Pos oleh :

dzikriaafifah96

Fakultas Psikologi UGM Meluluskan 51 Sarjana Psikologi secara Bauran untuk Pertama Kalinya

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Periode I Tahun Akademik 2021/2022 Program Sarjana dan International Undergraduate Program (IUP) untuk pertama kalinya secara daring dan luring terbatas (24/11). Secara daring acara pelepasan disiarkan melalui YouTube Kanal Pengetahuan Psikologi UGM dan Zoom, sementara untuk pelaksanaan luring terbatas dilaksanakan di Ruang Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM. Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Hymne UGM. Kemudian acara berlanjut dengan pembukaan acara Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Sarjana Psikologi Periode I T.A 2021/2020 oleh Dekan Fakultas Psikologi, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D.

Acara berikutnya adalah penyebutan nama wisudawan/wisudawati dari Program Sarjana oleh Ketua Program Studi, Galang Lufityanto, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog. Sebanyak 46 mahasiswa Program Sarjana mengikuti kegiatan ini dengan Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Theodora Swasti Sekar Wuni.

Kemudian dilanjutkan oleh penyebutan wisudawan/wisudawati dari International Undergraduate Program (IUP) oleh Ketua IUP, Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi., M.A. Pelepasan periode ini diikuti 5 mahasiswa IUP dengan Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Harera El Muhalla dan Hayyu Aliya Prayitno.

Selain itu, Fakultas Psikologi juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi, dalam bidang akademik maupun non-akademik yang disampaikan oleh Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog. Terdapat 26 mahasiswa/mahasiswi baik dari Program Studi Sarjana dan IUP yang mendapatkan predikat cumlaude yang disampaikan oleh Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog. Sementara penghargaan mahasiswa berprestasi non-akademik disampaikan oleh Asisten Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Lavenda Geshica, S.Psi., M.A. Terdapat 11 orang mahasiswa/mahasiswi yang beprestasi di bidang non-akademik. Para mahasiswa/mahasiswi berprestasi bidang non-akademik antara lain, Anggakara Pramatya Rudita, Anisa Fitri Astuti, Aurelia Ulima Ekawati, Dita Marfuah Sufiatun, Evinda Nur Rohmah, Javier Sebastian, Muhammad Hafiz Sabiqulhaq, Raditya Dhiya Harimurti Kintoron, Shafira Anissa, Theodora Swasti Sekar Wuni, dan Yunissa Meganingtyas.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan penyerahan transkrip nilai yang diwakilkan oleh para wisudawan/wisudawati yang hadir secara luring terbatas oleh Ketua Program Studi Sarjana Psikologi. Hal yang sama juga dilakukan untuk para wisudawan/wisudawati dari IUP oleh Ketua Program Studi IUP.

Acara pelepasan wisudawan/wisudawati diisi dengan sambutan dari beberapa pihak, seperti sambutan perwakilan wisudawan/wisudawati yang disampaikan oleh Alvionita Indah Miftakhuljannah. “Toga yang dengan bangga saya kenakan, toga yang dengan bangga teman-teman kenakan pada hari ini merupakan bukti perjuangan dan jerih payah suatu perjalanan”, ungkap Alvionita. Selain itu, Alvionita juga mengungkap bahwa toga yang dikenakan adalah bukti perjuangan dari keluarga dan orang tua yang memeras keringatnya agar anak-anaknya dapat menuntut ilmu dengan nyaman.

Sambutan dilanjutkan oleh perwakilan orangtua wisudawan/wisudawati yaitu Marsekal Muda TNI Ir. Tri Bowo Budi Santoso, M.M., M.TR (HAN) yang merupakan orangtua dari Ratriana Naila Syafira. Melalui sambutannya, Tri menyampaikan bahwa orang-orang yang mampu bertahan dalam sebuah perubahan bukanlah orang-orang yang kuat dan pintar, tetapi orang-orang yang responsif dan mampu bertahan. Oleh karena itu, Tri mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wisudawati yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan baik dan Fakultas Psikologi UGM yang telah mampu membuktikan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa/mahasiswi selama proses pembelajaran berlangsung di era pandemi.

Setelah itu, sambutan juga diberikan oleh Ketua KAPSIGAMA, Prabaswara Dewi, S.Psi., Psikolog. “Adik-adik yang sedang berbahagia di hari ini karena sudah melakukan pencapaian dan prestasi lulus di masa-masa yang istimewa. Hal itu bisa menjadi sebuah tonggak dan pengingat bahwa adik-adik bisa melewati ini dan menjadi siap untuk mencetak prestasi di kemudian hari”, ucap Prabaswara.

Di akhir acara, sambutan disampaikan oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM yang menyampaikan bahwa meraih gelar sarjana dari Fakultas Psikologi UGM bukanlah suatu prestasi yang sederhana. “Kalian semua telah membuktikan bahwa potensi yang telah terukur telah membuahkan hasil, kemampuan, ilmu, serta mentalitas yang tidak terukur ke dalam ijazah, jaringan sosial, kematangan emosi, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang meningkat bahkan kedewasaan yang semakin tinggi”, jelas Rahmat.

 

 

Photo by Good Free Photos on Unsplash

Temu Kenal Akrab 2021: Meraki

Sabtu (13/11), Fakultas Psikologi UGM mengadakan penyambutan kepada mahasiswa baru angkatan 2021 melalui acara “Temu Kenal Akrab 2021”. Acara ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu dari tanggal 13 November sampai 14 November 2021. Temu Kenal Akrab adalah kegiatan tahunan untuk menyambut mahasiswa baru Fakultas Psikologi. Diikuti oleh 300 partisipan, acara penyambutan kali ini menjadi wadah untuk mahasiswa mengetahui struktur sosial dan menginisiasi hubungan baik antar angkatan meskipun dalam kondisi pandemi.

Pada awal acara, tampil Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog, Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan, sebagai perwakilan dari fakultas memberikan sambutan. Melalui sambutannya, Nida mengatakan bahwa selain kepemimpinan, acara ini juga bisa menjadi ajang mencari dan saling berkenalan satu sama lain. “Bisa mengasah kerjasama juga dan koordinasi untuk melampui masa studi di Fakultas Psikologi. Semuanya happy, ya”.

Selain perwakilan dari Fakultas, hadir pula perwakilan dari Persaturan Orang Tua Mahasiswa Psikologi (POTMAPSI), yaitu Tri Joko Semedi sebagai Ketua Umum. “Saya ucapkan selamat kepada adik-adik karena telah menjadi anggota keluarga Fakultas Psikologi UGM setelah melewati seleksi yang berat”, ucap Tri. Selain memberikan selamat, Tri juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota POTMAPSI yang telah turut melaksanakan kegiatan Temu Kenal Akrab 2021

Acara kemudian dilanjutkan oleh Nugroho sebagai perwakilan potmapsi yang memberikan materi guna bekal mahasiswa baru dalam kuliah ke depannya. Materi yang disampaikan meliputi, indikator sukses kuliah, tantangan dunia kerja, pilihan kuliah di jurusan psikologi, kunci sukses kuliah, dan usaha meraih sukses. Menurut Joko, indikator sukses kuliah adalah menguasai bidang studinya, lulus tepat waktu, dan masa tunggu mendapatkan kerja yang singkat. “Kami sebagai orang tua selalu mendukung dan berkolaborasi dengan fakultas untuk membekali dengan perbekalan yang lengkap dan berkualitas”.

Perwakilan POTMAPSI lainnya yang turut hadir adalah Erina Chusnulita yang secara singkat memberikan ice breaking untuk semakin menyemarakkan acara. “Mari kita bergerak dengan empat ON, yaitu vision, passion, action, dan collaboration”, jelas Erina. Selain itu, Erina memberikan pesan kepada mahasiswa baru untuk memanfaatkan waktu perkuliahan dengan mencoba semua peluang karena tiap orang memiliki kelebihannya masing-masing.

Selanjutnya materi berikutnya disampaikan oleh Joko Prasetyo sebagai Pengurus POTMAPSI Bagian Pengembangan Pendidikan dengan judul “Mengukir Sukses Masa Depan”. Menurut Joko, sukses adalah ketika kehidupan seseorang bermanfaat untuk orang lain. “Sukses tidak bicara tentang materi, tidak bicara soal kekayaan, tetapi sukses adalah hidup yang bermanfaat untuk orang lain dan materi adalah bonus dari kesuksesan.”

Tak hanya acara Talkshow POTMAPSI, Temu Kenal Akrab 2021 juga mengagendakan pemilihan ketua angkatan, penentuan Dewa-Dewi 2021, serta berbagai agenda lainnya. Meskipun ini tahun kedua Temu Kenal Akrab diselenggarakan secara daring tidak menyurutkan semangat dan antusiasme para mahasiswa baru untuk dapat saling mengenal dan menjadi lebih erat antar satu angkatan.

 

 

Photo by John Schnobrich on Unsplash

Webinar Internasional CICP: Challenges of Living in a Diverse Society

Jumat (12/11) Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan acara webinar internasional dengan topik “Challenges of Living in a Diverse Society”. Topik tersebut disampaikan oleh tiga pembicara, yaitu Prof. Dr. Faturochman, M.A., Dr. Muhammad Najib Azca, dan Rogelia Pe-Pua, Ph.D. Acara webinar kali ini dihadiri oleh lebih dari 200 partisipan secara daring dimulai pada pukul 13.00 WIB. Sebelum masuk pada materi, acara ini dibuka oleh Haidar Buldan Thantowi, S.Psi., M.A., Ph.D selaku Ketua dari CICP. “Saya dan teman-teman yang hadir saat ini sangat beruntung bisa mengikuti dan bertemu dengan para pembicara”, ujar Buldan.

Pembicara pertama pada acara ini adalah Prof. Faturochman, M.A yang menyampaikan tentang “Managing Diversity for Unity”. “Ragam yang dimiliki Indonesia adalah sebuah tantangan tersendiri”, ucap Fatur. Seperti sudah diketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara besar yang memiliki banyak budaya, geografi, bahkan makanan. Oleh karena itu, menurut Fatur mengelola keragaman seperti mengaransemen dan memainkan musik. “Kearifan lokal dan berbagai pengalaman akan menjadi sumber daya yang dapat dipelajari untuk mengelola harmoni dan kesatuan psikologis sosial”, jelas Fatur.

Selanjutnya, materi kedua disampaikan oleh Dr. Muhammad Najib Azca dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. “Jadi, salah satu fokus keilmuan saya adalah tentang konflik, kekerasan, dan proses perdamaian. Oleh karena itu, kali ini saya akan berbicara tentang bagaimana kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman kita (Indonesia) dalam resolusi konflik”, ungkap Najib.

Salah satu pembahasan yang disampaikan oleh Najib adalah mengenai A Framework for Conflict Analysis yang terdiri dari profil, aktor, penyebab, dan dinamika yang terjadi pada suatu konflik. Analisis tersebut berguna untuk memahami keberhasilan penyelesaian konflik melalui pemahaman yang komprehensif. Selain itu, Najib juga menyampaikan bahwa proses penyelesaian konflik melibatkan dua mekanisme penting, yaitu mediasi dan negosiasi.

Sesi akhir pada acara ini ditutup materi yang disampaikan oleh Rogelia Pe-Pua., Ph.D dari School of Social Sciences University of New South Wales. Ada tiga hal yang Rogelia sampaikan, yaitu acculturation in Australia, acculturation from an indigenous Australian lens, dan social cohesion in a multicultural society. “Jadi, sebelum saya memulai materi, saya ingin mengajukan jajak pendapat melalui pertanyaan sederhana tentang apakah Australia adalah negara paling multikultural di dunia? Tanya Rogelia dan jawabannya memang Australia adalah masyarakat multikultural paling sukses di dunia.

Rogelia juga merekomendasikan beberapa hal untuk menjaga multikultural tetap berjalan dengan damai. Beberapa diantaranya, mempromosikan kesadaran pengetahuan, pengakuan budaya, perbedaan, serta keragaman. Kemudian menciptakan peluang untuk adanya kontak antar budaya positif yang sering, mengatasi rasisme dan diskriminasi, serta melibatkan media dalam meningkatkan kohesi sosial. Termasuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan timbal balik antar budaya, dan media sosial serta kohesi sosial adalah hal yang direkomendasikan Rogelia agar multikultural dalam suatu daerah terjaga.

 

Photo by Clay Banks on Unsplash

KDM Promovendus Club: Bagi-Bagi Pengalaman Riset Disertasi

Jumat (5/11) Promovendus Club Program Doktor Ilmu Psikologi mengadakan acara yang membahas tentang “Dissertation by Research: Bagi-Bagi Pengalaman”. Hadir dalam acara tersebut Bhina Patria, Dr.rer,pol dan Restu Tri Handoyo, Ph.D sebagai pembicara.

Restu mengawali sesi ini dengan membagi pengalamannya saat menempuh studi Doktor “mungkin apa yang saya sampaikan hari ini akan sangat personal. Tidak semuanya akan relevan dengan perjalanan teman-teman yang sudah atau sedang menempuh doktoral sekarang”, jelasnya. Perjalanan pendidikan doktoral seseorang memiliki ceritanya masing-masing dan bersifat subjektif. Tergantung kampus mana yang dijadikan tempat studi, tuntutan apa yang diterima, bahkan sampai pada konteks budaya. “Saya pribadi menganggap bahwa semua doktoral itu akan by research karena majoritynya dinilai berdasarkan disertasi, yaitu penelitian yang dilakukan”, jelas Restu.

Pada tahun pertama Restu menempuh Program Doktor di London yang dilakukan adalah melakukan Systematic Literature Review (SLR). Kemudian di lanjutkan dengan tahun kedua, yaitu penyusunan proposal disertasi. Setelah itu, pada tahun ketiga Restu melanjutkan dengan ethical clearance, “karena variabel yang saya ambil salah satunya tentang kelompok, maka tentang ethical clearance cukup panjang”. Bahkan sampai harus pulang ke Indonesia untuk mengurus izin di instansi terkait dimana Restu mengambil data.

“Melalui acara ini, saya ingin lebih memotivasi yang belum S3, berani S3,” lanjut Bhina pada sesi kedua. Berbeda dengan Restu, Bhina menceritakan pengalaman sekolah lanjutnya yang tidak dibiayai dari sebuah program beasiswa. Bhina mengaku, selama sekolah lanjutnya biaya ia tanggung sendiri hasil dari bekerja di International Centre for Higher Education Research Kassel  (INCHER-Kassel). Hal tersebut yang membuat Bhina sangat meyakini bahwa pendidikan S3 tetap bisa ditempuh meski tanpa beasiswa.

Selain menceritakan pengalaman sekolah doktornya, Bhina juga sempat menceritakan gelar unik yang dimilikinya, yaitu Dr.rer.pol. “Gelar doktor yang diberikan berdasarkan yang bersangkutan melakukan studi di fakultas apa. Fakultas atau institusi tersebut berada di bidang apa.”, jelas Bhina. Oleh karena itu, terdapat lulusan Psikologi yang mendapatkan gelar Dr.rer.pol jika melakukan studi di bawah Ilmu Ekonomi dan Sosial, namun ada pula yang mendapatkan gelar Dr.rer.nat. Semua gelar yang didapatkan tergantung tempat Fakultas/Institusi mana yang bersangkutan melakukan studi.

Dalam penyampaiannya, Bhina mengatakan bahwa pendidikan S3 bisa dilakukan oleh siapa saja. Tidak terbatas pada orang-orang yang memiliki IQ tinggi dan genius. “Jangan sampai mengalami impostor syndrome, dimana seseorang meragukan diri sendiri”, jelas Bhina.

 

Photo by Dan Dimmock on Unsplash

Dewan Laksamana Putra: Raih Medali Emas PIMNAS 34

Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, Dewan Laksamana Putra atau biasa disapa Dewan berhasil meraih medali emas pada ajang PIMNAS ke-34 2021. Bersama dengan kedua temannya yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Dewan berhasil meraih medali emas melalui judul penelitian “Zoom Hit: Studi Pelanggaran Ekspektasi dalam Hubungan Interpersonal Mahasiswa Baru 2020 melalui Virtual Meeting selama Masa Pandemi”.

Judul tersebut menggunakan konsep penelitian dari Ilmu Komunikasi, sementara keilmuan Psikologi membahas dari segi teori hubungan interpersonalnya. Selain itu, judul yang diangkat oleh Dewan dan teman-teman diangkat berdasarkan fakta di lapangan bahwa akhir-akhir ini aktivitas individu mayoritas dilakukan di dunia maya. “Sebenarnya zoom hit ini tidak terbatas pada zoom saja, tetapi juga media sosial lainnya, seperti WhatsApp, maupun Instagram”, jelas Dewan.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana sebuah ekspektasi terlanggar dan berdampak pada hubungan interpersonal. Hasilnya, ekspektasi memang terlanggar namun bersifat positif. Artinya, orang-orang justru menilai lebih baik ketika bertemu langsung secara virtual dibandingkan berkomunikasi melalui chat.

Dewan mengaku memang sudah menyukai kegiatan akademik, terutama penelitian sejak semester satu. “Lewat penelitian, saya menjadi banyak belajar dan menemukan hal-hal baru”, ungkap Dewan. Selain itu, Dewan juga mengungkapkan bahwa motivasinya mengikuti PIMNAS tahun ini karena memang sudah menginginkan sejak lama dan PIMNAS adalah kegiatan bergengsi yang sayang jika dilewatkan.

Ketika ditanya tentang keinginan apa yang masih ingin dicapai kaitannya dengan PIMNAS, Dewan menjawab bahwa ia pengen sekali lagi ikut PKM dan lolos PIMNAS. “Saya menjadi lebih tahu, saya menjadi lebih percaya diri, bisa mengobrol lebih banyak hal, dan saya bisa berbagi”, ungkap Dewan ketika ditanya tentang motivasi mengikuti PIMNAS.

Anak pertama dari lima bersaudara ini mengaku tidak ada waktu minimal belajar atau jumlah minimal sesuatu yang harus dibaca. Akan tetapi, Dewan bertekad untuk tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa belajar. “Kita tidak selamanya bisa pintar di satu hal. Oleh karena itu, jangan berhenti belajar dari berbagai sumber dan jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada”, jelas Dewan.

Research Knowledge Sharing: Mendengar Suara Anak-Anak Melalui Metode Penelitian Photovoice

Bersama Center for Life-span Development (CLSD), Fakultas Psikologi menyelenggarakan acara Research Knowledge Sharing bersama dengan Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D pada Jumat (29/10). Research Knowledge Sharing kali ini membahas topik Amplifying Children’s Voices within Arts-Based Service-Learning: Emerging Inclusive Education Practices in Indonesia. “Jadi, kalau dilihat dari judulnya, kita bisa menangkap riset ini adalah menyuarakan suara anak tentang pendidikan inklusif”, jelas Elga. Acara yang diselenggarakan secara daring ini, dimulai pada pukul 13.30 WIB dan selesai pada pukul 15.00 WIB.

Penelitian yang dilakukan oleh Elga dan beberapa pihak seperti, Sekolah Tumbuh, Sunny Platts Burgh, dan Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan photovoice sebagai metode penelitian. Metode tersebut digunakan untuk memahami kemudian memberikan informasi kepada orang lain tentang sudut pandang seorang anak. Selama melakukan photovoice, partisipan penelitian mengambil foto yang menurut mereka menarik. Nantinya, partisipan membagikan ide mereka tentang inklusi, kolaborasi, komunitas, dan rasa memiliki melalui foto yang sudah diambil. “Penelitian menggunakan photovoice juga bisa dilakukan oleh anak-anak, tetapi juga bisa dilakukann oleh pelajar SMA”, terang Elga.

Selain mengambil foto, partisipan juga dapat belajar tentang penyebab apa yang membuat hal tersebut terjadi dan bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang dapat diteliti selama penelitian dan bersifat tambahan. Selain itu, partisipan juga dapat mendeskripsikan solusi memungkinkan yang memang dapat dilakukan secara nyata.

Metode photovoice ini termasuk ke dalam metode penelitian kualitatif. Partisipan yang masih di usia sekolah dan bahkan bisa saja dilakukan adalah mahasiswa disebut sebagai asisten peneliti. Setelah mengambil foto, selanjutnya partisipan akan diwawancarai menggunakan Photovoice SHOWeD. Photovoice SHOWeD terdiri dari beberapa pertanyaan, yaitu seputar apa yang dilihat, apa yang terjadi, bagaimana foto/keadaan tersebut terhubung dengan kehidupan kita, kenapa hal itu bisa terjadi, dan apa yang bisa kita lakukan berkaitan sesuatu yang ada di foto.

Setelah partisipan diwawancari menggunakan Photovoice SHOWeD, selanjutnya peneliti mentranskripkan hasil wawancara tersebut dan melakukan koding secara tematik yang berfokus pada pertanyaan utama penelitian. Di akhir dari penelitian ini, akan diadakan presentasi photovoice dan pameran foto yang ditujukan untuk umum. Pameran foto tersebut terdiri dari berbagai foto yang berhasil diambil oleh co-researchers selama penelitian.

 

Photo by Tanaphong Toochinda on Unsplash

Pengukuhan Prof. Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si; Aspek-Aspek Psikologis Interaksi Sosial di Ruang Siber

Kamis (21/10) digelar acara Upacara Pengukuhan Guru Besar bagi Prof. Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si. Acara pengukuhan dilakukan secara bauran, dengan pelaksanaan secara luring di Balai Senat Universitas Gadjah Mada dan secara daring melalui Zoom Meeting serta disiarkan langsung melalui YouTube Universitas Gadjah Mada. Upacara Pengukuhan dibuka oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng.

Acara dilanjutkan dengan Upacara Pengukuhan dan penyampaian Pidato Pengukuhan oleh Prof. Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si dengan judul “Aspek-Aspek Psikologis Interaksi Sosial di Ruang Siber”. Melalui pidatonya, Avin menyampaikan bahwa pada bulan Januari 2021 sebanyak 2/3 penduduk dunia telah menggunakan sarana mobile phone, sebesar 60% terhubung dengan internet serta sebagian besar adalah pengguna aktif media sosial. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dengan kondisi 73% penduduk terkoneksi dengan internet dan 61% aktif di media sosial. Kenaikan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya Pandemi COVID-19 yang melanda dunia.

“Perkembangan teknologi digital yang pesat memberikan dampak pada kehidupan dan perilaku manusia di ruang siber saat ini atau cyber space. Kondisi ini mendorong munculnya sub-disiplin baru dalam Psikologi, yaitu Cyber Psychology. Cyber Psychology masih relatif baru dan merupakan bagian dari Psikologi Terapan”, jelas Avin. Lebih lanjut, Avin menjelaskan bahwa Cyber Psychology merupakan studi perilaku manusia dalam konteks interaksi manusia dan internet.

Interaksi sosial yang terjadi di ruang siber dapat dikelompokkan menjadi 4 level berdasarkan teori dan konsep Psikologi Sosial. Empat level tersebut terdiri dari intrapersonal (menyuarakan suara hati), interpersonal (dari personal ke ruang publik), intragroup (dalam kelompok), dan intergroup (antar kelompok). Menurut Avin, media sosial adalah bentuk lain dari buku harian yang dulunya bersifat pribadi dan pemberian like pada unggahan media sosial dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk lebih membuka dirinya pada ruang siber.

Pada akhir pidato, Avin menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara besar, luas dan memiliki jumlah penduduk yang banyak. Kebijakan seragam pada level nasional tidak akan optimal apalagi kembali ke jaman sebelum pandemi. Akan tetapi, yang harus terus menerus dipertahankan dan dilanjutkan adalah efikasi pembelajaran secara daring pada level diri, kelompok, maupun institusi. “Menurut saya, membimbing dan menguji tugas akhir dapat dipertahankan secara online. Sementara itu, pembelajaran dapat kita pertimbangkan secara bauran”, ungkap Avin.

Harapannya, dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Avin Failla Helmi, M.Si sebagai Guru Besar dapat memperkuat dan memperbesar kiprah Fakultas Psikologi UGM secara nasional maupun internasional.

Fakultas Psikologi Luluskan 20 Psikolog dan 8 Ilmuwan

Fakultas Psikologi UGM pada Kamis (21/10) menyelenggarakan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Pascasarjana Periode I TA 2021/2022 yang terdiri dari 28 orang. Pada periode ini diikuti 20 orang dari Program Studi Magister Psikologi Profesi dan 8 orang dari Program Studi Magister Psikologi. Proses pengambilan Sumpah Profesi Psikologi kali ini dipimpin oleh Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog.

Pada Program Studi Magister Psikologi Profesi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Izzaturrohmah dengan IPK 3.82 sekaligus meraih predikat cumlaude. Sementara pada Program Studi Magister Psikologi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Mutia Husna Avezahra dengan IPK 3.82 sekaligus meraih predikat cumlaude.

Fakultas Psikologi UGM juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi dalam naskah publikasi tesis terbaik. Pada periode ini, naskah tesis terbaik diraih oleh Jessica Dhoria Aryawibowo dari Program Studi Magister Psikologi Profesi dengan judul Self-Esteem sebagai Mediator peran Strategi Koping Adaptif terhadap Distres Psikologis pada Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19. Selama proses penyusunan tesis, Jessica dibimbing oleh Dr. Ira Paramastri, M.Si., Psikolog. Sementara pada Program Studi Magister Psikologi, naskah publikasi tesis terbaik diraih oleh Nadea Zulfa Khairunnisa dengan dosen pembimbing Dr. Arum Febriani, M.A. Judul yang diangkat oleh Nadea pada naskah publikasi tesisnya adalah Peran Parenting Self-Efficacy sebagai Mediator Hubungan antara Dukungan Suami dan Keterlibatan Ibu dalam Pendidikan Anak.

Pada acara pelepasan wisuda periode kali ini, sambutan wisudawan/wisudawati diwakilkan oleh Mutia Husna Avezahra dari Program Studi Magister Psikologi Profesi. Melalui sambutannya, Mutia mengungkapkan bahwa masa studi di Psikologi UGM adalah momen dimana ia bisa melakukan refleksi ulang terkait tujuan-tujuan yang hendak dicapai. “Kepada teman-teman yang diwisuda hari ini, marilah kita mengapresiasi atas pencapaian akademik yang membanggakan ini. Terima kasih telah berjuang untuk menyelesaikan studi dalam segala keterbatasan dan ketidakmudahan di situasi pandemi yang belum kunjung berakhir”, ungkap Mutia.

Sambutan dilanjutkan oleh Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog selaku Ketua Umum HIMPSI. Melalui sambutannya, Seger berpesan kepada wisudawan/wisudawati untuk terus mengembangkan profesionalisme. “Hanya ada tiga hal yang berkaitan dengan profesionalisme. Pertama, lakukan layanan praktik psikologi dengan pengetahuan konsep teori psikologi. Kedua, terus mengembangkan diri, belajar, dan bergabung bersama komunitas. Ketiga, menjaga, mengikuti, serta memerhatikan kode etik dan hukum yang berlaku”, jelas Seger.

Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi, M.Sc., Ph.D. turut memberikan sambutan pada acara ini. Rahmat menyampaikan bahwa menyelesaikan pendidikan magister bukan suatu hal yang mudah, tidak melibatkan tantangan yang ringan, dan membutuhkan upaya yang kuat serta dukungan dari berbagai pihak. “Menjadi seorang magister tidak banyak yang berhasil menikmatinya di antara anak-anak bangsa kita. Dengan menyadari hal itu, sudah sepatutnya hari ini perlu dirayakan dan disyukuri serta dijadikan optimisme yang semakin menguat di hari depan”, ungkap Rahmat.

World Mental Health Day 2021: Kabar Kesehatan Jiwa dari Indonesia di Tengah Dunia yang Tidak Setara

 

Photo by Total Shape on Unsplash

ditulis oleh: Diana Setiyawati, PhD, Psikolog

(Kepala CPMH Fakultas Psikologi UGM, mitra penelitian Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS).

Hari ini, dunia merayakan Hari Kesehatan Jiwa se Dunia, 10 Oktober 2021. Tema yang diangkat oleh World Federation for Mental Health adalah ‘Mental Health in an Unequal World’ (Kesehatan Jiwa di tengah dunia yang tidak setara).

Lalu apa kabar dengan Kesehatan jiwa Indonesia?

Belum usai kita menata fondasi sistem kesehatan jiwa kita, pandemi melanda…

Pandemi membawa masalah pendidikan, masalah kemiskinan, dan juga mengakibatkan banyak anak-anak yang kehilangan ayah-ibunya. Dampak psikisnya mungkin belum terlihat sangat signifikan saat ini, meski tekanannya sangat terasa nyata. Namun perubahan pola asuh karena perubahan konstelasi keluarga atau perubahan ekonomi keluarga, sangat berpotensi membawa dampak psikis jangka panjang. Para ahli perkembangan juga memprediksikan bahwa anak-anak dan remaja akan mengalami ‘the longest and the darkest effect of pandemic’ yang harus diantisipasi dan dikelola.

Siapkah sistem kesehatan jiwa kita?

Diperlukan pemetaan komprehensif tentang kondisi sistem kesehatan jiwa Bangsa, untuk rekomendasi prioritas pembangunan yang lebih tepat.

Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) bersama Centre for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, dengan support dari UNICEF, membantu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memetakan kondisi sistem kesehatan jiwa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi prioritas pembangunan.  Penelitian masih berjalan, bekerjasama dengan Dinkes-Dinkes Kabupaten/Kota se-Indonesia. Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dengan data sementara yang terkumpul, akan kita ceritakan di bawah ini.

Di negeri ini, ada faktor-faktor yang secara umum dapat memperbesar resiko pengembangan gangguan jiwa, antara lain: kemiskinan dan pendidikan yang rendah, atau lebih tepatnya literasi kesehatan jiwa yang rendah. Hal ini erat berhubungan atau dapat mengakibatkan pola asuh orang tua yang tidak berorientasi pada kesejahteraan psikis anak. Kekerasan terhadap anak di rumah, menjadi salah satu resiko besar. Kekerasan antar remaja dan bullying di sekolah juga merupakan faktor resiko lainnya. Kemudian semua hal itu dapat berhubungan atau meninggikan resiko bunuh diri.

Lalu seperti apa wajah sistem Kesehatan jiwa di berbagai wilayah Indonesia?

Kesenjangan masih cukup kentara dalam literasi kesehatan mental antar orang-orang yang bergerak di sistem kesehatan di berbagai wilayah Indonesia. Aturan dan distribusi bantuan terkait dukungan untuk tenaga kesehatan jiwa belum merata. Baik berupa pendanaan maupun fasilitas/infrastruktur (termasuk pemerataan RSJ).

Akses bantuan ke Puskesmas terdekat bagi masyarakat, terkadang masih sulit dan mahal di beberapa wilayah di Indonesia. Begitupun, belum semua Puskesmas di wilayah Indonesia memiliki pelayanan kesehatan jiwa karena minimnya SDM yang terlatih dan kompeten dalam kesehatan jiwa.

Di sisi lain, pemasungan masih terjadi.  Mengapa?

Keluarga dan komunitas tidak memahami deteksi dini. Keluarga dan komunitas juga tidak memahami managemen ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) pasca treatmen rumah sakit. Di sisi lain, tidak kuatnya keluarga menjalani treatment, sulitnya akses pelayanan kesehatan jiwa dan stigma untuk ODGJ dan keluarga menambah faktor resiko pemasungan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        Secara umum ada kondisi yang tidak setara di Indonesia. Ketidak setaraan terlihat dalam pemenuhan SDM antar Puskesmas se Indonesia. Terdapat Kabupaten dengan 35 psikolog klinis bekerja di seluruh Puskesmasnya yang berjumlah 25. Memiliki SDM yang bertanggung jawab khusus dengan program Kesehatan jiwa, sehingga bervariasi pendekatan promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi Kesehatan jiwanya. Sementara di wilayah Indonesia yang lain, ada Kabupaten yang memiliki 11 Puskesmas, namun hanya 1 orang dokter umum yang pernah mendapatkan training Kesehatan jiwa, bertanggung jawab terhadap program kesehatan jiwa Bersama seabreag beban kerja di bidang kesehatan lainnya. Akibatnya, ada daerah tertentu dengan kondisi ekstrim tinggi: Promosi kesehatan jiwa sampai ke legislasi, literasi kesehatan jiwa yg tinggi, serta ranah program kesehatan jiwa yang variatif (keluarga, sekolah, komunitas). Namun masih banyak daerah dengan faktor resiko tinggi, tetapi belum memiliki program dan pelayanan dasar Kesehatan jiwa yang memadai.

Masih banyak PR yang harus kita lakukan bersama untuk membuat kondisi Indonesia setara di semua wilayah. Terwujudnya sistem kesehatan jiwa komprehensif, antara lain menuntut kondisi seperti:

  1. Terpenuhinya SDM kesehatan jiwa
  2. Sistem rujukan yang terjalin rapi antar potensi masyarakat dan sistem kesehatan
  3. Orientasi program dari promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi
  4. Pendekatan dalam sistem harus sepanjang rentang kehidupan, bekerjasama dengan semua sektor masayrakat, seperti sekolah, organisasi kerja dan elemen masyarakat lain tempat nadi kehidupan masyarakat berjalan.
  5. Pendekatan program harus mikro dan makro. Mikro berarti penguatan individu dan keluarga, makro berarti penguatan masyarakat hingga elemen pemerintah.

No health without mental health. Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan fisik. Kesehatan jiwa tidak hanya terkait masalah manajemen orang dengan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa berkaitan dengan kualitas hidup kita, produktivitas, dan wajah generasi masa depan anak Bangsa. Membangun sistem kesehatan jiwa, berarti mengupayakan kualitas hidup yang lebih baik, lebih maju dan produktif. Kesehatan jiwa adalah urusan semua jiwa. Mari kita bergandengan tangan mewujudkannya.

 

Rapat Terbuka Senat Fakultas dan Pisah Sambut Dekan Fakultas Psikologi UGM

Kamis (7/10), Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan Rapat Terbuka Senat Fakultas dan Pisah Sambut Dekan Fakultas Psikologi UGM secara bauran. Penyelenggaraan secara luring menggunakan ruang auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, sementara untuk penyelenggaraan secara daring dilakukan menggunakan aplikasi Zoom. Acara ini diikuti oleh 200 lebih tamu undangan dengan Ade Novianti,S.E. sebagai pembawa acara. Rapat terbuka senat fakultas tahun ini dibuka oleh Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog. selaku Ketua Senat Fakultas.

Rapat Terbuka Senat ini memiliki agenda utama, yaitu Laporan Dekan Masa Bakti 2016-2021 yang disampaikan oleh Prof. Dr. Faturochman, M.A. “Laporan ini kami susun berdasarkan laporan-laporan tahunan yang sebagian sudah kami sampaikan di forum sepert ini”, ungkap Faturochman. Selain itu, Faturochman juga menyampaikan bahwa ada beberapa agenda Fakultas yang belum tercapai, salah satunya tentang peningkatan penerimaan mahasiswa asing.

Dalam laporan tersebut diawali dengan pemaparan terkait akademik. Beberapa hal yang disampaikan berkaitan dengan 16 Mahasiswa Internasional Program NOHA di Magister Psikologi pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2019, menetapkan manuskrip sebagai bentuk satu-satunya tugas akhir. Selanjutnya pada tahun 2020 melakukan panduan penulisan tugas akhir APA edisi 6, dan pada tahun 2021 melakukan perpanjangan akreditasi Magister Profesi Psikologi dan Magister Psikologi. Hal lain yang juga disampaikan oleh Faturochman dalam Laporan Dekan Masa Bakti 2016-2021 berkaitan dengan Jaminan Mutu, Statistik Kemahasiswaan, Penelitian dan Publikasi, serta lain sebagainya.

Acara dilanjutkan dengan Pisah Sambut Dekan Fakultas Psikologi UGM dimulai pada pukul 10.30 dengan Erina Chusnulita,S.P.,M.M.A. sebagai pembawa acara. Acara diawali dengan beberapa pemutaran video tentang agenda-agenda yang pernah dilakukan oleh Dekanat Fakultas Psikologi UGM selama ini. Selain itu, terdapat pula pemutaran video-video berisi kesan, pesan serta ucapan terima kasih yang disampaikan oleh perwakilan dari dosen, mahasiswa, program studi, tenaga kependidikan, POTMAPSI, dan KAPSIGAMA.

Di penghujung acara Pisah Sambut Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D menyampaikan pidato selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM Periode 2021-2026. “Bismillah, saya menyatakan siap (sebagai Dekan Fakultas Psikologi UGM Periode 2021-2026). Saya yakin dukungan dari Bapak/Ibu sekalian, dukungan dari dosen-dosen senior, dan seluruh tenaga dosen, tenaga pendidikan, POTMAPSI, alumni-alumni, mahasiswa inshaaAllah kita bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh periode dekan sebelumnya”, ungkap Rahmat.