Rilis
Kesempatan untuk memperluas jaringan internasional tidak disia-siakan oleh tim Psikologi UGM. Di sela-sela acara, seluruh anggota tim aktif untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan ilmuwan-ilmuwan psikologi dari berbagai negara. Dan dalam pertemuan yang dihadiri oleh 400 orang yang berasal dari Amerika, Australia, bahkan Eropa tersebut, Dra. Kwartarini, PhD -anggota tim- diminta untuk menjadi Sekjen AASC.
Penampilan Tim Psikologi UGM di India tak hanya membawa nama UGM, tetapi lebih dari itu, mereka membawa nama Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkan Prof. Djamaludin Ancok, PhD "Mereka tampil dengan penuh percaya diri membawakan bendera Indonesia, dan bendera UGM. Ini sungguh luar biasa."
Acara yang digelar di ruang G-100 tersebut dihadiri sekitar delapan puluh mahasiswa sebagai peserta. Dalam pelatihan tersebut, dibahas tips dan cara-cara menjadi seorang penyaji yang handal. Esti, selaku pemandu acara dalam diskusi tersebut, mengatakan bahwa meskipun tiap kita tidak bercita-cita menjadi seorang entertainer, tetapi kemampuan berbicara di depan publik tetap diperlukan.
Kamis, 26 November yang lalu, Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara berbagi pengalaman bersama antar dosen mengenai belajar-mengajar di negeri Jiran, Malaysia. Mereka yang berbagi banyak mengenai pengajaran di Malaysia adalah Bapak Prof. Koentjoro yang pernah bertugas sebagai profesor tamu di salah satu universitas terkemuka di Malaysia dan Bapak Hadi Sutarmanto. Di samping itu, Bapak dan Ibu yang sedang belajar di Malaysia juga tak ketinggalan bercerita. Mereka adalah Ibu Muhana Sofiati Utami, Ibu Sri Kusrohmaniah, dan Bapak Fauzan Heru Santhoso.
Sharing yang berlangsung begitu hangat dan dinamis. Banyak perbedaan unik yang menjadi ciri khas pembelajaran psikologi di Indonesia dan Malaysia. Baik perbedaan secara akademis maupun non-akademis yang menjadi pembelajaran bagi Fakultas Psikologi UGM yang lebih baik.
Peningkatan penggunaan email ini secara signifikan juga terjadi di kalangan dosen UGM. Walaupun tidak ada data akurat mengenai jumlah pasti pengguna email ini, tetapi data Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTiK) UGM mencatat seribu lebih dosen yang memiliki akun email @ugm.ac.id. Selain itu, data dari mailing list dosen UGM memperlihatkan hampir 1000 dosen yang menjadi anggota. Pun demikian, ternyata jumlah tersebut masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dosen UGM. Sebagian besar pemilik akun email@ugm.ac.id ini adalah juga anggota mailing list dosen UGM. Yang lebih mengagetkan lagi, tak sedikit jumlah dosen UGM yang tidak memanfaatkan akun email yang sudah dimilikinya.
Melihat fenomena tersebut, Neila Ramdhani tertarik untuk menyelidiki sebab psikologis di balik penggunaan surat elektronik. Neila mengemukakan bahwa ada dua teori yang dapat menerangkan hal itu, yaitu Technologi Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior (TPB). Berdasarkan TAM, ada dua hal yang menjadi pendorong mengapa seseorang menggunakan surat elektronik, yaitu perceived of usefull atau manfaat yang dirasakan dan perceived ease of use atau kemudahan untuk menggunakan. Sementara TPB dapat memprediksi perilaku seseorang apakah akan memanfaatkan surat elektroni atau tidak, melalui attitude (sikap), subjective norms (norma subjektif) dan perceived of behavior control (kontrol perilaku yang dirasakan).
Melalui penelitian yang melibatkan 269 dosen UGM sebagai partisipan ini, Neila menemukan bahwa ciri kepribadian terbuka (openness to experience) merupakan prediktor perilaku yang lebih dapat dipercaya dibandingkan ciri kepribadian ekstraversion. Selain itu, variabel yang paling kuat untuk memprediksi penggunaan surat elektronik adalah kemudahan yang dirasakan dalam menggunakan sistem email. Dengan kata lain, walaupun dosen UGM mengakui manfaat email dan memiliki sikap positif terhadap penggunaannya, jika sistem email ini tidak mudah maka mereka tidak akan menggunakannya. Disamping mempengaruhi frekuensi penggunaan surat elektronik, kemudahan menjadi motivator bagi penggunaan email ini.
Berdasarkan temuannya, Neila menyarankan bahwa setidaknya ada dua hal yang dilakukan untuk meningkatkan penggunaan surat elektronik, khususnya di kalangan dosen UGM. Yaitu, meningkatkan kemudahan menggunakan serta kemudahan mengakses email ini. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem komunikasi berbasis TIK yang terintegrasi, misalnya single login. Sekali pengguna login ke sistem TIK di kampus UGM maka mereka dapat terhubung dengan semua sistem TIK lain yang ada di kampus UGM termasuk dengan akun email.
Ujian terbuka yang dilaksanakan pada tanggal 3 desember 2009 bertempat di auditorim G100 fakultas Psikologi UGM berlangsung sukses. Dr. Neila Ramdhani, M.Si, M.Ed yang menempuh program S3 hanya dalam waktu 2 tahun 10 bulan ini berhasil mendapatkan predikat cum laude dengan Indeks Prestasi 4. Beliau tercatat sebagai doktor lulusan UGM yang ke 1145.
Penyusunan yang didasarkan pada temuan dan kendala yang dihadapi di lapangan membuat SOP ini bersifat lebih kontekstual dan operasional dibanding Standar Pelayanan Psikolog Klinis (SPPK) –terbitan Ikatan Psikolog Klinis (IPK)– yang sifatnya lebih umum. Dr. Sofia Retnowati, MS. selaku Ketua Bagian Psikologi Klinis, mengatakan bahwa salah satu tugas penting Psikolog Puskesmas adalah mempromosikan jasa Psikolog Puskesmas itu sendiri, mengingat minimnya pengetahuan masyarakat tentang profesi psikolog. Dengan demikian, berbagai keluhan dan masalah yang berhubungan dengan aspek psikis dapat segera tertangani dengan benar.
Pelaksanaan workshop bagi Psikolog Puskemas merupakan bentuk kelanjutan kerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dengan Fakultas Psikologi UGM yang dimulai sejak 2004. Workshop yang berlangsung selama sehari ini diikuti oleh Pejabat Dinas Kesehatan terkait, anggota Ikatan Psikolog Klinis (IPK), dan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).
"Bagus sekali kritikannya sangat membangun,semoga saya bisa mengurangi segi negatif dari diri saya dan menambah segi positifnya lebih banyak", ujar Hidayati salah satu peserta yang ikut pelatihan tahap 2.
Setiap individu tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan mengetahui potensi diri baik yang positif maupun negatif, seseorang diharapkan bisa memperbaiki kualitas kepribadiannya. Diharapkan pula akan mempunyai wawasan serta tumbuhnya jiwa kepemimpinan yang baik dan berkualitas.