Technology in Training yang diadakan sepekan lalu oleh Unit Pengembangan Teknologi Belajar (UPTB) Fakultas Psikologi UGM kembali dilanjutkan pada Jumat (12/3) dengan mengangkat tema yang sama, yaitu “Pengolahan Data dengan Jamovi: Alternatif Pengganti SPSS” dan diisi oleh Wahyu Jati Anggoro, S.Psi., M.A.. Acara ini dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB dan dibuka dengan pembahasan tentang statistika deskriptif. “Kalau kita bicara statistika deskriptif ya, salah satunya memang kita melaporkan mean, median, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum, dan biasanya laporan itu ditampilkan sebelum kita melaporkan uji hipotesisnya”, tutur Wahyu.
Kemudian pembahasan berlanjut tentang kategorisasi data yang menggunakan metode untuk klasifikasi data kategori berdasarkan mean ditambah 1 satuan standar deviasi atau dikurang 1 satuan standar deviasi. Kategori tinggi dapat menggunakan rumus nilai mean ditambah nilai satu standar deviasi sedangkan kategori rendah menggunakan rumus mean dikurangi satu standar deviasi. Sebelum melakukan kategorisasi data, peneliti hendaknya harus mengetahui terlebih dahulu mean dan standar deviasi dari variabel yang hendak dilakukan kategorisasi.
Lebih lanjut Wahyu menjelaskan bahwa jika peneliti menggunakan SPSS, maka diperlukan dua kali bekerja sedangkan kategorisasi data menggunakan JAMOVI cukup satu kali bekerja. Kategorisasi data pada JAMOVI dapat dilakukan dengan menggunakan create new transform kemudian add record conditions. “Jadi kita akan rekondisi data continous tadi berapa range skornya itu masuk ke kategori tertentu”, jelas Wahyu. Langkah berikutnya jika ingin mengetahui berapa jumlah dari tiap kategorisasi dapat menggunakan menu exploration dan masukkan variabel yang telah dikategorisasi.
Setelah kategorisasi, Wahyu mengulang penjelasan tentang Paired dan Independent Sample T-test. Paired Sample T-test adalah analisis untuk menguji ada tidaknya perbedaan antara variabel tergantung dan variabel bebas pada subjek yang sama dan biasa digunakan pada penelitian eksperimen. Independent Sample T-test untuk menguji ada tidaknya perbedaan antara variabel tergantung dan variabel bebas pada 2 kelompok yang berbeda. Dalam acara ini, topik yang dibahas adalah mencari beda antara data sebelum dan sesudah pelatihan serta data antara laki-laki dan perempuan.
Selanjutnya, Wahyu menjelaskan tentang ANOVA One-Way untuk melihat perbedaan dari setiap variabel ditinjau dari asal departemen. “Nah untuk melihat apakah ada perbedaan atau tidak, kita bisa cek untuk yang di bagian nilai taraf signifikansinya”, terang Wahyu. Jika ditemukan perbedaan pada sebuah data, maka dapat dilakukan analisis lanjutan, yaitu post-hoc test untuk mengetahui perbedaan antarkategori di dalam variabel tersebut. Ada beberapa pilihan analisis lanjutan yang tersedia pada bagian post-hoc test antara lain Tukey yang digunakan ketika variansnya equal atau asumsi homogenitas variansnya terpenuhi dan Games-Howell untuk yang unequal varians.
Kemudian, pembahasan berlanjut pada topik regresi. Ketika menggunakan JAMOVI, menu regresi menawarkan beberapa pilihan, salah satunya adalah Linear Regression. Sebelum melakukan Linear Regression, ada asumsi yang digunakan yaitu colinearity untuk melihat apakah ada multikolinearitas antarvariabel. “Nah untuk multikolinearitasnya kita bisa cek ada dua, yaitu VIF dan tolerance. Beberapa buku ada yang menunjukkan kalau VIF-nya itu di bawah 0,5 atau 0,10. Kemudian tolerancenya 0,2 atau 0,3”, jelas Wahyu.
Di akhir acara, Wahyu menekankan bahwa peneliti seharusnya benar-benar paham, “setidaknya the philosophycal analyses behind every analyses that we click begitu ya, oh Anova filosofisnya seperti ini, korelasi seperti ini”. Meskipun Psikologi bukan ilmu yang hanya mempelajari statistik, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Psikologi mengaplikasikan statistik dalam bidang keilmuannya. Oleh karena itu, setidaknya orang-orang yang berada pada bidang Psikologi tetap memahami filosofinya, analisisnya, serta interpretasi dari masing-masing hasil penelitian. “Lebih penting lagi, dalam Psikologi, angka-angka tidak akan bermakna kalau kita tidak bisa menjelaskan dinamika psikologis dari masing-masing variabel yang diteliti”, tegas Wahyu.