UKP Bersinergi UKP Berbagi “Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Telekonseling Tertulis”

Jumat (25/6) Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM mengadakan rangkaian acara webinar UKP Bersinergi UKP Berbagi. Dalam kesempatan kali ini UKP mengambil tema acara dengan judul “Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Telekonseling Tertulis”.

Acara berlangsung dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Acara dihadiri oleh 50 peserta yang datang dari mahasiswa magister psikologi profesi dan psikolog.

Acara ini diisi oleh dua narasumber yaitu Idei Khurnia Swasti, M.Psi., Psikolog, dosen Psikologi UGM dan Valeria Satwika Anindita, psikolog rekanan UKP UGM. Pada sesi pertama Idei membawakan presentasi dengan judul “Berkenalan Lebih Lanjut dengan Text-based Counseling”. Sedangkan pada sesi kedua Valeria membawakan presentasi dengan judul “Telekonseling Tertulis sebagai Psychological First Aid”. Kedua tema ini sangat sesuai dengan kondisi saat ini di mana pembatasan tatap muka masih berlangsung sebagai bagian dari protokol kesehatan untuk menekan persebaran pandemi Covid-19.

Kemunculan Text-based Counseling dalam ranah kesehatan mental tidak lepas dari konteks kultur digital. Seiring berkembangnya teknologi komputer, tercipta pula berbagai macam alat komunikasi baru. Munculnya teknologi mutakhir dan kebiasaan baru masyarakat dalam berkomunikasi mendorong perkembangan metode dalam kegiatan konseling psikologi.

“Selama dua dekade terakhir, itu akhir tahun ’90-an, sampai dengan sekarang itu teknologi luar biasa dikembangkan untuk mendukung Text-based Counseling,” ungkap Idei sambil menerangkan bahwa dua dekade itu merupakan masa yang panjang untuk pengembangan sebuah metode baru dalam konseling psikologi.

Konteks konseling menggunakan teknologi komunikasi sangat berbeda dengan tatap muka secara langsung harus dipahami dengan baik oleh konselor ataupun klien. Idei menekankan bahwa konselor perlu membekali diri dengan keterampilan-keterampilan ekstra untuk memaksimalkan pengguaan fitur-fitur aplikasi komunikasi online.

“…berbagai opsi media yang digunakan (untuk konseling) ya, apakah menggunakan chat room, email, kemudian menggunakan official account di media sosial. Nah itu menjadi perkembangan kekinian yang harus kita kejar,” terang Idei.

Idei menjelaskan bahwa ada dua macam metode Text-based Counseling. Yang pertama yaitu metode sinkronus yaitu komunikasi langsung misalnya dengan menggunakan telefon, video conference, video call dan chat. Selanjutnya yang kedua adalah metode asinkronus yaitu komunikasi secara tidak langsung misalnya menggunakan email, faks, forum diskusi, website, blog, dan media sosial.

Pada sesi kedua Aninditia menyampaikan materi lebih dikhususkan lagi pada salah satu metode yaitu telekonseling tertulis. Anin, begitu ia biasa disapa, menjelaskan  bahwa telekonseling tertulis ini sebenarnya sudah lama digunakan di dunia internasional, namun di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Maka wajar masih banyak keraguan dan resisten dari banyak kalangan yang seharusnya bisa dikikis agar metode ini bisa berjalan maksimal.

“Saya mengajak bapak ibu melihat, mengukur ke dalam diri sendiri ada nggak resistensi itu? Karena kalau misalnya nggak suka gitu ya, saya rasa ini bukan media yang tepat akhirnya ketika nanti akan digunakan,” ujar Anin.

Kondisi Pandemi Covid-19 juga membuat telekonseling tertulis ini bisa menjadi salah satu metode konseling yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Pembatasan pertemuan langsung sesuai protokol kesehatan menjadikan metode konseling konvensional sulit dilakukan dan butuh metode alternatif untuk tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan mental.

“Kalau ditanya, kenapa sih kita perlu melakukan telekonseling tertulis? Jawaban singkatnya mungkin ya karena kita perlu menyediakan layanan psikologi sesuai dengan kebutuhan klien. Sesuai dengan kondisi klien sendiri,” terang Anin.

Konseling tertulis ini mempunyai manfaat juga bagi klien yang mempunyai trauma, rasa malu, dan ketidak percayaan diri untuk tampi secara fisik dan menyampaikan secara verbal di depan konselor. Dalam kasus ini menurut Anin metode telekonseling tertulis sangat tepat digunakan sebagai sarana komunikasi antara klien dan konselor.

Menurut Anin, dalam melakukan konseling tertulis ini konselor perlu membekali diri dengan keterampilan menulis yang bagus agar pesan yang tersampaikan mudah dipahami dan juga kreativitas dalam menyampaikan ide atau pendapat melalui tulisan.

Tags: ukp