Berawal dari rasa keprihatinan terhadap kondisi difabel korban gempa Bantul, Tim Punokawan yang terdiri dari gabungan mahasiswa Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, Sosiatri, Psikologi, dan Manajemen – Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan riset yang bertujuan untuk menggali keadaan terkini para difabel tersebut. Mereka meninjau dari disiplin ilmu masing-masing. Novi Paramita Dewi selaku ketua tim mengungkapkan bahwa melalui riset yang dilakukan akan didapat gambaran menyeluruh mengenai hasil rehabilitasi selama ini. Hal tersebut sangat berguna untuk mendapatkan penanganan pasca-bencana yang lebih baik di masa mendatang. Terlebih, rehabilitasi Gempa Bantul diakui dunia sebagai penanganan yang sukses, cepat, dan tepat.
Tim yang dibimbing oleh Prof. Dr. Susetiawan, S.U. ini mendapat kehormatan dari Pemerintah Jerman untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di dua universitas ternama, yaitu Universitas Leipzig dan Universitas Köln. Di sana, mereka juga akan melakukan workshop, diskusi, mengikuti seminar dari para ahli di kedua universitas itu, dan melakukan studi banding terhadap penanganan difabel di negara yang terkenal dengan Tembok Berlinnya tersebut.
Keberangkatan tim yang beranggotakan Nia Setiyowati, Acniah Damayanti, M. Fathurrohman, Agyllia Swezti, Manda Firmansyah, Dian Ika, Agustina Wulandari, Rizki Darmadi, Difa Ardiyanti, Rychard L, Ingrid Eswarah, Denny Perdana, dan Roviandi Putra ini bukanlah keberangkatan biasa. Mereka merupakan delegasi Indonesia yang didukung khusus oleh Deutscher Akademischer Austausch Dienst [DAAD] selaku Dinas Pertukaran Akademis Jerman, Universitas Gadjah Mada,.Selain melakukan kegiatan akademis, para mahasiswa berprestasi tersebut juga akan mengenalkan budaya Indonesia yang terdiri dari tari-tarian tradisional, aneka batik, tembang mocopatan, dan kebudayaan Indonesia lainnya. Mereka berharap hal tersebut dapat mendukung suksesnya program “Visit Indonesia 2010” dan memperkuat kerja sama bilateral Indonesia-Jerman.
Tim yang mengusung tema “Make a Better Place” berada di Jerman selama 14 hari, 2 Maret-15 Maret 2010. Setelah kembali ke Indonesia , tim ini akan menggelar seminar dan juga pelatihan untuk difabel korban gempa di Bantul. Mereka berharap, semoga cara yang ditempuh ini dapat menjadi sumbangan berharga dalam ilmu pengetahuan sekaligus dapat diterapkan dalam ranah penanganan difabel pasca gempa di masa mendatang.
Nama tim yang mengambil istilah dalam wayang kulit, Punokawan, sejatinya merepresentasikan sosok difabel itu sendiri. Sebagaimana yang diketahui, bahwa tokoh-tokoh dalam Punokawan seperti Semar, Togog, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah sosok yang tidak sempurna. Setiap mereka memiliki cacat tubuh masing-masing. Pun demikian, mereka tetap menjadi tokoh hebat dengan peran yang tak bisa disepelekan. Yaitu, mendampingi dan menasihati para ksatria dalam memerintah kerajaannya agar damai dan sentosa. Layaknya sosok Punokawan dalam lakon wayang, Tim Punokawan dengan segala keterbatasan yang dimiliki, tetap berusaha menjadi pendamping yang baik bagi para difabel agar menjadi ksatria dalam kehidupannya.
Keberangkatan Tim Punokawan tidak bisa lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, antara lain: Pusat Studi Jerman, Fakultas Psikologi, Fakultas Isipol, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Drs. H. Idham Samawi selaku Bupati Bantul, Drs. H. Sri Purnomo selaku Wakil Bupati Sleman, PT Pertamina, Tbk, PT Aneka Tambang, Tbk, DHL, Merck Co & Inc, DIKTI.