Pada Jumat (13/8), Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan UKP Bersinergi UKP Berbagi (UBUB) ke-10 yang membahas tentang “Jejak Cerita di Balik Ruang Konsultasi: Intake Interview”. Pembahasan tersebut disampaikan oleh Sutarimah Ampuni, S.Psi., M.Si dan Dr. Maria Goretti Adiyanti, M.S. Selain itu, pembahasan ini dimoderatori oleh Lucia Peppy Novianti, M.Psi., Psikolog dan diikuti oleh 92 peserta secara daring melalui Zoom.
Pembahasan kali ini, diawali oleh Sutarimah yang menceritakan pengalamannya ketika berkuliah di Master of Psychology pada bidang Counseling of Psychology, “bayangkan, waktu itu bahasa Inggris saya belum selancar seperti sekarang dan waktu itu saya harus berhadapan dengan telpon yang masuk.. klien yang mau mendaftar dan harus melakukan intake interview. Pengalaman itu sangat berkesan bagi saya yang erat kaitannya dengan intake interview”.
Intake interview adalah interview pertama yang dilakukan oleh konselor atau terapis ketika klien datang. Intake interview ini dilakukan untuk mengetahui masalah apa yang membawa klien tersebut datang. Selain itu, intake interview juga dilakukan untuk mengetahui mengenai riwayat pribadi maupun keluarga. Intake interview dapat dilakukan oleh terapis, konselor, asisten, maupun frontliner secara tatap muka atau melalui telpon.
Intake interview menjadi suatu hal yang penting karena menjadi interaksi pertama kali dengan klien. Melalui intake interview, klien dapat termotivasi atau justru mengurungkan niatnya untuk melanjutkan tritmen psikologis lewat kesan klien terhadap konselor atau institusi penyedia jasa konseling. Berdasarkan penelitian, Sutarimah mengatakan bahwa keputusan klien untuk melanjutkan terapi atau tidak terjadi setelah sesi pertama terapi.
“Tentu mereka (klien) datang dengan berbagai macam perasaan. Oleh karena itu, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi kewajiban interviewer”, jelas Maria. Salah satu hal yang menjadi kewajiban seorang interviewer adalah mampu menimbulkan kesan positif. Kesan positif yang dimaksud dengan cara menumbuhkan rasa aman dan nyaman, menumbuhkan pemahaman bahwa klien sudah melakukan keputusan yang benar dengan data ke jasa konseling, serta memberikan informasi tentang proses selama intake interview. Kemudian, interview juga harus dilakukan secara cermat, baik dari segi kemampuan maupun persiapan sarana dan prasarana.
Intake interview bukan sekedar wawancara biasa karena informasi yang didapatkan akan membawa klien pada psikolog tepat dengan terapi yang cocok. Oleh karena itu, para psikolog dan calon psikolog diharapkan memelajari dengan baik dan benar serta terus meningkatkan kemampuan berkaitan dengan interview.
Photo by Van Tay Media on Unsplash