Tim peneliti PREPARED Project menyelenggarakan webinar bertajuk “Pembelajaran Program dan Peluncuran Perangkat PREPARED”, Jumat (14/4). PREPARED Project merupakan kolaborasi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tsunami Disaster Research Mitigation Centre (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, dan Poltekkes Mamuju yang mendapatkan dukungan dana dari Pemerintah Australia dan diadministrasikan oleh Australia Awards Indonesia.
PREPARED Project bermaksud untuk mencari tahu lebih dalam apa dan bagaimana konsep kesiapsiagaan psikologi masyarakat Indonesia terhadap bencana.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi. M.Sc., Ph.D., membuka webinar melalui sambutannya.
“Bagaimana kita ketahui, bencana merupakan suatu keniscayaan bagi bangsa Indonesia… Sebagian bencana tidak dapat kita hindari, tentu adalah meningkatkan kesiapsiagaan terutama termasuk dalam hal ini adalah kesiapsiagaan secara psikologis untuk memitigasi dan untuk menghadapi bencana-bencana tersebut. Apa yang dikerjakan, apa yang dilakukan oleh tim PREPARED ini insyaAllah akan memberikan manfaat bagi kita semua,” ungkap Rahmat.
Webinar yang dilaksanakan untuk membagikan temuan dan pembelajaran dari penelitian terkait kesiapsiagaan psikologi bencana masyarakat berisiko bencana di Indonesia ini juga mensosialisasikan secara formal perangkat PREPARED tools sebagai instrumen pertama yang dikembangkan di Indonesia untuk memahami tingkat kesiapsiagaan psikologi bencana. Hasil temuan uji coba perangkat di lapangan ini berasal dari tiga wilayah, yakni Kota Banda Aceh, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Mamuju.
Peluncuran perangkat PREPARED dilakukan oleh tiga pimpinan lembaga mitra PREPARED Project yaitu Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi. M.Sc., Ph.D.; Direktur TDMRC, Prof. Dr. Syamsidik, S.T., M.Sc.; dan Direktur Poltekkes Kemenkes Mamuju, dr. Andi Salim, SKM, M.Kes.; secara bersamaan. Turut hadir dalam webinar ini Kepala BPBD D.I. Yogyakarta, Drs. Biwara Yuswantana, M.Si.; dan perwakilan BPBD Kota Banda Aceh.
Tampil sebagai Keynote Speech yaitu Sarah Stein, Acting Counsellor, Development Effectiveness and Sustainability Australian Embassy di Indonesia. Sarah Stein memberikan penjelasan mengenai Australian Alumni Grant Scheme (AGS) yang salah satu proyeknya dikelola oleh Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D., dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus ketua tim peneliti PREPARED Project dan alumni dari The University of Sydney.
“Proyek ini dapat berhasil dengan kontribusi dan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan terkait yang memiliki pemahaman tentang kebutuhan konteks lokal. Proyek ini juga merupakan bukti nyata kontribusi alumni kami kepada masyarakat, mbak Dytia saya berharap yang terbaik untuk proyek Anda,” jelas Sarah Stein.
Terdapat narasumber Drs. Pangarso Suryotomo yang diwakili oleh Firza Ghozalba, ST., M.Eng., Kepala Sub Direktorat Penguatan Ketahanan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D., menyampaikan mengenai Pembelajaran Project PREPARED.
Firza Ghozalba, ST., M.Eng., menyampaikan mengenai aspek psikologis dalam kesiapsiagaan bencana yang diawali dengan kondisi Indonesia dari sisi geologis dan geografis dengan berbagai tantangan bencana yang dihadapi. Firza Ghozalba menambahkan perlunya kolaborasi untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang tangguh dari bencana.
“Bagaimana kita bisa mewujudkan bangsa kita menjadi bangsa yang tangguh dari bencana melalui upaya-upaya yang kita lakukan bersama. Tentunya menguji ketangguhan itu tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, oleh BNPB oleh BPBD tetapi juga perlu ada kolaborasi pentahelix didalamnya, salah satunya mungkin dengan kegiatan kita kali ini, melalui perangkat kesiapsiagaan psikologi yang baru saja diluncurkan,” ungkap Firza Ghozalba.
Pendekatan-pendekatan telah dilakukan oleh pemerintah untuk membangun budaya sadar bencana melalui sosialisasi, edukasi dan literasi kebencanaan dengan pendekatan keagamaan dan pendekatan seni dan budaya.
“Masyarakat di Indonesia diharapkan memiliki pengetahuan memadai tentang risiko bencana di lingkungannya, setelah memiliki pengetahuan juga sadar akan tanggung jawabnya dalam mengurangi risiko dan mengantisipasi bila bencana terjadi… Kemudian yang ketiga adalah ketika sudah memiliki pengetahuan, sudah sadar akan tanggung jawabnya, masyarakat juga bisa menerapkan kesadaran PRB sehingga menjadi budaya pada setiap indonesia dan anggota keluarga,” terang Firza Ghozalba.
Sesi terakhir, Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D., menyampaikan mengenai Pembelajaran Program Psychological Preparedness of At-Risk Indonesia Communities to Disaster (PREPARED). Dijelaskan oleh Pradytia Putri Pertiwi proses yang dilakukan oleh tim PREPARED selama 18 bulan serta berbagai temuan program.
“Secara praktis di lapangan dengan masyarakat ketika misalnya masyarakat ditingkatkan pengetahuan, ditingkatkan motivasi maupun resiliensi terkait bencana dalam aspek psikologisnya dapat mendorong kesiapsiagaan yang lain, misalnya pada aspek fisik maupun materi dan dalam hal ini juga dapat menjadi langkah mitigasi untuk mengurangi stres pasca bencana,” terang Pradytia Putri Pertiwi.
Penulis: Erna