Saya tau banyak teman-teman yang sudah mendengar cerita pengalaman saya.. Tapi pasti juga lebih banyak yang belum… Karena itu saya pengen sedikit bagi pengalaman….
Ada Apa Di Swedia?
Kuliah saya, Cuma ada 2 kelas…
Kelas bahasa Swedia, dan kelas Philosophy of Science…Di kelas bahasa Swedia, sudah pasti kami diajari bahasa Swedia. Cukup aneh juga mendengarnya, maklum, baru pertama kalinya mendengar. Karna itulah, disini kami diajari dari tingkat yang basic banget. Gurunya bernama Susan. Hmm.. dia ini helpful banget. Sistim belajarnya juga enak banget, biar kelasnya agak padat. 25 orang di satu kelas. Kita bebas nanya2, kita dikasih materi lalu dipraktekin antar peserta, selalu dikasih homework dan materi untuk berikutnya, dan tiap hari Susan ngreview materi sebelumnya. Kita biasanya dibagi dalam small group. Dan Susan selalu ngelilingin kita kalo2 ada pertanyaan. Lalu juga ada self test, semacam kuesioner sejauh mana kita ngerti materi. Kita jadi tau sampai dimana kemampuan kita, dan Susan pun siap membantu kalau memang kita minta. Jadi biarpun kami masuk telat satu minggu, dengan mudah kami bisa mengejar. Setiap sesi 3 jam, dan selalu ada break selama 30 menit. Saat break itu biasanya kami ke kantin, dan saat inilah untuk lebih mengenal teman-teman di kelas. Perlu diketahui, di kelas Swedish Language ini international class, jadi pesertanya dari negara2 selain Swedia. Ada yang dari German, Poland, Findland, Aussie, Austria, US, UK, Spain, Kenya, Rusia, dan Indonesia… Jadi bermacam kebudayaan ada disini. Wah, unik deh. Asyiknya lagi Susan juga kadang-kadang ikut ngopi bareng kita, jadi kita sekalian diskusi-diskusi di kantin, ngebanding-bandingin Swedia dengan bahasa-bahasa mereka. Dan setelah break rasanya fresh, jadi biar pun kelasnya lama, gak boring (Wah, masukan tuh buat perkuliahan disini, untuk ngasih break at least 20 menit /3jam pelajaran, 10 menit/2 jam pelajaran, jadi mahasiswa dan dosennya sendiri gak bored. Juga minum dikelas atau makan permen enggak dilarang, so all students stay awake while listening to the lecture. Dan, dosen get along sama mahasiswa dalam berbagai kesempatan. Friendly.
Trus setiap homework sended by email, kemudian selalu dikasih feedback personally. Hmm…
Kelas yang kedua Philosophy of Science. Salah satu dosennya ya Bu JEP, ketika beliau datang sebagai dosen tamu, dan juga Peter Apel. Karena itulah, kelas ini memakai bahasa Inggris. Semua pesertanya, selain kami adalah asli Swedia, dan udah enggak muda-muda lagi. Yang paling muda aja 24 tahun, bahkan ada yang kelahiran 50-an. Hmm.. belajar memang proses seumur hidup… hehehe… Well, suasananya selain pesertanya yang cuma dikit, kira-kira 20 orang. Tapi… mirip banget kayak kuliah di UGM. Kalau dosen tanya “ Ada pertanyaan gak?…” pasti gak ada yang mau tanya.. Yang aktif bisa dibilang ya cuma itu-itu aja. Ternyata sama aja, ya?? Bahkan mungkin pinteran di kita ya (UGM), yang notabene masih muda-muda, dan cerdas-cerdas…. Hmm….
Dan disini sistemnya kita harus menguasai sebuah atau dua buah buku yang disarankan oleh si Dosen. Well, disatu sisi artinya membatasi, kita jadi cuma taunya dari satu kacamata, tapi disisi lain, buat yang males –hehehe—at least kita menguasai satu buku daripada tidak sama sekali. Dan buat yang rajin lebih bagus lagi, ada satu buku yang bener-bener kita tau ditambah kalo kita masih mau searching-searching buat nglengkapin ilmu. Jadi semua emang tergantung sama masing-masing person. Materinya sendiri sebenernya cuma kayak kelas Philosophy kita dulu, hanya ini lebih banyak menggabungkannya denga Psikologi. Jadi kesimpulan sementara saya, kuliah didalam maupun luar negeri sama saja, perbedaanya hanya soal bahasa, yang lain sama aja, yang paling penting adalah NIAT KITA UNTUK BELAJAR ITU SENDIRI….
Selain kelas itu juga ada kelas Swedish Culture, tapi ini gak masuk hitungan. Maksud saya, ini kelas bebas. Yang ikut disini semuanya anak Internasional. Disini kita mempelajari tentang budaya-budaya Swedia. Yang bikin saya bangga, justru bukan berhubungan dengan hal kebudayaan, tapi pernah suatu kali kita disuruh presentasi, dan aduh, aduh… Pikiran saya langsung melayang… anak-anak UGM khususnya anak Psikologi cara dan materi presentasinya lebih hebat. 80 % anak-anak presentasinya cuman kayak baca laporan. Kayak mbacain apa yang ada di internet (kebetulan materinya sudah pernah saya baca di Internet!). Hmm..tuh, kan mahasiswa sini sebenernya hebat-hebat…
Selain kelas-kelas diatas kami juga diharuskan menulis tesis, salah satu syarat untuk lulus level C. Well, terus terang kami super kalangkabut… Apalagi saya, hm..akhirnya, setelah melalui proses yang panjang diwaktu yang singkat ini, semua bisa diatasi, dan mereka memberi kebaikan hati untuk tidak harus menyelesaikannya seketika disana, tapi boleh diselesaikan disini.
Well, kita boleh berbangga karena kita memiliki real campus. Luas dan megah. Hogskolan I Boras, semua jurusan kecuali tekstil, berada dalam satu building. Tapi yang pasti mereka memiliki gedung yang super canggih, kelas yang kecil, dan perpustakaan yang “wah”. Bahkan jurusan yang paling popular disana selain tekstil adalah Library!! Bayangkan kalau disini saipa yang mau sekolah library kalau bukan karena terpaksa. Alasannya adalah karena di Swedia ada banyak library yang pastinya butuh bnayk librarian. Perpusnya 4 lantai, selain banyak buku disitu—sayang kebanyakan bahasa Swedia– dilengkapi dengan search support, internet, self service buat minjem dan ngembaliin buku, librarian ynag selalu siap membantu, discussion room, study room, reading room, yang bener-bener nyaman…hmm…. Tapi saya yakin, suatu saat nanti UGM, khususnya Psikologi juga akan punya building dan segala fasilitas seperti itu. Yang penting sekarang adalah mulai menjadikan membaca sebagai sebuah budaya, sebuah KEBUTUHAN… OKE? SIP!
Pasca Swedia…
Well, ini perasaan yang saya rasakan setelah kembali dari perjalanan ini…
• SEDIH… karena saya sudah mulai get use to be Swedish. Dengan cuacanya, dengan dinamika kota yang mungkin membingungkan, dengan segala fasilitasnya, dengan teman-teman yang cukup banyak dan sanagt akrab disana…
• Nggak Percaya… Rasanya baru kemaren saya mau berangkat ke sana. Rasanaya baru kemaren saya masih bercanda2 di Tunnlandsgatan 13 tempat saya tinggal. Sekarang sudah disini lagi…
• ‘BINGUNG’…bener, saya merasa kebingungan sendiri. Sesuatu yang gak bisa dijelasin, tapi saya bisa meraskan dinamikanya terjadi dalam tubuh dan jiwa saya… dari segi cuaca, tubuh ini sudah terbiasa dengan udara yang sangat dingin..lalu kembali ke warmth—hot city ini… setelah terbiasa dengan segala sesuatu yang teratur, kembali ke kesemrawutan ini… teman-teman lama yang rasanya baru,…Semua yang terasa “aneh” bagi saya…
• Tapi yang pasti saya senang untuk kembali, karena bagaimanpun juga tanah air saya disini. Saya masih punya banyak kewajiban untuk diselesaikan disini. Saya nggak sabar untuk kembali kuliah dan berkarya. Saya masih saya yang dulu, hanya pikiran saya sekarang makin terbuka lebar, langkah saya semakin mantap, bahwa saya hanyalah sebuah titik yang sangat kecil sebagai bagian dari dunia yang sangat luas ini… Semua mengajarkan saya menjadi open-minded tapi tetep down to earth.. being humble without being a loser. Yang pasti saya sekarang sudah bukan teenager lagi, sudah 20th nih.. (Barusan saya ultah lho..Ayo, kadonya mana!!)
• Saya penegn kembali ke EROPA, secepatnya!!
Pesen buat temen-temen…
• Pasti banyak teman-teman yang penegn mencicipi pengalaman belajar ke luar negri. Dan saya adalah salah satu yang beruntung pernah ,mendapatkan kesempatan itu. Buat temen-temen yang belum juga mendapatkannya, jangan putus asa. Saya yakin kok, temen-temen berkompeten semua. Bahkan mungkin lebih smart, lebih kompeten, lebih dan lebih dari saya. Ada salah satu resep yang enggak bisa diotak-atik lagi, faktor X, keberuntungan. Tapi lebih banyak faktor diluar itu yang menentukan. Jadi, teruslah berusaha, gali terus potensi teman2 yang memang sudah ada, jangan cepat puas dan jangan gampang putus asa. Pokoknya, Keep doing your best aja. Never dare to dream but never dare to make it true.
Dan sambil nunggu kesempatan datang, jangan berleha-leha, banyak lho, yang bisa kita lakukan untuk membuat waktu kita makin berharga… Penyesalan itu nggak enak dan datangnya pasti belakangan. Jadi… Be alive!!
Salam,
Anggita Dian Cahyani/2002/04185