Penyakit Hati dan Kaitannya Dengan Gangguan Jiwa

Subandi, Lu’luatul Chizanah, Yuli Fajar Susetyo

Kelompok Kajian Psikologi Islam

Masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam sudah sangat familiar dengan istilah penyakit hati. Konsep ini berasal dari ayat suci Al Quran suara Al Baqarah ayat 10 yang artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. Hati yang dimaksud di sini bukanlah ‘hati’ secara fisik (liver). Bukan pula ‘jantung’ (heart), melainkan hati spiritual, yang disebut ‘qolbu’.

            Para ulama dan ustadz telah banyak membicarakan masalah hati (qolbu). Namun sebatas pada konsep moral dan religius.  Perlu ada usaha mengangkat konsep penyakit hati sebagai sebuah konsep psikologi dan kaitannya dengan kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikan penyakit hati sebagai sebuah konsep psikologi yang komprehensif dan menjadi landasan pemikiran untuk mengembangkan konsep psikopatologi dalam perspektif psikologi Islam. Topik ini sangat penting dalam upaya untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDG). Terutama untuk memenuhi poin SDG tujuan tiga, yakni kesehatan yang baik dan kesejahteraan (Good health and wellbeing). Lebih khusus lagi poin 3.4. yaitu penyakit tidak menular (Non-communicable diseases) dimana terdapat isu promosi kesehatan mental. Dari penelitian ini diharapkan dapat memahami lebih dalam tentang penyakit hati, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental   

Penelitian ini menggunakan pendekatan Maqasid, yang merupakan metode penelitian dalam perspektif keilmuan Islam. Pendekatan ini dirancang untuk memadukan sumber-sumber ilmu pengetahuan dari Al-Quran, Al-Hadits, karya-karya ilmiah ulama klasik dan ilmuwan kontemporer, serta kajian empiris dan dipadukan dengan metode-metode penelitian psikologi dari Barat.

            Hasil penelitian ini menemukan lima klasifikasi penyakit hati, yaitu:

(1) Kategori hasrat dan keinginan yaitu hasrat jasmani yang tidak terkendali (makan dan seks) dan hasrat untuk menumpuk harta kekayaan dunia (rakus, tamak, takut miskin dan takut mati)

(2) Kategori perilaku verbal dan fisik yang negatif. Termasuk di sini adalah berdusta, menggunjing, mengutuk, mengadu domba, tipu daya, berdebat, saling menyalahkan, mengejek (membuly), membual, mengungkapkan rahasia (ifsha’ al siir), janji palsu. Termasuk di sini adalah berpikiran buruk terhadap orang lain dan kecurigaan dan kecemburuan yang tidak berdasar.

(3) Kategori emosi negatif yang terdiri dari, marah, dendam, benci, jengkel, iri, dengki, permusuhan, takut, was-was, khawatir, kecewa, sakit hati, penyesalan mendalam.

(4) Kategori karakter negatif. Termasuk sombong, bangga berlebihan, suka pamer, suka dipuji, merasa superior, suka mencari reputasi, egoisme.

(5) Kategori spiritualitas negatif yaitu kemunafikan, tidak menerima takdir, keterikatan yang berlebihan pada urusan duniawi, rasa ke-aku-an yang tinggi dan mensekutukan Tuhan.

            Ada dua hal penting terkait kaitan penyakit hati dan kesehatan mental. Pertama, penyakit hati merupakan sebagian dari tanda beberapa gangguan jiwa. Artinya, penyakit hati banyak ditemukan pada orang yang mengalami gangguan jiwa. Misalnya penyakit hati dengan kategori emosi negatif kemarahan, ternyata merupakan gejala penting dari beberapa diagnosis gangguan jiwa, yaitu Intermittent Explosive Disorder, Oppositional Defiant Disorder, Disruptive Mood Dysregulation Disorder, Borderline Personality Disorder, dan Bipolar Disorder. Kecurigaan berlebihan yang merupakan salah satu penyakit hati, ternyata juga merupakan gejala gangguan kepribadian paranoid dan skizofrenia paranoid.

            Kedua, penyakit hati merupakan gangguan yang banyak ditemukan pada orang normal pada umumnya. Gangguan ini dapat berkaitan dengan masalah karakter negatif. Misalnya, sombong, iri, dengki, benci, dendam pada orang lain. Penyakit ini banyak ditemukan pada orang pada umumnya. Bahkan orang yang punya kedudukan, tidak luput dari masalah karakter negatif ini. Misalnya, para pejabat atau orang kaya yang sombong. Tidak jarang pula, para ahli agama atau ilmuwan (profesor) yang menyombongkan keilmuannya, suka pamer dan suka dipuji orang.

            Hasil dari penelitian ini telah dipresentasikan pada acara Islamic Psychology Summit, tanggal 27-28 Oktober 2024, yang diseenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM bekerjasama dengan the International Association of Muslim Psychologist (IAMP) dan the International Institute of Islamic Though (Triple IT)***

Photo by Debby Hudson on Unsplash