Upaya peningkatan kesehatan mental lintas generasi menjadi semakin penting di tengah dinamika kehidupan modern, terutama bagi remaja yang menghadapi tantangan kompleks dalam lingkup keluarga, pendidikan, dan dunia digital. Menjawab kebutuhan ini, Center for Public Mental Health (CPMH) yang dipimpin oleh Dr. Diana Setiyawati, M.HSc., Psikolog., bekerja sama dengan Center for Life-Span Development (CLSD), yang diketuai oleh Aisha Sekar Lazuardi Rachmanie, M.Psi., Psikolog., – keduanya di bawah Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), menyelenggarakan International Course on Public Mental Health (ICPMH) 2025 dengan tema “Bridging Generations: Thriving Youth, Supportive Families, Collaborative Schools.” Kegiatan ini bertujuan untuk menggali strategi efektif dalam memperkuat kesejahteraan psikologis remaja melalui dukungan keluarga yang hangat, kolaborasi sekolah yang aktif, serta keterlibatan komunitas yang berkelanjutan.
cpmh
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada melalui Center for Public Mental Health (CPMH) menyelenggarakan Workshop on Cognitive Behavioral Therapy bertajuk “The Power of CBT: The Most Evidence-Based Therapy” pada 13 Oktober 2025 di Gedung A-203 Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring dan luring ini diikuti oleh mahasiswa psikologi dan kesehatan, praktisi kesehatan mental, serta konselor.
Sebagai bagian dari rangkaian Pre-International Course Series of the International Course on Public Mental Health, Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM menghadirkan dua pakar untuk membahas pentingnya memahami bunuh diri bukan hanya sebagai persoalan individu, tetapi juga terkait erat dengan faktor budaya, sosial, dan sistemik. Acara ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kalangan secara daring, pada Jumat (19/9).
Yogyakarta - Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), kembali menyelenggarakan Kuliah Online bertajuk “Jejak Masa Kecil: Dampak Pengalaman Buruk dan Kekuatan Pengalaman Positif” pada Jumat (18/07). Tema ini menggali tentang pengaruh pengalaman masa kecil terhadap kesehatan mental dan bagaimana pengalaman positif dapat menjadi penawar dari pengalaman yang menyakitkan.
Dalam paparannya, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi UGM, menekankan bahwa tekanan hidup bukanlah satu-satunya penyebab gangguan jiwa.
Center for Public Mental Health (CPMH) Universitas Gadjah Mada (UGM) gelar kuliah online (kulon) bertajuk “Teening your Parent: Memeluk Perbedaan, Menumbuhkan Pengertian” pada hari Jumat, (04/07). Webinar yang diikuti oleh siswa, mahasiswa, tenaga profesional, dan pendidik ini bertujuan untuk memberikan pandangan kepada remaja tentang tata cara berkomunikasi dengan orang tua agar tidak menimbulkan konflik.
Narasumber pertama, Nurul Kusuma H., M.Psi., Psikolog, memaparkan secara mendalam tentang perkembangan psikologis remaja usia 10 hingga 16 tahun. Selain itu, Nurul juga mengulas perbedaan pola asuh antara orang tua dari generasi X dan generasi Y. Kedua bahasan ini menjadi landasan awal bagi peserta untuk memahami sudut pandang masing-masing, baik dari sisi remaja maupun orang tua.
Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar kuliah online ke-57 dengan tema “You Are What You Eat” pada Jumat (07/03). Kuliah ini menghadirkan Bambang Purwanto Cadrana, SKM, MKM dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan (Dit. Yankesren) Kemenkes RI sebagai narasumber.
Berjumlah 500 undangan, pertunjukan ini dihadiri oleh perwakilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dosen, praktisi, seniman, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum. Tokoh-tokoh kesehatan mental dari Ghana dan United Kingdom turut juga hadir disini, Prof. Erminia Colucci, Dr. Ursula Read, Dr. Lily Kpobi, Dr. Sarah Dorgbadzi, Esenam Drah, James Leadbitter, dan Zelda Solomon.
“Berawal dari CPMH kita mengenal AMHA, sebuah jejaring yang ingin menjadikan seni sebagai media untuk mempromosikan kesehatan mental. Kesehatan mental adalah salah satu isu yang menjadi prioritas di Fakultas Psikologi UGM, oleh karenanya kami berharap kolaborasi ini akan terus berjalan sehingga dapat semakin berkembang dan berguna bagi masyarakat,” ucap Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. Wenty Marina Minza, M.A.
“Kita berada disini menunjukkan bahwa kesejahteraan lahir batin masyarakat Indonesia harus terus diperjuangkan. Kesehatan mental adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kesehatan fisik, kita perlu intens memperhatikan sebagaimana kita memedulikan kesehatan fisik. Acara ini menjunjung tinggi motto CPMH, mental health is everyone business,” ujar direktur CPMH, Diana Setiyawati, M.HSc.Psy., Ph.D., Psikolog.
“Hari ini nanti kita akan mendengar berbagai kisah bagaimana masyarakat Ghana dan Indonesia masih mendiskriminasi individu dengan penyakit mental. Kami berharap jaringan AMHA akan menjangkau lebih dari Ghana dan Indonesia untuk membawa manusia ke arah perubahan dan menceritakan cerita baru tentang bagaimana mereka melawan stereotip dan diskriminasi terhadap penyakit mental di lingkungan sosial tempat mereka tinggal,” ucap dosen sekaligus peneliti Universitas Essex United Kingdom, Dr. Ursula Read.
“Selama menjalankan projek, kami mempelajari cara-cara untuk mengekspresikan diri melalui seni kreatif. Saya merasa takjub karena ada begitu banyak kesamaan antara Ghana dan Indonesia,” kata Dr. Lily Kpobi dalam sambutan.
Selanjutnya, sambutan dari seniman asal United Kingdom yang tergabung dalam AMHA, James Leadbitter, “Saya telah berjuang dengan kondisi mental saya selama 27 tahun, dan selama 15 tahun di antaranya saya sudah menekuni dunia seni tentang kesehatan mental. Saya suka membuat aktivitas terkait kesehatan mental, karena terkadang lingkungan sosial menilai kita berdasarkan bagaimana orang lain melihat kekurangan, sakit, dan disabilitas yang kita miliki”.
Pertunjukan soundscape yang diiringi oleh teater gerak menjadi pembuka pada sesi pentas seni. Dilanjutkan dengan dialog pengalaman penyintas gangguan jiwa yang dibacakan oleh Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog dan Dr. Sarah Dogbadzi. Selanjutnya, penonton menikmati sajak puisi dari Kwadwo Kwarteg sekaligus vidio persembahan dari youtuber asal Ghana, Esenam. Tidak kalah menarik, pertunjukan monolog penuh emosi ditampilkan oleh tujuh penyintas gangguan jiwa. Pertunjukan diakhiri dengan menyanyi bersama lagu berjudul “Nada Jiwa” oleh anggota AMHA.
Kegiatan
International Arts Performance: A Visual Symphony for Mental Health
Acara ini berlangsung pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Peserta yang hadir dalam acara ini adalah 190 orang.
Pemateri acara ini adalah dua psikolog dari UGM. Pemateri pertama adalah Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., Psikolog , leader dan manager di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Gadjah Mada Medical Center (GMC) UGM. Sedangkan pemateri kedua adalah Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, peneliti aktif di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman.
Pada sesi awal pemateri memulai dengan menjelaskan definisi overthinking. Definisi yang tepat memberikan gambaran awal bagaimana seharusnya overthinking itu disikapi sekaligus membedakannya dengan berpikir yang sehat. Dengan itu diharapkan peserta bisa mendeteksi kapan overthinking itu muncul.
“Salah satu yang terpenting adalah kita menjadi lebih aware terhadap pikiran kita, (sehingga kita sadar) kapan kita melakukan overthinking,” jelas Nurul.
Selanjutnya, Anisa menjelaskan dua bentuk overthinking yaitu ruminasi dan khawatir (worry). Ruminasi adalah pikiran yang disebabkan pada sesuatu yang sudah terjadi sedangkan worry adalah pikiran yang disebabkan sesuatu yang belum terjadi. Keduanya sebenarnya bermanfaat jika dilakukan dengan proporsional dan sebaliknya akan merugikan jika kadarnya berlebihan.
“Jadi baik ruminasi atau worry ini sebenernya sama-sama merupakan bentuk proses berpikir yang dilakukan secara terus menerus dan terpaku pada hal-hal yang negatif,” tutur Anisa.
Selanjutnya, pemateri juga menjelaskan tentang keterkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku dalam kaitannya dengan overthinking. Ruminasi dan khawatir juga berkaitan dengan depresi dan juga meningkatkan afek negatif.
“Jadi kalau afek negatif itu perasaan-perasaan yang cenderung negatif dan kemudian menurunkan perasaan-perasaan yang positif,” Jelas Anisa.
Pemateri juga berpesan kepada peserta untuk tidak mencurahkan hati di media sosial karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tanggapan dari pengguna media sosial yang tidak sesuai dengan yang diharapkan akan menimbulkan overthinking selanjutnya. Oleh sebab itu pemateri menekankan pada peserta untuk tidak enggan datang ke psikolog jika mengalami masalah agar mendapatkan penanganan profesional.
“Nggak usah menunggu sampai parah banget. Kalau temen-temen sudah merasa nggak nyaman, pengen segera butuh bantuan untuk mengelola overthinking. Ya udah, feel free untuk datang ke psikolog,” terang Nurul.
Pada sesi terakhir pemateri memberikan beberapa strategi intervensi untuk mengurangi overthinking. Beberapa diantaranya adalah relaksasi progresif, menggerakkan tubuh dan mendekatkan diri dengan orang lain. Strategi lainnya adalah restrukturisasi kognitif yaitu merekam, menantang, dan mencari alternatif dari overthinking yang terjadi.
Jumat (9/10) Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan webinar dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia yang bertepatan dengan tanggal 10 Oktober. Tema yang diusung Hari Kesehatan Jiwa Dunia tahun ini adalah Mental Health for All, Greater Investment-Greater Access. Everyone, Everywhere – Kesehatan Jiwa untuk Semua, Peningkatan Investasi, Peningkatan Akses, untuk Setiap Orang Dimanapun. Tema ini diangkat untuk mendorong masyarakat agar bersama-sama bersatu dan menyatkuan suara dalam menggerakkan agenda berinvestasi dalam kesehatan jiwa agar menjadi perhatian yang lebih dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan jiwa, sehingga jiwa yang sehat dapat terwujud secara nyata untuk setiap orang, dibelahan dunia manapun berada.
Pada tanggal 5 Agustus 2020 acara dibuka oleh Diana Setiyawati, M.HSc.Psy., Ph.D. selaku direktur CPMH dengan diikuti kurang lebih 200 peserta dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa yang berasal dari dalam maupun luar negeri, ibu rumah tangga, karyawan, dan lain-lain. Acara dimulai dengan perkenalan para panelis dan pembuat film yaitu Prof. Erminia Colucci dari Middlesex University London, Dr.Angela Suryani dari Universitas Atma Jaya, Ninik Supartini,M.Si selaku perwakilan dari Elemental Productions, dan Bagus Utomo Pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Dilanjutkan dengan pemutaran film mengenai penderita skizofernia. Film tersebut merupakan hasil kerja sama dari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya dengan KPSI. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi diskusi.
Pada tanggal 7 Agustus 2020, dengan tema “Conducting Qualitative Research in Pandemics Era” yang dibawakan oleh Prof. Anna Madil seorang profesor di Fakultas Psikologi University of Leeds. Madil adalah seorang ilmuwan yang bekerjasama membangun metode kulitatif masyarakat psikologi di Inggris. Dalam materinya, Madil mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif di masa pandemi dibutuhkan pengetahuan metode kualitatif untuk mencari alternatif dan berdiskusi dengan kolega lainnya untuk mencari solusi. Setelah menyampaikan materi, beberapa partisipan diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan narasumber. Diskusi ini menjadi penutup dari acara Online Summer Course Series 3 yang juga menjadi akhir dari rangkaian kegiatan the Online Summer Lecture.