Arsip:

Rilis

Atlet Tenis Lapangan Psikologi UGM Raih Juara di Malaysia

Michael Robert Alvianto Tanoso, mahasiswa Fakultas Psikologi UGM angkatan 2018, berhasil mengukir prestasi membanggakan dari pertandingan tingkat internasional “The 14th Univerisiti Teknologi Mara International Sports Fiesta” 2019, yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Mara di Selangor, Malaysia. Michael beserta tim Tenis Lapangan UGM berhasil meraih runner-up pada kategori beregu.

The 14th Universiti Teknologi Mara International Sport Fiesta merupakan kompetisi mahasiswa di bidang olahraga. Kompetisi ini menyelenggarakan pertandingan olahraga antar perguruan tinggi diantaranya tenis lapangan, futsal, rugby, badminton, bowling, tenis meja dan berbagai macam jenis olahraga lainnya. Tahun ini, kegiatan The 14th Universiti Teknologi Mara International Sport Fiesta dilaksanakan dari tanggal 30 Juli hingga 4 Agustus 2019. Betempat di Selangor, Malaysia, kegiatan ini diikuti oleh berbagai universitas baik dari dalam maupun luar Malaysia.  Pada cabang tenis lapangan, kategori yang dipertandingankan diantaranya tunggal putra/putri, ganda putra/putri, dan ganda campuran.

Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Lapangan Universitas Gadjah Mada mengikuti pertandingan beregu dengan mengirimkan tim yang beranggotakan 8 orang yang terdiri dari 4 mahasiswa putra yaitu Deo Gustirandra P., Michael Robert A. T., Dicho Dickita Handoko., dan Rifki Zidan., dan juga 4 mahasiswa putri yaitu Ni Made Nindya Desivyana, Safira Prasasti Anandhita, Sonya Windi Kusuma, serta Luvina Yudha Wiranti.

Pada cabang tenis lapangan, pertandingan beregu dimainkan dengan sistem “ Best of 5 Match” dimana setiap regu diperlukan untuk memenangkan 3 dari 5 nomor yang dipertandingkan untuk dianggap menang melawan regu lawan. Sistem pertandingan juga membagi semua universitas yang berlaga menjadi 2 grup, dimana dari setiap grup dicari juara dan runner-up yang akan dilagakan kembali di semifinal dan final untuk menentukan juaranya.

Pada babak grup, UGM dipertandingkan dengan Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan UiTM A dari Malaysia. UGM berhasil mengalahkan UI dengan skor telak yaitu 4-1. Kemenangan yang cukup telak juga diraih saat UGM melawan UNAIR dengan skor 5-0. Perlawanan yang cukup sengit harus dihadapi regu UGM saat melawan UiTM A untuk menentukan juara dan runner-up grup A. Setiap kategori yang dipertandingkan baik di nomor tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta campuran berlangsung seru dan menegangkan. Alhasil, UGM berhasil menang dengan skor 3-2.

Di babak semi final, UGM berhadapan dengan runner-up dari grup B yakni Mapua University dari Filipina. Universitas ini merupakan semifinalist pada UISF 2018. Pertandingan berlangsung sangat seru dan dramatis. Pertandingan yang sangat melelahkan pula bagi atlit-atlit kedua pihak karena semifinal ini berlangsung dari pukul 15.00 hingga 19.00. UGM pun meraih kemenangan dengan skor tipis 3-2. Di babak final, UGM bertemu dengan UNY. Pertandingan final ini berlangsung lama dan seru pula seperti semifinal yang dialami UGM. Sayangnya, UGM harus menerima kekalahan dengan skor 2-3. Regu UGM pun harus puas dengan menjadi runner-up pada UISF 2019 kali ini.

“Pertandingan ini membawa banyak dinamika positif bagi saya dan tim UGM dalam teamwork maupun berjuang secara mental. Prestasi yang kita raih juga menjadi kebanggaan sekaligus pelajaran yang bermakna bagi tim kami untuk menuju kesuksesan kedepannya,” ungkap Michael.

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 82 Sarjana

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada meluluskan 82 sarjana pada wisuda periode IV tahun akademik 2018/2019. Jumlah lulusan laki-laki 16 orang dan wanita sebanyak 66 orang. Pelepasan wisudawan bertempat di Auditorium G-100, Universitas Gadjah Mada setelah prosesi seremonial wisuda di Grha Sabha Pramana UGM (22/08/19).

Jumlah lulusan berpredikat cumlaude sebanyak 35 orang. Mereka adalah Vinny Marviani, Annisa Ardi Ayuningtyas, Rory Awalul Fauziah, Nadya Salmadevi, Nurul Hidayah, Alya Noor Azizah, Pratipa Sidhaya, Diayu Fitria Ashari, Luthfina Yani, Rahma Ayuningtyas Fachrunisa, Nokia Putri Andika Lain Syamputty, Gloria Excelcise Muhamad, Tika Artiwi, Rayi Elok Intania, Oktaviana Nur Rohma, Zahwa Islami, Bagas Paramajana, Yulia Wijayanti, Tabita Davinia Utomo, Annisa Nur Harwiningtyas, Yulia Nur Ilhamsari, Sholikhatul Ilmi, Sedyawati Hutami, Emerita Dea Cahya Vikarani, Handy Aulia Zharfani, Neraca Cinta Indana Maharatri Dzilhaq, Atrasina Aulia Rahmadani, Nadia Puti Sakina, Nabila Paramitha Widisaputri, Debrina Saras Enggar Putri, Ziadatul Akmal Taufik, Asfira Tadwimil Hikmah, Nana Agustina Wulandari, Dara Anggitasari dan Vianeztia Violetta Yosari.

Pada wisuda kali ini Vinny Marviani tampil sebagai peraih indeks prestasi kumulatif tertinggi yakni 3.88. Musfira Muslihat sebagai wisudawan dengan waktu studi tercepat 3 tahun 10 bulan 1 hari. Joanna Gautami Djuasa sebagai wisudawan termuda yang berumur 20 tahun 4 bulan 26 hari.

Selamat dan sukses!

Fakultas Psikologi Menjadi Sasaran Kegiatan Donor Darah HMP UGM

Rabu (21/8), Unit Kegiatan Mahasiswa HMP (Himpunan Mahasiswa Pascasarjana) UGM menyelenggarakan aksi sosial dalam bentuk kegiatan donor darah yang bertempat di Selasar Gedung D Fakultas Psikologi UGM. Dengan melibatkan anggota mahasiswa pascasarjana HMP UGM yang berasal dari berbagai fakultas di UGM, kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dari berbagai kalangan di Fakultas Psikologi UGM, seperti para mahasiswa dan juga staf fakultas. Hal ini dibuktikan dengan berbondong-bondongnya insan fakultas psikologi untuk mendaftar pada kegiatan donor darah. 

Sultan Fauzan Hanif yang bertindak sebagai ketua unit aksi sosial HMP UGM menyampaikan bahwa Fakultas Psikologi UGM sangat terbuka dan mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan penyediaan fasilitas dan sarana yang membantu acara sampai dengan selesai.  Alasan dibalik pemilihan Fakultas Psikologi UGM sebagai tuan rumah penyelenggaraan donor darah adalah karena tempatnya yang sangat strategis di antara berbagai fakultas yang lain. 

Sultan mengatakan bahwa alasan dirinya berkeinginan untuk bergabung dalam unit aksi sosial adalah karena dua alasan, yang pertama jika dilihat secara normatif agenda sosial seperti ini merupakan perwujudan dari tri dharma perguruan tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sementara secara personal, dirinya merasa bahwa dengan bergabung dalam kegiatan sosial akan menambah banyak manfaat bagi banyak orang. 

Pada dasarnya HMP UGM memiliki beberapa unit yang bekerja sesuai dengan bidang masing-masing. Tak terkecuali unit aksi sosial yang juga merupakan organisasi sayap dengan membawahi tiga divisi lain, seperti divisi Kesehatan, Lingkungan, dan Pendidikan. Hanya 2 minggu waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan berlangsungnya acara tersebut. Persiapan yang dilakukan diantaranya dengan berkoordinasi terlebih dahulu dengan PMI RS Sardjito, kemudian menyiapkan pamflet, dan juga yang tidak kalah penting adalah berkoordinasi dengan birokrat. 

Agenda lain yang telah dilakukan oleh unit aksi sosial HMP UGM berupa edukasi mindset melalui sosialisasi dan pelatihan membatik di Kulonprogo bagi kaum difabel. Selain itu, unit aksi sosial seringkali dipercaya untuk dapat mewadahi penyaluran donasi ketika bencana alam terjadi. Seperti yang pernah terjadi di Lampung beberapa waktu lalu, banjir di Sentani, dan juga banjir yang terjadi di wilayah Imogiri tak luput dari sasaran bantuan. Kebanyakan dari aksi sosial yang dilakukan menyasar masyarakat umum. Namun kali ini mahasiswa psikologi juga dijadikan sasaran agenda donor darah yang tak lain merupakan salah satu kegiatan di bawah divisi kesehatan HMP UGM unit aksi sosial.

Anggota aksos yang terlibat dalam kegiatan donor darah bukan hanya berasal dari fakultas kedokteran saja, namun hampir dari seluruh fakultas yang memang berniat terjun langsung. Walaupun tidak disangkal bahwa Mahasiswa HMP UGM yang berasal dari kesehatan dan lingkungan juga terlibat. 

 

PRK (Psikologi Rumah Kita) Mengajak Mahasiswa Baru Mengenal Fakultas Lebih Dekat

Awal Agustus ini merupakan bulan pelaksanaan PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru).  PPSMB sendiri merupakan kegiatan resmi orientasi dan pengenalan kampus bagi para Mahasiswa baru. Sebelumnya para Mahasiswa baru yang biasa disebut Gamada dibawa untuk mengenal lebih dekat mengenai kampus UGM. Selanjutnya Gamada diminta untuk mengenal lebih dekat mengenai Fakultas masing-masing, yang tidak lain merupakan tempat mereka akan belajar selama beberapa tahun kedepan. Tak terkecuali Fakultas Psikologi sebagai salah satu Fakultas yang berada dalam rumpun Sosio-Humaniora. 

Fakultas Psikologi menyelenggarakan PPSMB dengan mengambil tema PRK yang merupakan singkatan dari “Psikologi Rumah Kita”. PRK berlangsung selama 2 hari yaitu di tanggal 6 dan 7 Agustus 2019. Bertempat di Selasar Fakultas Psikologi serta ruangan G-100. Acara berlangsung dari mulai pagi hari sampai dengan sore hari. 278 Gamada tercatat dalam kegiatan ini.  

Pada hari pertama, agenda dibuka dengan upacara pembukaan yang ditandai dengan berbagai aktivitas. Selanjutnya Gamada diperkenalkan dengan lingkungan baru yang akan mereka jalani, diantaranya dengan pengenalan panitia-panitia PRK yang tak lain merupakan kakak tingkat mereka dari berbagai angkatan. Para Dosen yang kedepannya akan mengajarkan materi-materi selama perkuliahan berlangsung di Fakultas juga menjadi bagian dalam rangkaian pengenalan Fakultas kepada para mahasiswa baru. Selain hal tersebut, Fasilitas dan layanan pendukung pembelajaran yang berada di Fakultas juga tak luput dari agenda PRK. Semua itu dilakukan dengan tidak melupakan beberapa nilai-nilai yang hendak diajarkan. Nilai-nilai dalam kehidupan sebagai mahasiswa seperti kreativitas, inovasi dan mewujudkan rasa toleransi di antara keberagaman yang terbentuk di Fakultas. 

Hari kedua berlangsung dengan tidak kalah meriah, dimana panitia mencoba memberikan gambaran bahwa sebagai mahasiswa Psikologi, diharapkan dapat memiliki kecakapan dalam membangun Social Network. Hal ini diperkenalkan bukan tanpa alasan, namun untuk lebih mendekatkan pada kondisi realistis saat ini berada pada perkembangan teknologi yaitu munculnya revolusi industri. Nilai-nilai seperti inovasi dan kontribusi sangat tepat untuk diperkenalkan dalam keseluruhan agenda di hari kedua ini. 

Terakhir acara ditutup dengan closing ceremony yang ditampilkan oleh KRST. KRST sendiri merupakan salah satu BKM Psikologi. KRST menunjukkan pementasan seni yang  menghibur seluruh peserta.   

Fakultas Psikologi UGM Sambut Orang Tua Mahasiswa Baru

Sabtu (3/8), Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada bersama dengan POTMAPSI (Persatuan Orang Tua Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada) menyelenggarakan pertemuan orang tua mahasiswa baru angkatan 2019/2020. Pertemuan ini merupakan agenda yang rutin diselenggarakan setiap tahun ajaran baru oleh Fakultas Psikologi UGM sebagai sarana memperkenalkan fakultas kepada orang tua mahasiswa baru.

Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 250 orang tua mahasiswa baru, dan jajaran dekanat serta dosen Fakultas Psikologi UGM dengan bertempat di ruang Auditorium G-100. Acara diawali dengan sambutan Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A. Dalam sambutannya ia menyampaikan “Fakultas Psikologi berusaha menjadi fakultas unggul sehingga diharapan putra-putri dari bapak dan ibu dapat bekerja keras agar proses belajar mengajar tidak ada hambatan sehingga dapat lulus menjadi lulusan terbaik.” Ia juga mengharapkan peran orang tua untuk mendukung segala proses belajar mengajar putra-putrinya di fakultas dengan bersama-sama melaksanakan efikasi diri yakni dengan meyakini yang dilakukan adalah yang terbaik sehingga para mahasiswa akan mencapai hasil yang terbaik.

Pada pertemuan ini juga orang tua mahasiswa baru mendapatkan berbagai informasi terkait kegiatan perkuliahan dan pengenalan sistem akademik yang dapat digunakan oleh orang tua mahasiswa untuk memantau perkembangan proses perkuliahan putra-putrinya. (Humas Psikologi UGM/Jehna)

Siswa Rentan Alami Stres Akademik

Stres di kalangan siswa semakin menggejala dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah studi menunjukkan bahwa bidang akademik menjadi sumber utama stres pada siswa. Dari 4 siswa terdapat 1 siswa yang mengalami stres akademik tinggi.

Stres akademik disebabkan dari berbagai faktor, seperti besarnya beban tugas, terlalu banyak materi yang harus dipelajari, kebutuhan siswa untuk berprestasi akademik, tuntutan akademik yang diperkuat tekanan orang tua, sekolah, dan teman sebaya. Selain itu, juga kondisi kelas serta tidak mendukungnya sumber-sumber yang ada untuk meraih prestasi akademik dan faktor budaya.

“Stres akademik yang dialami siswa sebagai dampak tuntutan, tekanan, beban akademik yang melebihi kapasitas membutuhkan optimalisasi sumber daya individu untuk menghadapi dan mengatasinya, salah satunya dengan afek positif,”papar Kartika Nur Fathiyah, Selasa (30/7) saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM.

Afek positif disebutkan dosen Jurusan Psikologi UNY ini sebagai pengalaman subjektif seseorang yang menyenangkan dan menunjukkan kondisi energi tinggi, konsentrasi penuh, dan siaga. Afek positif berperan dalam mendorong kesuksesan di berbagai bidang kehidupan. Selain itu, juga menjadi komponen kunci penilaian dan cara menghadapi tekanan yang efektif menghadapi situasi penuh tekanan karena mampu mengembangkan ketahanan psikologis untuk tumbuh dan keluar  dari situasi yang merugikan.

Melakukan penelitian pada 724 siswa SMP di Kabupaten Sleman, Kartika berusaha menggali lebih dalam peran afek positif dalam memperluas dan membangun sumber-sumber pertahanan diri personal. Hasilnnya menunjukkan bahw afek positif tidak berpengaruh terhadap stres akademik melalui koping proaktif dan orientasi tujuan penguasaan. Hal ini disebabkan tidak adanya pengaruh koping proaktif dan orientasi tujuan penguasaan.

“Meski afek positif berpengaruh pada koping proaktif dan orientasi tujuan penguasan berpengaruh terhadap stres akademik, tetapi tidak adanya pengaruh koping proaktif terhadap orientasi tujuan penguasaan menjadikan afek positif tidak berpengaruh pada stres akademik,” urainya. (Humas UGM/Ika)

Model Belajar Berdasar Regulasi Diri Permudah Belajar Matematika

Mata pelajaran matematika hingga kini dinilai masih sebagai pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, perlu dicarikan strategi belajar yang tepat agar banyak siswa lebih mudah memahami mata pelajaran ini.

Berliana Henu Cahyani, S.Psi., M.Psi, dosen Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, berpendapat salah satu strategi yang yang dapat diterapkan siswa dalam belajar matematika adalah melalui belajar berdasar regulasi. Dengan strategi ini, menurutnya, siswa akan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan belajar dengan berpartisipasi aktif secara kognitif dan motivasi perilaku.

“Demikian penelitian yang saya lakukan, bagaimana mengkaji faktor internal yang berperan terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” tutur Berliana, di Fakultas Psikologi UGM, Senin (29/7).

Melaksanakan ujian terbuka Program Doktor Fakultas Psikologi UGM dengan disertasi Model Belajar Berdasar Regulasi Diri Matematika Pada Siswa SMA, Berliana mengungkapkan bila tujuan penelitian yang ia lakukan adalah menguji teoretis soal peran persepsi pengelolaan kelas, orientasi tujuan penguasaan, kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika melalui rasa memiliki sekolah.

“Penelitian dilakukan terhadap 165 siswa kelas XI IPA dari delapan sekolah negeri di Kabupaten Sleman yang berlokasi di desa, sub urban, aglomerasi dan bufferzone. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan multi stage cluster random sampling,” katanya.

Sementara instrumen pengukuran yang digunakan adalah skala belajar berdasar regulasi diri, skala rasa memiliki sekolah, skala pengelolaan kelas, skala orientasi tujuan penguasaan dan skala kemampuan memecahkan problem. Dari analisis data menggunakan Structural Equational Modeling (SEM) maka hasil penelitian menunjukkan bila  model teoretis yang diajukan dalam penelitian diterima dan didukung data empiris.

“Persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem berperan langsung terhadap orientasi tujuan penguasaan, sedangkan kemampuan memecahkan problem dan orientasi tujuan penguasaan berperan langsung terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” ucap Berliana.

Ia menyimpulkan bila orientasi tujuan penguasaan berperan sebagai mediator antara persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasarkan regulasi diri matematika, sedangkan persepsi pengelolaan kelas dan kemampuan memecahkan problem berperan langsung terhadap rasa memiliki sekolah.

“Dari penelitian ini disimpulkan juga bila rasa memiliki sekolah tidak berperan sebagai mediator antara persepsi pengelolaan kelas, orientasi tujuan penguasaan, kemampuan memecahkan problem terhadap belajar berdasar regulasi diri matematika,” ucapnya.

Dari penelitian ini pula, Berliana menyarankan pihak sekolah dapat memberi dukungan dalam proses belajar mengajar matematika agar belajar berdasar regulasi diri dapat berkembang lebih optimal, misalnya melalui peningkatan fasilitas belajar mengajar, meningkatkan kualitas guru dalam mengelola kelas dengan mengikutsertakan para guru dalam kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi dan membantu mengatasi pemecahan problem siswa. Untuk peningkatan fasiltas pendukung proses belajar mengajar, misalnya dengan meningkatkan fasilitas teknologi dan informasi, pemanfaatan website untuk media informasi dan belajar siswa. (Humas UGM/ Agung)

Raih Doktor Usai Kaji Kesadaran Kritis Tentang Ketidaksetaraan Ekonomi

Survei persepsi tentang ketidaksetaraan yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia tahun 2014 menunjukkan 40,6 persen memandang distribusi pendapatan di Indonesia amat tidak setara, 51 persen tidak setara, 6 persen setara dan 1 persen sangat setara. Dari survei tersebut mereka pun meyakini sebanyak 20 persen orang terkaya menguasai 38 persen total pendapatan atau setara dengan indeks gini 0,30.

Survei tersebut juga mengungkap soal faktor-faktor penentu kekayaan dan kemiskinan, diantaranya 41 persen meyakini bila kerja keras sebagai faktor penentu kekayaan, 5 persen peran penting bakat, 47 persen karena faktor-faktor eksternal penentu kekayaan (23 persen berasal dari keluarga kaya, 11 persen nasib baik, 5 persen koneksi, 5 persen pendidikan dan 2 persen dukungan keluarga), dan 9 persen memandang korupsi sebagai sumber kekayaan. Sedangkan soal penyebab kemiskinan sebagian besar responden merujuk pada sebab-sebab internal yaitu 34 persen memandang kemiskinan akibat kemalasan dan 9 persen disebabkan oleh ketiadaan bakat.

Selebihnya merujuk pada sebab-sebab eksternal, yaitu sebesar 22 persen karena kondisi keluarga yang miskin, 16 persen nasib buruk, 11 persen latar belakang pendidikan, 6 persen keluarga tidak mendukung dan 3 persen akibat kecacatan dan penyakit.

“Studi tersebut memperlihatkan ambivalensi pandangan orang Indonesia soal kemiskinan dan ketidaksetaraan, di satu sisi mereka menganggap persoalan kemiskinan dan ketidaksetaraan perlu segera diatasi, tetapi di sisi lain sebagian responden merujuk bila sebab-sebab individual dari kemiskinan, kemalasan dan ketidakmampuan sebesar 42 persen, sedangkan sebab-sebab fatalistik, seperti nasib buruk, kecacatan dan kesakitan mencapai 19 persen, dan hanya sebagian kecil yang merujuk sebab-sebab eksternal-struktural,” ujar Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Psi, di Fakultas Psikologi UGM, Selasa (30/7) saat menempuh ujian terbuka Program Doktor.

Victorius Didik berpendapat  pandangan orang soal kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi dapat memperlihatkan perkembangan kesadaran sosial politik seseorang. Sebab, kesadaran kritis tentang ketidaksetaraan diduga dibentuk oleh aspirasi materialistik dan kecenderungan otoritarianisme.

“Oleh karena itu, penelitian dari disertasi ini bertujuan untuk mengetahui peran aspirasi materialistik dan otoritarianisme terhadap kesadaran kritis mengenai ketidaksetaraan,” ucapnya.

Dalam penelitiannya, kata Didik, kesadaran kritis tentang ketidaksetaraan diperiksa dengan alat ukur maupun tanggapan subjek atas pertanyaan mengenai perbedaan kaya miskin, sebab-sebab kemiskinan dan kekayaan, serta tanggapannya terhadap kesenjangan ekonomi dan gagasannya mengenai strategi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi. Penelitian dilakukan pada kelompok mahasiswa usia 19 -24 tahun.

“Penelitian pertama merupakan studi kuantitatif, pada penelitian ini ada 200 subjek dan hasil penelitian memperlihatkan bila aspirasi materialistik memperkuat rasa ketidakadilan terkait hak istimewa orang kaya. Baik otoritarianisme maupun aspirasi materialistik tidak berhubungan dengan tindakan kritis maupun rasa ketidakadilan terkait situasi miskin,” ucap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tersebut.

Sedangkan studi kedua, kata Didik, merupakan studi kualitatif. Dalam studi ini memperlihatkan tanggapan responden (N=295) terhadap persoalan kemiskinan dan kesenjangan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk kesadaran sosial politik yaitu kesadaran fatalistik yang memandang kemiskinan dan kesenjangan sebagai hal yang lumrah. Kemudian kesadaran naif individualistik yang cenderung memandang persoalan dari segi kelemahan dan kekuatan individu serta kesadaran kritis yang memandang persoalan secara struktural sistemik. (Humas UGM/ Agung)

Konferensi Nasional Pascasarjana Psikologi UGM Memfasilitasi Peneliti dalam Riset

Sebagai kelanjutan seminar yang diadakan pada tanggal 16 dan 17 Juli 2019, Fakultas Psikologi UGM bersama dengan Center for Public Mental Health (CPMH) mengadakan Konferensi Nasional Pascasarjana pada tanggal 18 sampai dengan 19 Juli 2019. Konferensi ini mengangkat tema, Festival Ide dan Tren Arah Riset Bidang Psikologi di Indonesia. Dalam acara ini para peserta yang terlibat berjumlah sekitar 30 orang. Panitia acara ini memfasilitasi peserta untuk mendapatkan kesempatan dalam mendiskusikan topik riset, metodologi penelitian, dan analisis data termutakhir  bersama dengan dosen-dosen Fakultas Psikologi UGM dalam bidangnya masing-masing. 

Bidang-bidang yang terkait dan menjadi topik-topik pembahasan dalam sesi bengkel topik  diantaranya: Psikologi Keluarga, Cyber Psychology, Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Pendidikan, Psikometri, Psikologi Sosial dan Budaya, Kesehatan Mental, Psikologi Perkembangan, dan Mind, Brain, and Behavior. Dalam sesi ini, para Dosen Psikologi UGM yang dipercaya untuk terlibat dalam bengkel topik ini diantaranya adalah Prof. Tina Afiatin, M.Si., Dr. Neila Ramdhani, M.Ed., Dr. Sumaryono, M.Si., Dr. Yuli Fajar Susetyo, M.Si., Haryanta, M.A., Dr. Wenty Marina Minza, M.A., Dr. Diana Setiyawati, M.HSc.Psy., Dr. Arum Febriani, M.A., Galang Lufityanto, Ph.D. Para Dosen tersebut merupakan Dosen yang memiliki latar belakang peminatan yang berbeda. 

Hadir pula Dr. John DeFrain sebagai pemateri acara tersebut. John DeFrain hadir sebagai pemateri di awal Konferensi. Beliau merupakan Professor Emeritus of Family Studies dari University of Nebraska-Lincoln. Ia sebenarnya sudah terlebih dahulu menyampaikan presentasinya dalam seminar di hari sebelumnya. Dirinya membagikan opini mengenai studi keluarga yang telah digelutinya selama puluhan tahun. 

Selain itu melalui konferensi ini, para peserta yang terlibat dapat mempresentasikan ide penelitiannya sesudah lolos proses seleksi abstrak. Sementara peserta yang terlibat sendiri berlatar belakang pendidikan tinggi dari mulai lulusan sarjana, mahasiswa program magister, dan juga mahasiswa program doktor yang sudah memiliki topik riset ataupun telah menjalankan riset. Sesi terakhir acara ditutup dengan seminar penutup dari Dr. John DeFrain.  

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 13 Psikolog dan 9 Ilmuwan

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara pengambilan sumpah profesi dan pelepasan wisudawan program pascasarjana pada 24 Juli 2019. Jumlah lulusan dari Program Magister Psikologi Profesi sebanyak 13 psikolog dengan rincian 2 pria dan 11 wanita. Jumlah lulusan dari Magister Psikologi sebanyak 9 ilmuwan dengan rincian 3 pria dan 6 wanita. Hingga saat ini, keseluruhan lulusan pascasarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada berjumlah 2.833 orang.

Pada Program Magister Psikologi Profesi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi adalah 3,91 diraih oleh Diah Deir Zahrani sekaligus berpredikat Cumlaude. Pada periode ini, terdapat 2 lulusan berpredikat cumlaude, 8 lulusan berpredikat sangat memuaskan dan 3 orang berpredikat memuaskan. Masa studi terpendek 1 tahun 9 bulan diraih oleh R. Brahma Aditya dan Diah Deir Zahrani.

Beralih ke Program Magister Psikologi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi adalah 3,83 yang diraih oleh Lavenda Geshica sekaligus berpredikat Cumlaude. Pada periode ini, terdapat 2 lulusan berpredikat Cumlaude, 4 lulusan berpredikat sangat memuaskan dan 3 orang berpredikat memuaskan. Untuk masa studi terpendek 1 tahun 4 bulan diraih oleh Eduardus Johanes Sahagun.

Fakultas Psikologi memberikan penghargaan kepada Diah Deir Zahrani dan Nazir Ultama sebagai lulusan dengan naskah publikasi tesis terbaik. Diah melakukan penelitian tentang “Redefining Career Success in Agile Companies: A Psychophysical Approach” di bawah bimbingan Galang Lufityanto, M.Psi, Ph.D. Sedangkan tesis milik Nazir Ultama berjudul “Peran Modal Psikologis Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kelelahan Emosional Pada Karyawan Frontline Hotel” bimbingan Bagus Riyono, Dr., M.A., Psikolog.