jumat (27/11). Kemudian dilanjutkan dua macam perlombaan, yaitu karaoke dan gulung stagen. Berbagai acara terus diselenggarakan setiap pekannya di hari Jumat hingga puncaknya pada 8 Januari 2016.

Pada Jumat berikutnya (4/12), kembali dihadirkan perlombaan dengan jenis yang berbeda. Bertempat di lapangan belakang Fakultas Psikologi UGM, para pemain pingpong secara individual, putra maupun putri, unjuk kebolehan. Tak jauh dari pingpong, terdapat pertandingan voli bola plastik yang masing-masing kelompok terdiri dari enam pemain. Adapun peraih juara dari ketiga lomba (gulung stagen, pingpong, dan voli) sebagi berikut:

Gulung Stagen
Dra. Aisah Indati, M.Si. (juara 1), Etik Setyaningsih, S.E. (juara 2), dan Zassid Vachrul Rozi (juara 3).

Pingpong
Kelompok putri: Etik Setyaningsih, S.E., (juara 1); Florentina Rusmawati, A.Md. (juara 2), dan Hijah, A.Md. (juara 3).
Kelompok putra: Rochmadi (juara 1), Tri Purnomo (juara 2), dan Agni Prasetyo,S.E. (juara 3)

Voli
Kelompok Putra: Sugito dkk (juara 1), Wahyu Sujarwo, S.IP., dkk (juara  2), dan Setiawan N dkk (juara 3)
Kelompok Putri: Dania dkk (juara 1), Etik Setyaningsih, S.E. (juara 2), dan Suyati (juara 3)

Selain perlombaan, Fakultas Psikologi UGM mempersebahkan dua workshop menarik (11/12). Workshop pertama berjudul “Workshop Sehat, Sehat, Sehat!: Kesehatan Holistik Berbasis Biopsikososiospiritual” yang menghadirkan Dr. dr Zaenal M. Sofro, AIFM. Sport & Cicr. Med. Workshop Sehat tersebut berlangsung di G100 mulai pukul 09.00 WIB – 11.00. Setelahnya dilanjutkan dengan Workshop Cantik “Beauty Class: Cantik Bersama Wardah” yang berlangsung selama 90 menit mulai pukul 13.00 WIB.

Pada Jumat (18/12) telah terselenggara workshop dan perlombaan kreasi bento (masakan Jepang) bertempat di selasar Gedung D yang bertajuk stay happy stay healthy. Pemenang lomba juara satu adalah tim Rr. Dasi Hernawati, S.E.T, juara dua diraih tim Wida Septia Putri, S.E., dan juara tim jatuh pada tim Siti Uswatun Hasanah, S.TP. Pembicara workshop yaitu Deri Rizki Anggarani, S.Gz.

Selain itu ada acara berkunjung ke keluarga pinisepuh Fakultas Psikologi UGM (18/12) dan pada Ahad (20/12) civitas akademika melakukan ziarah ke makam para pendahulu Fakultas Psikologi UGM.

Memahami tren masa kini, Fakultas Psikologi juga menyediakan photobooth dan hopes tree yang dapat ditemui dengan mudah di Atrium, Gedung A Fakultas Psikologi UGM. Semua civitas akademika Psikologi UGM diajak untuk berfoto di situ, lalu mengunggahnya ke IG, FB, maupun twitter dengan hashtag @DIES51FPSIUGM. Semua perlombaan dan workshop memang diperuntukkan untuk seluruh civitas akademika Psikologi UGM secara gratis.[Marsa]

Enam Civitas Akademika Psikologi UGM Raih Penghargaan Insan Berprestasi UGM 2015

Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Malam Penghargaan bagi Insan Berprestasi UGM (16/12). Malam penghargaan ini merupakan satu dari enam puluh enam kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis UGM ke-66. Bertempat di Balai Senat, Kantor Pusat UGM, di antaranya hadir rektor dan wakil rektor UGM, para dekan, serta dosen dan mahasiswa.

Sesuai dengan namanya, di acara ini UGM memberikan penghargaan pada insan UGM yang berprestasi. Diharapkan acara ini dapat menginspirasi insan UGM lainnya untuk mengukir prestasi. Terdapat sepuluh kategori penghargaan mulai dari mahasiswa, peneliti, hingga alumni berprestasi. Pada malam itu juga terdapat penganugerahan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) bagi lima orang mahasiswa termuda UGM.

Fakultas Psikologi UGM patut berbangga karena enam civitas akademikanya berkesempatan untuk hadir di Balai Senat sebagai penerima penghargaan. Yang pertama ialah Marsa Amalia Aniq sebagai mahasiswa berprestasi tingkat sarjana. Kemudian Alvinasari Tryardini peraih rekor MURI mahasiswa termuda (masuk UGM pada usia 14 tahun). Okky Ifiakusuma Widyasari, S.E. sebagai terbaik II pengelola administrasi keuangan. Tri Purnomo sebagai terbaik III tenaga teknis. Penghargaan dosen dengan publikasi jurnal internasional bidang sosial humaniora terbanyak dianugerahkan kepada wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S. Yang terakhir, Dra. Aisah Indati, M.S. memperoleh penghargaan atas jasanya selama 25 tahun menjadi DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) KKN (Kuliah Kerja Nyata).

Acara ini berjalan penuh suka cita dan rasa syukur. Bahkan ada yang mengaku gugup dan terharu akibat tidak menyangka memperoleh penghargaan tersebut. “Peroleh penghargaan ini dipilih dari 61.000 civitas akademika UGM. Dan untuk kategori alumni, diseleksi dari ratusan ribu alumni UGM”, tutur rektor UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, dalam sambutannya. Acara malam itu ditutup sekitar pukul 21.30 WIB dengan persembahan tari Gayo Leuwes dari Rampoe UGM, dialanjutkan dengan doa. Semoga, seperti kata seorang penerima penghargaan yang diminta mengutarakan kesannya, acara ini dapat diadakan secara lebih besar dan berkesinambungan agar lebih banyak lagi civitas akademika UGM yang terinspirasi. Tentu saja diharapkan peraihan kali ini mampu memotivasi civitas akademika psikologi UGM lainnya untuk berprestasi di bidangnya masing-masing. [Marsa]

Psikologi UGM Meluluskan 24 Sarjana Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada meluluskan 24 sarjana pada wisuda periode 18 November 2015. Jumlah lulusan laki-laki 4 orang dan wanita sebanyak 20 orang. Pelepasan wisudawan bertempat di ruang auditorium fakultas setelah prosesi seremonial wisuda di Grha Sabha Pramana UGM.

Jumlah lulusan berpredikat cumlaude sebanyak 11 orang. Mereka adalah Zafira Rahmania Nur Shabrina (3,79), Kalista (3,64), Pamela Sinia Putripranoto (3,64) , Kezia Rut Fienta BR. L. Tobing (3,63), Isti Seprina (3,56), Inas Zahra (3,54), Muflihah Azahra Iska Hasibuan (3,54), Novica Endriana Sari (3,52), Nisaul Maghfiroh (3,52), Reza Rizki Basuki (3,52), Oktafiani Bayu Rini (3,51).

Indeks Prestasi Kumulatif Tertinggi 3,79 diraih oleh Zafira Rahmania Nur Shabrina. Gelar waktu studi tercepat 3 tahun 6 bulan disandang oleh Inas Zahra. Wisudawan termuda yaitu Muflihah Azahra Iska Hasibuan, ia mendapat gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada umur 21 tahun 0 bulan 17 hari.
Selamat dan sukses!

Olimpiade Psikologi: UGM Menjadi Juara Umum Lagi

[smartslider2 slider=”3″]

Olimpiade Psikologi Nasional! Acara dua tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) ini akhirnya diselenggarkan kembali pada 13-14 November 2015. Seperti pada dua olimpiade sebelumnya, Surabaya masih menjadi tuan rumah pada olimpiade ketiga ini.

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak mau ketinggalan di dalam perhelatan tersebut. Apalagi pada kesempatan sebelumnya UGM berhasil menggondol juara umum. Tidak tanggung-tanggung, UGM mengirim peserta untuk seluruh cabang lomba yang ada (16 cabang). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika total mahasiswa yang tergabung dalam kontingen UGM mencapai kurang lebih 60 orang dengan didampingi oleh dua orang staf pengajar.

Sebelum berangkat dari kampus tercinta, kontingen dilepas oleh dekan, wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan, serta kasie. Akademik Fakultas Psikologi UGM (12/11). “Kami tidak menuntut kalian harus menang. Akan tetapi, jika menang, alhamdulillah. Semoga kita bisa vini, vidi, dan vici,” tutur dekan Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti kepada seluruh mahasiswa yang telah siap berangkat ke medan juang. Tidak lupa doa dipanjatkan secara khusyuk. Pengambilan foto bersama dengan piala juara umum olimpiade kedua pun dilakukan.

Selama kurang lebih 13 jam waktu yang harus kontingen UGM habiskan di dalam bus yang membawa mereka ke kota Surabaya. Akan tetapi, lamanya perjalanan tersebut tentu tidak mengurangi antusiasme keesokan harinya. Pembukaan (psychopening) dimana saat itu bendera Fakultas Psikologi UGM sempat dibentangkan terasa begitu cepat. Perlombaan demi perlombaan pun akhirnya selesai dijalani. Sampailah pada saat yang ditunggu-tungu: malam penutupan sekaligus pengumuman juara (psychoclosing).

Malam Minggu 14 November 2015 itu menjadi malam yang cukup mendebarkan. Bertempat di Universitas 17 Agustus Surabaya, kontingen UGM beserta kontingen dari banyak universitas lainnya berdebar-debar menanti jawaban dari pertanyaan; “siapa saja pemenang di tiap- tiap cabang?” dan “Universitas mana yang akan keluar menjadi juara umum?” Berbagai hiburan yang panitia persembahkan di awal psychoclosing tampaknya cukup mencairkan ketegangan yang ada, tetapi tidak dapat menghilangkan seluruh rasa penasaran dan deg-degan.

Pengumuman demi pengumunan berlalu. Sorak-sorai terdengar dari kontingen yang namanya disebutkan alias meraih juara 1/2/3 pada cabang yang sedang diumumkan. Segala puji bagi Tuhan semesta alam! UGM berhasil menyabet 4 emas (psychochess, psikologi dasar, eksperimen dasar, dan asesmen tumbuh kembang), 3 perak (psychodrama, psychovoice, dan psikodiagnostik), dan 2 perunggu (psychopaper dan psychotoys). Untuk kedua kalinya predikat juara umum dianugerahkan kepada UGM. Panggung berkarpet merah pun dipenuhi oleh mahasiswa berjas almamater ‘karung goni’. Mau tak mau jargon dan himne UGM terdengar di seantero ruangan yang dipenuhi ratusan orang tersebut.

Malam itu juga kontingen UGM kembali ke kota gudheg dengan memboyong piala kemenangan. Semua segera terlelap dengan rasa lelah sekaligus bahagia. Persiapan selama beberapa bulan akhirnya terbayar tuntas. Perasaan lega pun hadir karena mereka berhasil merealisasikan jargon yang mereka kumandangkan di hadapan universitas-universitas lain: “UGM: JUARA!” [Marsa]

Alumni Berbagi Kisah Profesi Lulusan Psikologi

Beradasarkan hasil survey Departemen Akademi dan Profesi Lembaga Mahasiswa (LM) Psikologi, mahasiswa S1 cenderung memilih untuk melanjutkan pendidikan S2 dengan setting klinis dan industri organisasi sebagai bidang yang paling banyak diminat? LM Psikologi mengadakan sharing session bersama alumni pada Kamis, 29 Oktober 2015 lalu untuk mengetahui peran profesi lulusan psikologi.

Annisa Poedji Pratiwi, M. Psi., Psi., adalah alumnus S1 angkatan 2008 dan S2 Magister Profesi angkatan 2012. Shasa, panggilan akrabnya kini berkecimpung dalam setting klinis dan bekerja sebagai psikolog RS, Puskesmas, lembaga kesehatan, bekerja sama dengan sekolah dan perusahaan, serta masih banyak lainnya. Alasan Shasa memilih psikologi klinis untuk menghapus stigma negatif masyarakat mengenai masalah gangguan jiwa. Selain itu, setting klinis dapat masuk ke dalam bidang apapun, contohnya bekerja sama dengan sekolah dan perusahaan.

Menurut Shasa, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa S1 jika ingin melanjutkan di setting klini,  yaitu observasi, wawancara, psikodiagnostika dan intervensi. Melalui pengalamannya saat terjun langsung ke masyarakat, Shasa banyak belajar mengenai pemverian psikoedukasi. “Psikolog perlu memberikan edukasi kepada klien sehingga mereka lebih terbuka dan nyaman”, ungkapnya. Shasa juga menambahankan bahwa materi edukasi yang diberikan tidak boleh sembarangan. “ Psikolog memberikan materi, penyuluhan dan edukasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki”, jelasnya.

Ayodya Narutama, S. Psi., adalah alumnus angkatan 2006 merupakan founder Biro Psikologi CMT (Coconut Management Team). Menurut Ayod, lulusan psikologi tidak harus bekerja hanya sebagai karyawan HRD atau personalia, ia menjelaskan peluang lain yaitu dengan membuka usaha training yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Ayod menceritakann perjalanannya membangun biro psikologi yang dimulai dari nol hingga kini memiliki aset hingga 80 juta rupiah dengan total omset yang terus meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan pengalamannya itu, Ayod berpesan agar mahasiswa tidak lagi mengotak-kotakkan psikologi organisasi dan industri hanya pada bidang tertentu saja. “Buatlah industri psikologi, bukan psikologi industri”, tegas Ayod. Ia juga memberikan tips kepada mahasiswa yang ingin berwirausaha di bidang psikologi dengan mempelajari suatu hal secara sungguh-sungguh, aktif berkomunikasi menambah networking serta menguasai ilmu public speaking. [Alifah]

Budaya dan Agama Pengaruhi Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius kesehatan global. Demikian pula di Indonesia,  persoalan kesehatan jiwa dari tahun ke tahun semakin serius.  Data Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat.

Prof. Drs. Subandi, M.A, Ph.D., mengatakan masalah gangguan dan kesehatan jiwa memiliki dimensi cukup kompleks.  Kesehatan jiwa tidak hanya terkait masalah medis atau psikologis semata, tetapi juga mempunyai dimensi sosial budaya sampai dimensi spiritual dan religius.

“ Faktor budaya bisa memberikan pengaruh terhadap timbulnya dan kekambuhan gangguan jiwa,”jelasnya saat menyampaikan Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam bidang Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM di Balai Senat UGM, Selasa (27/10).

Menyampaikan pidato berjudul “Kesehatan Jiwa Dalam Perspektif Budaya dan Agama”, Subandi mengatakan faktor budaya juga berperan penting dalam proses kesembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa. Hasil penelitian lintas budaya yang dilakukan WHO menunjukkan bahwa proses perjalanan gangguan jiwa skizofrenia di negara berkembang jauh lebih baik dibandingkan negara maju, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berbagai dugaan muncul terkait hasil tersebut, salah satunya karakter masyarakat negara maju yang bersifat indiviudalistik sehingga kurang memberikan dukungan sosial dibandingkan masyarakat negara berkembang yang bersifat kolektif.  Sementara itu di negara berkembang banyak ditemukan onset (proses munculnya) gangguan jiwa yang cenderung cepat mempengaruhi kesembuhan dengan cepat.

Ia menjelaskan hingga saat ini belum ada penelitian empiris terkait kesembuhan gangguan psikosis di Indonesia. Namun, dari cerita rakyat masyarakat Jawa yang mengamati fenomena gangguan jiwa, seperti Suminten Edan, bisa diketahui stresor terbanyak penyebab gangguan jiwa adalah masalah keluarga, termasuk gagal menikah.  Dari penelitian yang dilakukan Godd dan Subandi (2000) diketahui dari 391 kasus yang ditemukan stresor yang paling banyak berasal dari keluarga, kemudian diikuti masalah  pendidikan, hubungan lawan jenis, dan masalah pekerjaan. Selain itu, onset yang timbul pada kasus Suminten sangat cepat dengan proses kesembuhan yang relatif cepat pula.
Subandi menyampaikan dalam proses penyembuhan penderita gangguan jiwa, munculnya rasa malu atau isin menjadi sebuah penanda awal dalam proses kesembuhan. Pasalnya, orang yang mengalami gangguan jiwa dapat dikatakan sebagai orang yang telah kehilangan rasa malu.

“Begitu penderita mulai merasa malu berarti muncul kesadaran diri dan lingkungannya serta bisa mengontrol perilakunya,”jelasnya.

Dimensi budaya Jawa lain yang terkait dengan kesembuhan dari gangguan jiwa di masayarakat Jawa adalah nilai budaya ngemong. Ngemong dalam hal ini menunjukkan sikap toleran, penuh perhatian, penuh kasih sayang, dan penerimaan positif atas perilaku agresif dan impulsif pada keluarga dan masyarakat luas.  Menurut Subandi, konsep ngemong ini bisa dipakai sebagai salah satu nilai dasar sistem pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai profesi kesehatan jiwa dalam sebuah sistem yang saling memahami dan menghargai dalam menangani penderita gangguan jiwa. Dengan demikian, dapat mengurangi rehospitalisasi dan meningkatkan fungsi sosial penderita.

Ngemong hubungan antar profesi kesehatan jiwa, ngemong antar institusi untuk ngemong penderita ganguan jiwa dan keluarga,”katanya.

Lebih lanjut Subandi mengatakan dalam sistem perawatan kesehatan jiwa juga perlu memperhatikan dimensi keberagamaan.  Dalam setiap agama terdapat tradisi spiritualitas yang dapat berkontribusi pada pengembangan konsep dan praktik kesehatan jiwa. Misalnya, tradisi tasawuf dalam Islam yang banyak dipraktikkan di masyarakat hingga sekarang. Dalam tasawuf, konsep penyakit hati ditengarai dengan adanya perasaan iri, benci, curiga, cemburu, marah, dendam, sombong, pamer dan lainnya. Konsep tersebut sangat dekat dengan konsep psikologi Barat, yakni emosi negatif. Karenanya, upaya untuk menyandingkan kedua ilmu dari kedua tradisi tersebut perlu dikembangkan. Ilmu tasawuf akan menjadi aktual apabila menggunakan pendekatan-pendekatan psikologi modern.Sementara perspektif tasawuf bagi psikologi dapat mengarahkan psikologi kepada nilai-nilai kebaikan yang bermanfaat untuk kesejahteraan orang banyak. (Humas UGM/Ika)

sumber: ww.ugm.ac.id

Fakultas Psikologi UGM Luluskan 16 Ilmuwan dan 17 Psikolog

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sukses menyelenggarakan acara pelepasan wisudawan program pascasarjana (20/10/2015). Jumlah lulusan dari Program Magister Psikologi sebanyak 16 ilmuwan dan 17 psikolog dari Magister Psikologi Profesi. Hingga saat ini, keseluruhan lulusan pascasarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berjumlah 2.191 orang.

Pada Program Magister Psikologi Profesi, indeks prestasi kumulatif tertinggi 3,88 diraih Kharisma Handayani dan Rilis Asterina. Predikat cumlaude dipegang oleh 8 orang, mereka adalah Kharisma Handayani (IPK 3,88), Rilis Asterina (IPK 3,88), Sovi Septania (IPK 3,82), Aisyah Dewi Purnomo (IPK 3,8), Aji Cokro Dewanto (IPK 3,8), Devi Damayanti (IPK 3,8), Destiar Nor Aini (IPK 3,78), Harini Indrawati (IPK 3,78). Sedangkan lulusan berpredikat sangat memuaskan ada 7 orang dan 2 orang berpredikat memuaskan. Masa studi terpendek selama 1 tahun 11 bulan ditempuh oleh Kharisma Handayani, Rilis Asterina, Harini Indrawati, Sovi Septania.

Beralih ke Program Magister Psikologi, indeks prestasi kumulatif tertinggi 3,77 diraih oleh Andriyani Emilia Lay sekaligus satu-satunya peraih predikat cumlaude. Kali ini lulusan berpredikat memuaskan ada 9 orang, dan memuaskan ada 6 orang. Masa studi terpendek selama 1 tahun 10 bulan ditempuh oleh Nur Afiah.

Fakultas Psikologi kali ini memberikan penghargaan kepada Patricia Meta Puspitasari dan St. Nurjannah Yunus Tekeng sebagai lulusan dengan naskah publikasi tesis terbaik. Tesis Patricia berjudul “Application Art Therapy For Child Victim Of Domestic Violence With Symptoms Of Posttraumatic Stress Disorder”. Patricia merupakan psikolog klinis bimbingan Prof. Dr. Sofia Retnowati, M. S. Sedangkan tesis milik Nurjannah berjudul “Peranan Kepuasan Kebutuhan Dasar Psikologis Dan Orientasi Tujuan Mastery Approach Terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri Mahasiswa”, bimbingan Prof. Dr. Asmadi Alsa.

Selamat dan sukses.

Alumni Berbagi Inspirasi Dalam Kompetensi Kerja

Memasuki usia setengah abad, Fakultas Psikologi UGM telah meluluskan ribuan mahasiswa yang kini telah terjun di masyarakat dan berkarier di berbagai tempat. Kini saatnya para alumnus memberikan kontribusi dengan berbagi ilmu dan pengalamannya kepada mahasiswa.

Dr. Darmin A. Pella, S.Psi, MM berkesempatan mengunjungi almamater tercinta di acara Alumni Berbagi yang diadakan oleh Sekretariat Kerja Sama & Alumni pada Jumat, 16 Oktober lalu. Darmin adalah alumnus angkatan 1990 yang memiliki pengalaman bekerja lebih dari 15 tahun di bidang project leader konsultasi manajemen di berbagai perusahan swasta dan institusi pemerintah. Berbekal pengalamannya itu, Darmin menyampaikan materi “Kompetensi Sarjana Psikologi untuk Sukses di Dunia Kerja”.

Menurut Darmin, kompetensi berisikan unsur mampu (knowledge&skill) dan unsur mau (motivation/attitude) agar efektif dalam melaksanakan suatu pekerjaan, peran, jabatan, atau tugas tertentu. Darmin juga emaparkan mengenai masalah dan tantangan yang akan dihadapi alumnus psikologi di dunia kerja. Oleh karena itu dibutuhkan persiapan-persiapan untuk meningkatkan keterampilan memasarkan diri dalam rangka mendapatkan hasil terbaik di dunia kerja. “Menciptakan masa depan dimulai dari membuat perencanaan visi karir berdasarkan dimensi kesuksesan”, tutur Darmin.

Permasalahan fresh graduate ternyata tidak sampai di situ, Darmin menambahkan ada beberapa musuh yang harus dihadapi fresh graduate. Diantaranya adalah IPK kecil, tidak mempunyai visi karir, tidak tahu cara mencari kerja, tidak memiliki kompetensi, tidak ada pengalaman organisasi maupun pengalaman kerja, serta memiliki sikap mental elit. Darmin berpesan agar mahasiswa menyiapkan dirinya dimulai dari sekarang. “Perjelas visi karir Anda, mau bekerja di mana, bagian apa dan meniti karir sebagai apa dan tidak lupa menambah pengalaman kerja di lapangan”, pesan Darmin kepada mahasiswa semester 5-6. Ia juga menambahkan bahwa di semester 7-8, mahasiswa harus belajar membuat surat lamaran dan resume CV yang baik serta menciptakan networking. [Alifah]

Believe and Culture in Psychotherapy Bersama Prof. Malik Badri

Bertempat di G-100 Fakultas Psikologi UGM, Center for Mental Health (CPMH) mengadakan workshop dengan tajuk “Believe and Culture in Psychotherapy”. Acara yang berlangsung selama dua hari ini, yaitu 13 & 14 Oktober 2015, merupakan rangkaian acara dari International Conference on Islamic Psychology yang diprakarsai oleh Asosiasi Psikologi Islam Indonesia. Sebagai pembicara ialah Profesor Malik Badri, seorang dosen, ilmuwan, sekaligus psikolog klinis yang berasal dari Sudan, tetapi lama menimba ilmu di Inggris.

Workshop ini dipenuhi antusiasme dari partisipan yang kebanyakan adalah mahasiswa S2 dan S3, serta profesional. Tentu saja hal tersebut tidak mengherankan sebab selain pakar psikologi klinis, Profesor Malik Badri merupakan pelopor islamisasi psikologi yang dikenal luas melalui bukunya Dilema Psikolog Muslim. Apalagi workshop ini tidak hanya memberikan teori, tetapi dilengkapi dengan praktik.

Dipandu oleh Diana Setyawati, M.Sc., Ph.D sebagai moderator, di hari pertama terdapat dua sesi acara. Sesi pertama ialah Psychoterapy Fundamentals yang menceritakan macam-macam psikoterapi, secara general. Pada sesi ini juga disebutkan bahwa berbagai macam psikoterapi saat ini sebenarnya sudah digunakan oleh ilmuwan Arab zaman dulu, misalnya Ibnu Sina (terapi exposure) dan Al-Ghazali (terapi Systematic Desensitization). Pada sesi selanjutnya Prof. Malik Badri menjelaskan tentang terapi Systematic Desensitization, terapi yang menggabungkan antara eksposur stimulasi yang berlawanan dengan keadaan pasien dan kehadiran stimulus pemicu masalah secara berangsur-angsur. Terapi Systematic Desensitization banyak digunakan karena selain tidak memakan banyak waktu, kemungkinan pasien untuk pulih lebih besar.

Pada hari kedua Prof. Malik Badri membahas lebih dalam mengenai systematic desensitization sekaligus inovasi yang telah dilakukannya pada terapi tersebut. Inovasi beliau adalah menjadikan systematic desensitization tidak hanya terapi perilaku, tetapi juga kognitif, misalnya membacakan pasien ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan persoalan pasien (untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tulisan beliau*). Peserta workshop diperlihatkan cara membuat rileks dan membangkitkan imajinasi pasien. Ada kesempatan bagi peserta untuk mempraktikkan hal tersebut dengan sesama peserta.

Di penghujung acara Prof. Malik Badri berpesan, “Jangan membuang psikologi barat begitu saja. Pelajari itu dengan baik agar dapat mengambil yang berguna.” “Membuang psikologi barat begitu saja sama saja dengan membuang air mandi bayi beserta bayinya, bayi-bayi pemikiran kita (kaum muslim) sendiri,” tambah moderator workshop. [Marsa]

*Badri, M. B. (2014). Cognitive Systematic Desensitization: An Innovative Therapeutic Technique with Special Reference to Muslim Patients. American Journal of Islamic Social Sciences, 31(4), 1-13.