Kamis (4/2) Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM mengadakan kerja sama dengan Program Doktor Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UGM untuk menyelenggarakan Semiloka yang mengangkat tema “Etika Penelitian dengan Partisipan Anak”. Acara semiloka kali ini dihadiri oleh 125 orang dari berbagai lapisan masyarakat, seperti akademisi dari berbagai instansi perguruan tinggi di Indonesia, guru-guru dari berbagai sekolah, pihak LSM, peneliti, bahkan Ibu Rumah Tangga.
Acara semiloka kali ini dibagi menjadi dua sesi dan dibuka oleh Ibu Elga Andriana, M.Ed., Ph.D, selaku Kepala CLSD. Untuk sesi pertama dimulai pada jam 08.10 dan diakhiri pada jam 10.00, sementara untuk sesi dua berlangsung pada jam 10.10 sampai 11.00 siang.
Sesi pertama materi disampaikan oleh Ibu T. Novi Poespita Candra, M.Si., Ph.D, yang menjelaskan tentang “Tantangan Metodologis dan Etis Penelitian dengan Anak”. Novi mengatakan bahwa etika dapat menghasilkan riset yang bermanfaat untuk kebaikan dan tidak membahayakan golongan tertentu. Selain itu, ketika etika juga menghasilkan riset yang aman secara fisik dan psikologi.
Menurut Novi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait manfaat dan bahaya ketika menggunakan anak sebagai partisipan. Pertama, tidak boleh ada satu pun anak yang didiskriminasi atau mengalami diskriminasi. Kedua, peneliti, organisasi peneliti maupun pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik dan memastikan anak-anak terlindungi. Ketiga, anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi dari riset yang berbahaya dan mengeksploitasi. Keempat, peneliti mempunyai tanggung jawab untuk memastikan semua anak memiliki akses untuk mendapatkan dukungan.
Pada sesi kedua, diisi oleh Ibu Elga Andriana, M.Ed., Ph.D, yang membahas topik “Penelitian Melibatkan Anak yang Etis dan Inklusif”. Salah satu hal yang disampaikan oleh Elga adalah prinsip-prinsip etika penelitian yang melibatkan anak berkebutuhan khusus.
“Ada empat hal yang menjadi prinsip, yaitu respect, trust, strengths, dan inclusice of diversity. Prinsip respect, berkaitan dengan menghargai harga diri anak-anak, mempercayai bahwa mereka mampu, serta menghargai pandangan mereka dengan serius”, ungkap Elga.
Kemudian, prinsip trust adalah waktu yang diperlukan untuk menimbulkan kepercayaan dengan anak-anak serta komunitasnya. Ketiga terdapat prinsip strength yang artinya peneliti berfokus pada kekuatan mereka, berusaha mencari hal-hal positif dari anak-anak yang terlibat dengan penelitian. Terakhir, terdapat prinsip inclusive diversity yang berkaitan dengan kemampuan menyesuaikan dengan kemampuan orang lain, jelas Elga pada sesi kedua ini.
Penyelenggara berharap agar acara semiloka kali ini dapat menjadi wadah berbagi antara pemateri dengan peserta tentang topik “Etika Penelitian dengan Partisipan Anak”. Terutama terkait pembahasan etika dan informed consent sebagai bentuk penghargaan peneliti untuk menghargai partisipan, terutama partisipan anak-anak.